Berita Market

Bunga Tetap, Persepsi Risiko Investasi Naik

Senin, 27 Juni 2022 | 04:35 WIB
Bunga Tetap, Persepsi Risiko Investasi Naik

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Juni, persepsi risiko berinvestasi di Indonesia mencetak peningkatan.  Hal ini tercermin dari naiknya Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun.

Merujuk Bloomberg, CDS 5 tahun Indonesia pada hari Jumat (24/6) berada di level 107,32, lebih tinggi dari akhir Mei di posisi 89,23. Pada 16 Juni, CDS bahkan bertengger di level 137,51 atau level tertinggi dalam dua tahun.

Kondisi yang sama juga dialami pada CDS 10 tahun yang berada di level tertinggi dalam dua tahun pada 16 Juni 2022 di level 214,72. Pada akhir pekan lalu CDS 10 tahun berada di 195,89. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibanding akhir Mei 2022 di 166,34.

Baca Juga: Suku Bunga Global Naik, CDS Indonesia Ikut Terkerek di Sebulan Terakhir

Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki mengungkapkan, kondisi global, terutama sikap The Fed yang agresif menaikkan suku bunga membuat yield US Treasury naik dari 2,9% ke 3,4%. Kenaikan indeks dollar menyebabkan rupiah melemah dan mata uang pasangan.

CEO Edvisor.id, Praska Putrantyo menyebut, jika dalam jangka pendek kebijakan soal suku bunga The Fed maupun Bank Indonesia masih jadi sentimen utama. Jika bulan depan, BI masih mempertahankan suku bunga di 3,5%, maka bisa memicu kenaikan level CDS Indonesia. Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga bisa berlanjut.

Hanya saja Praska menilai, kebijakan BI mempertahankan suku bunga acuan sebenarnya berdampak baik untuk ekspansi ekonomi sektor riil. Pasalnya ini biaya pendanaan masih terjangkau mengingat ekonomi domestik masih dalam tahap pemulihan.

Fundamental Indonesia

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Dampaknya ke Pasar Obligasi

Di satu sisi, menurut Praska, fundamental Indonesia masih baik. Hal tersebut akan membantu pasar modal domestik untuk tetap bertahan mengantisipasi risiko fluktuasi pasar akibat tren kenaikan suku bunga acuan. "Alasannya, prospek ekonomi jangka panjang masih menjanjikan dan laju inflasi terkendali di koridor 3% plus minus 1%," imbuh dia.

Ke depan, Praska memperkirakan level CDS 5 tahun masih dapat bertahan di atas level 120 jika laju inflasi domestik terus merangkak naik, namun suku bunga acuan belum dinaikkan. Hal itu juga akan memberikan tekanan lebih pada pasar SBN, terlebih jika harga komoditas masih bertahan di level tinggi.

Namun, jika ternyata harga komoditas melandai maka laju inflasi AS juga akan turun dan CDS Indonesia akan turun. "Kondisi tersebut dapat mendorong penurunan yield US Treasury 10 tahun yang berdampak pada yield di emerging markets, termasuk Indonesia," tutup Praska

Dalam dua-tiga bulan, Gama melihat, CDS Indonesia masih bergerak naik. Menurut dia, CDS Indonesia baru melandai ketika inflasi AS dapat dikendalikan. Hal ini diyakini meredam sikap The Fed sehingga tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga agresif.

Gama menilai, fundamental Indonesia masih baik. Hal ini terlihat dari beberapa minggu terakhir pasar obligasi mulai rebound. 

Baca Juga: Modal Asing Hengkang Rp 7,34 Triliun di Pekan Ketiga Juni 2022

Terbaru