Bursa Asia Tertahan di Posisi Terendah Tahun Ini, Pasar Tunggu Pertemuan The Fed

Rabu, 28 Juli 2021 | 11:35 WIB
Bursa Asia Tertahan di Posisi Terendah Tahun Ini, Pasar Tunggu Pertemuan The Fed
[ILUSTRASI. Pejalan melalui papan perdagangan di bursa Hong Kong. (Photo by Budrul Chukrut / SOPA Images)]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pelaku pasar masih mencerna badai yang menimpa bursa efek di China. Akibatnya, indeks saham Asia Rabu (28/7), tertahan di posisi terendahnya selama tujuh bulan terakhir. Sedang dolar Amerika Serikat (AS) jalan di tempat, karena para trader enggan mengambil posisi secara besar-besaran menjelang pengumuman hasil pertemuan Federal Reserve.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,35% pada awal perdagangan hari ini. Indeks sudah jatuh selama tiga sesi sebelumnya, menyusul tindakan keras peraturan Pemerintah China, hingga mengguncang saham di sektor teknologi, properti dan pendidikan, membuat investor internasional terluka.

Indeks Nikkei Jepang turun 1,01%, dan indeks saham bluechip China melemah 1,51%. Begitu pula indeks saham Australia, yang melemah 0,43%. Cuma indeks di bursa Hong Kong yang melawan tren, dengan naik 0,63%, setelah ditutup pada level terendahnya sejak November pada hari sebelumnya.

“China dan The Fed adalah dua hal penting dalam perdagangan hari ini,” kata Tai Hui, kepala strategi pasar untuk Asia Pasifik, di JPMorgan Asset Management. Pertanyaan utamanya, tutur Hui, adalah apakah pasar akan stabil saat mereka memproses berita dari China dan apakah penyebaran varian Delta menimbulkan risiko bagi pertumbuhan di AS dan Eropa.

Baca Juga: Mayoritas Bursa Asia memerah, mengekor pelemahan Wall Street

Pernyataan dari pertemuan kebijakan Fed, berikut konferensi pers dari ketua Jerome Powell dijadwalkan berlangsung pada Kamis (29/7) dinihari nanti. Pasar akan mengamati dengan cermat setiap petunjuk terkait inflasi, pertumbuhan ekonomi, suku bunga, dan kapan Fed kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi pemerintah.

Pelemahan yang melanda bursa Asia pada Selasa, berdampak ke bursa di kawasan lain. Wall Street melemah dari posisi tertingginya di pekan ini. Dow Jones Industrial Average berakhir melemah 0,2%, S&P 500 turun 0,5% dan Nasdaq Composite turun 1,2%. Di kawasan Eropa, indeks STOXX 600 ditutup lebih rendah 0,54%.

Di pasar mata uang, dollar AS tertahan di posisi tertingginya setelah mengalami reli selama sebulan. Sedang yen menguat. Namun dollar Australia dan Selandia Baru yang rentan terhadap risiko, kembali melemah. Analis di CBA mengaitkan pergerakan tersebut dengan penurunan sentimen risiko di belakang tindakan keras regulasi China.

Harga minyak naik karena data industri menunjukkan persediaan minyak mentah dan produk AS turun lebih tajam dari yang diperkirakan pekan lalu, melebihi kekhawatiran tentang konsekuensi dari melonjaknya kasus Covid-19.

Minyak mentah AS naik 0,47% menjadi US$72,01 per barel dan minyak mentah Brent naik 0,35% menjadi US$74,77 per barel.

Selanjutnya: Di Balik Lonjakan Harga Saham YELO, Ada Investor Baru yang Akumulasi 38,55 Juta Saham

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen
| Sabtu, 08 November 2025 | 11:08 WIB

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen

Ia melakukan averaging down ketika dirasa saham tersebut masih punya peluang untuk membagikan dividen yang besar.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:01 WIB

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar

Jika tak ada aral melintang, instrumen baru BI bernama BI floating rate note (BI-FRN).bakal terbit pada 17 November 2025 mendatang.

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:00 WIB

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri

Kupas strategi dan upaya bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi perusahaan energi bersih 

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:52 WIB

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus

Stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, dinilai belum cukup mendongrak perekonomian dalam negeri

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:50 WIB

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun

Rumor terkait rencana penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) Super Bank Indonesia (Superbank) semakin menguat. ​

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:39 WIB

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$ 149,9 miliar               

INDEKS BERITA