Cara Berpikir dan Kepercayaan Berpengaruh ke Investasi

Selasa, 30 Juli 2024 | 10:46 WIB
Cara Berpikir dan Kepercayaan Berpengaruh ke Investasi
[ILUSTRASI. Institute for Financial and Economic Studies (IFES) dan Dosen FEB Unika Atma Jaya]
Yohanis Hans Kwee | Institute for Financial and Economic Studies (IFES) dan Dosen FEB Unika Atma Jaya

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Dalam mengambil keputusan investasi, pelaku pasar tidak lepas dari bias. Bias-bias ini banyak dibahas dalam teori behavioral finance. Teori ini berusaha menjelaskan kenapa seseorang membuat keputusan yang tidak rasional.

Ada dua kelompok bias yakni bias kognitif dan emosional. Bias kognitif bisa dibagi dalam dua bagian yakni belief perseverance dan information processing. Pada tulisan kali ini kita akan membahas bias kognitif khususnya belief perseverance.

Bias kognitif atau prasikap kognitif adalah kondisi ketika alam bawah sadar salah dalam berpikir. Sehingga akan menimbulkan kesalahan dalam berpikir, memproses dan menafsirkan informasi. Ini terjadi dalam proses pemahaman, pengolahan, pengambilan kesimpulan atas suatu informasi atau fakta. Bias kognitif menyebabkan pelaku pasar mengalami penyimpangan atau berat sebelah terhadap informasi yang dimiliki. Pelaku pasar mengalami kesalahan berpikir akibat kesalahan memproses dan mengingat informasi yang dimiliki.

Bias ini akan mempengaruhi rasionalitas dan keakuratan membuat keputusan dan penilaian. Bias kognitif biasanya tidak disadari. Dirancang untuk membuat pengambilan keputusan lebih cepat dan efisien. Belief perseverance adalah salah satu bagian dari bias kognitif yang muncul karena pelaku pasar bertahan pada hal-hal yang sudah pernah dialami atau dipercayai sebelumnya.

Kepercayaan ini terus berlanjut meskipun terdapat fakta-fakta baru yang bertentangan dengan keyakinan tersebut. Hal ini membuat pelaku pasar tidak terbuka dan menerima masukan atau pendapat orang lain yang sebenarnya lebih relevan.

Baca Juga: Apa Itu Victim Blaming? Pengertian, Dampak, Penyebab, dan Cara Menghadapinya

Dalam melakukan investasi, seorang pelaku pasar akan mencari berbagai informasi untuk dipelajari. Informasi tersebut membangun kepercayaan pelaku pasar. Kepercayaan ini akan menjadi acuan pelaku pasar mengambil keputusan investasi.

Ternyata informasi yang didapatkan menimbulkan kepercayaan pelaku pasar. Kepercayaan membentuk cara berpikir pelaku pasar berinvestasi. Kepercayaan tersebut sangat kuat dan tidak mudah dihilangkan begitu saja. Apalagi kalau kepercayaan tersebut terbukti benar beberapa kali.

Ketika pelaku pasar mendapatkan informasi baru yang lebih update, tapi bertentangan den gan informasi serta kepercayaan awal ada kecenderungan pelaku pasar tersebut menolak. Pelaku pasar tersebut terlalu percaya dan meyakini satu informasi sehingga sulit menerima informasi baru.

Ada beberapa bias behavioral finance. Yakni bias conservatism, bias confirmation, bias representativeness, bias illusion of control dan bias hindsight. Conservatism bias adalah kondisi saat pelaku pasar cenderung ingin mempertahankan kepercayaan yang sudah diyakini sejak lama. Pelaku pasar tersebut lebih memilih mengabaikan dan menolak perkembangan informasi. Akibatnya pelaku pasar tersebut cenderung tetap pada pandangan atau perkiraan sebelumnya dan merespons informasi baru dengan kurang responsif.

Pelaku pasar akan mengabaikan informasi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan keputusannya. Hal ini berdampak pada pengambilan keputusan yang terlambat karena mengabaikan informasi terbaru.

Industri keuangan, khususnya pasar modal mengalami perubahan dengan cepat. Instrumen investasi seperti saham dan obligasi mengalami perubahan ekspektasi akibat perubahan informasi yang cepat. Fundamental perusahaan dapat berubah dari waktu ke waktu akibat perubahan zaman.

Bias ini bisa membuat pelaku pasar tetap memegang suatu perusahaan karena dulu berkinerja sangat baik. Mungkin perusahaan tersebut di masa lalu berkinerja sangat baik, tapi saat ini mengalami perubahan atau penurunan kinerja.

Confirmation bias adalah kecenderungan pelaku pasar mencari dan lebih menyukai informasi atau bukti-bukti yang mendukung kepercayaannya. Pelaku pasar yang mengalami bias menolak informasi baru yang lebih akurat. Tapi memilih mendapatkan informasi atau bukti yang mengkonfirmasi apa yang menjadi kepercayaannya.

Kadang ditemukan pelaku pasar membela sebuah perusahaan tertentu dengan memberikan argumen positif ketika ada informasi jelek tentang perusahaan tersebut. Pelaku pasar tersebut senang ketika mendapatkan informasi atau fakta yang mendukung kepercayaannya, perusahaan tersebut masih bagus.

Representative bias adalah ketergantungan pada stereotip, analogi, atau sampel terbatas untuk membentuk opini atas sebuah kelompok. Representative terjadi karena pelaku pasar terlalu banyak memberi bobot pada pengalaman baru dan mengabaikan data jangka panjang.

Pelaku pasar yang mengalami bias representative cenderung membuat keputusan dengan data masa lalu terlalu sedikit. Akibatnya salah melakukan generalisasi dan membuat keputusan investasi hanya dengan beberapa data yang dimiliki.

Illusion of control bias adalah kecenderungan pelaku pasar melebih-lebihkan kendali yang dimiliki atas hasil dari peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dikendalikan. Pelaku pasar percaya, bisa mengendalikan lingkungan sekitar. Walaupun kenyataannya tidak.

Pelaku pasar yang mengalami bias ini sangat yakin pada hasil investasi akibat kemampuannya. Ia sangat percaya diri. Padahal keberhasilan sebelumnya hanya kebetulan saja dan membuat kepercayaan dirinya hanya ilusi.

Hindsight bias adalah kecenderungan pelaku pasar melihat ke belakang. Menurutnya, masa lalu dapat diprediksi atau sudah memperkirakan hasilnya. Peristiwa dianggap dapat diprediksi setelah terjadi. Ia merasa mampu memprediksi masa depan.

Hindsight bias sangat signifikan mempengaruhi keputusan investasi pelaku pasar individu. Akibat bias ini, pengambilan keputusan investasi dipengaruhi perilaku melihat ke belakang atau mengingat masa lalu.

Pelaku pasar harus terbuka dan menerima perubahan. Selain itu perlu mencari lebih banyak data dan informasi sebelum membuat keputusan investasi. Menekan ego dan perasaan terlalu percaya diri perlu dilakukan dengan melakukan diversifikasi untuk menghindari kerugian besar dalam melakukan investasi.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Business Insight

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Bagikan

Berita Terbaru

Mengupas Kinerja dan Valuasi Cipta Sarana Medika (DKHH) yang Hendak IPO
| Senin, 28 April 2025 | 12:46 WIB

Mengupas Kinerja dan Valuasi Cipta Sarana Medika (DKHH) yang Hendak IPO

DKHH bakal memperoleh dana segar dari aksi IPO antara Rp 53 miliar - Rp 69,96 miliar, yang akan dipakai untuk ekspansi dan modal kerja.

Banyak Risiko Pendanaan Koperasi Desa Merah Putih
| Senin, 28 April 2025 | 11:11 WIB

Banyak Risiko Pendanaan Koperasi Desa Merah Putih

Tiga skema pendanaan yang tengah dikaji, yaitu pendanaan dari dana publik (public fund), pinjaman melalui Himbara dan  transfer ke daerah.​

Risiko Pelebaran CAD hingga Pelemahan Rupiah
| Senin, 28 April 2025 | 10:48 WIB

Risiko Pelebaran CAD hingga Pelemahan Rupiah

Current account deficit (CAD) kuartal II-2025 diperkirakan melebar akibat pembayaran dividen ke luar negeri

Profit 36,43% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah (28 April 2025)
| Senin, 28 April 2025 | 08:39 WIB

Profit 36,43% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah (28 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (28 April 2025) 1 gram Rp 1.960.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 36,43% jika menjual hari ini.

Saham BMRI Jadi Top Leaders IHSG Pekan Lalu, Investor Institusi Asing Banyak Borong
| Senin, 28 April 2025 | 08:16 WIB

Saham BMRI Jadi Top Leaders IHSG Pekan Lalu, Investor Institusi Asing Banyak Borong

Bloomberg mencatat mayoritas analis dari 32 sekuritas memberikan rating beli saham BMRI dengan target harga 5.700-7.750 per saham.

IHSG Rawan Koreksi Memasuki Bulan Mei, Ketidakpastian Masih Menghantui
| Senin, 28 April 2025 | 08:03 WIB

IHSG Rawan Koreksi Memasuki Bulan Mei, Ketidakpastian Masih Menghantui

Sepanjang pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh paling tinggi dibanding indeks-indeks saham di kawasan ASEAN

United Tractors (UNTR) Menggeber Strategi Diversifikasi
| Senin, 28 April 2025 | 07:40 WIB

United Tractors (UNTR) Menggeber Strategi Diversifikasi

Pada tahun ini, PT United Tractors Tbk (UNTR) membidik akuisisi tambang mineral baru. Tujuannya untuk menggenjot kinerja bisnis non-batubara.

Logam Dasar Tak Punya Katalis Pendongkrak Harga
| Senin, 28 April 2025 | 07:02 WIB

Logam Dasar Tak Punya Katalis Pendongkrak Harga

Harga komoditas logam dasar seperti aluminium dan nikel masih disetir sentimen perang dagang yang dipicu Amerika Serikat (AS).

Rupiah Punya Peluang Menguat di Awal Pekan Meski Terbatas
| Senin, 28 April 2025 | 07:00 WIB

Rupiah Punya Peluang Menguat di Awal Pekan Meski Terbatas

Setelah cenderung melemah selama sepekan terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi menguat terbatas pekan ini.

Emiten Sektor Consumer Goods Menghadapi Tekanan Bertubi-tubi
| Senin, 28 April 2025 | 06:56 WIB

Emiten Sektor Consumer Goods Menghadapi Tekanan Bertubi-tubi

Penurunan permintaan konsumen dan harga komoditas yang volatil di tengah ekonomi yang tak tentu menjadi tantangan bagi sektor ini

INDEKS BERITA

Terpopuler