Berita Bisnis

Cengkeraman Salim di Sektor Finansial Kian Kuat

Senin, 28 Maret 2022 | 04:50 WIB
Cengkeraman Salim di Sektor Finansial Kian Kuat

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya Grup Salim kembali memiliki bisnis di sektor perbankan semakin agresif.  Konglomerasi ini  memiliki kenangan manis ketika menguasai Bank Central Asia (BCA). Tapi  harus rela menjual bank miliknya akibat krisis ekonomi tahun 1997-1998.  

Grup Salim berupaya membangun kerajaan di sektor keuangan. Terbaru, terus mengoleksi saham Bank Mega melalui anak perusahaannya. Merujuk publikasi Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Indolife Pensiontama, perusahaan asuransi jiwa Grup Salim, memegang 568,63 juta saham, setara 8,17%. 

Lalu Megah Eraraharja, perusahaan pengendali Indoritel Makmur Internasional (DNET) memegang 539,86 juta saham atau 7,75%. Ada Indofood Sukses Makmur (INDF) memegang 503,64 juta saham, setara 7,23%. Tak sampai situ, Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) memegang 355,59 juta saham atau 5,11%.

Total Salim memiliki 1,96 miliar saham. Dengan harga penutupan Bank Mega Rp 6.125 per saham, Salim merogoh kocek  Rp 12,05 triliun untuk  menguasai Mega.

Padahal sebelumnya, kehadiran Grup Salim di Bank Mega hanya lewat Indolife Pensiontama, dengan kepemilikan saham sebesar 5,7%. 

Salim juga mengempit 1,33 miliar saham Bank Ina Perdana (BINA) atau setara dengan 22,47%. Anthony Salim juga memiliki 5,51 miliar saham atau setara 9% di Elang Mahkota Teknologi (EMTK). EMTK melalui Elang Media Visitama memiliki saham dominan di Bank Fama. Secara tidak langsung Grup Salim mengantongi saham di Bank Fama lewat Anthono Salim. 

Salim melalui Indolife Investana Perkasa juga memiliki saham di Allo Bank. Jumlahnya 1,3 miliar saham atau 6%. Total, kini Salim berinvestasi di empat bank.

Ekonom yang juga pakar keuangan, dan pasar modal  Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai, semakin kuatnya kehadiran Grup Salim bakal memberikan sentimen positif baik bagi saham maupun kinerja Bank Mega.

"Salim adalah grup besar yang memiliki pendanaan dan jaringan kuat. Sekaligus punya pengalaman dalam bisnis perbankan hingga saat ini. Sebelumnya membesarkan BCA," ujar Budi kepada KONTAN, Minggu (27/3). 

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin menilai, langkah Grup Salim masuk ke beberapa bank kecil hingga besar sebagai langkah membentuk ekosistem perbankan. Terlebih, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  mendorong pembentukan kelompok usaha bank (KUB) guna memperkuat industri perbankan Indonesia. 

Menurut Amin, Bank Ina dan Bank Fama bank kecil. Jadi, mau tidak mau harus bekerjasama dengan bank lebih besar yang memiliki kesamaan bisnis maupun kesamaan pemilik modal. 

"Nanti  dibentuk sebuah ekosistem. Entah bank mana yang akan dijadikan anak usaha dan dikonversi menjadi bank digital,” ujar Amin. 

Grup Salim terbiasa membeli dan mengumpulkan bank kecil lalu dibesarkan dan dijual. Apalagi langkah regulator agar bank kecil masuk ke dalam KUB semakin mendesak. Terutama saat pandemi. 

Ekosistem perbankan ini membentuk hubungan saling menguntungkan dengan internal Grup Salim. "Bank akan mendapatkan dukungan modal dan Salim juga memiliki banyak usaha di berbagai sektor," papar Amin. 

Kini Salim memiliki tentakel sektor keuangan yang komplet. Mulai Asuransi Central Asia (ACA) dengan anak perusahaan Central Asia Raya atau CAR Life Insurance.  Juga ada Central Asia Financial atau Jagadiri. Tak sampai disitu, grup ini juga berinvestasi kepada berinvestasi di Youtap, financial technology (fintech) yang fokus pada merchant.

Grup Salim memiliki tentakel dari sektor ritel hingga fast moving consumer goods (FMCG) seperti Indomaret, Indogrosir, Grup Indofood, dan bisnis kelapa sawit. Urusan teknologi, Salim berbisnis jaringan internet PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) diversifikasi usaha ke bisnis di sektor telekomunikasi. Jangan lupa, Salim juga memiliki bisnis data center.                  

 

Terbaru