Cerita Saham SRIL dan Aksi Penggalangan 1,66 Miliar Saham

Jumat, 17 April 2020 | 14:48 WIB
Cerita Saham SRIL dan Aksi Penggalangan 1,66 Miliar Saham
[ILUSTRASI. Seorang pekerja beraktivitas di pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). DOK/Sritex]
Reporter: Tedy Gumilar | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasa-rasanya hampir tidak ada investor saham di Indonesia yang tidak mengenal PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Emiten produsen tekstil yang berbasis di Solo, Jawa Tengah, itu disebut-sebut sebagai perusahaan tekstil terbesar di asia tenggara.

Pakaian militer produksi Sritex, sebutan Sri Rejeki Isman, digunakan oleh tentara di puluhan negara.

Soal fundamental dan prospek usahanya pun terbilang cukup bagus.

Tolak ukurnya sederhana saja; SRIL merupakan salah satu anggota LQ45, indeks saham paling prestisius di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Satu hal lagi yang membuat SRIL menjadi cukup terkenal adalah lantaran harga sahamnya yang hampir tidak pernah kemana-mana.

Dalam beberapa tahun terakhir, harga saham SRIL hanya bermain di rentang Rp 200-an hingga Rp 300-an.

Posisi harga Rp 400 seolah menjadi level keramat yang hanya pernah disentuh pada pertengahan 2015, itu pun sesaat saja.

Baca Juga: SRIL, INKP, dan saham sektor konsumer berorientasi ekspor jadi pilihan analis

Sejumlah analis dalam beberapa kali kesempatan tidak bisa memberikan jawaban pasti soal fenomena harga saham SRIL.

Dus, muncul sebuah kesimpulan yang belum jelas kebenarannya; ada pihak yang sengaja menjaga saham SRIL, entah siapa dan untuk kepentingan apa.

Namun, sejak pertengahan 2019 kesimpulan ini pun seolah gugur dengan sendirinya.

Maklum saja, usai menyentuh level harga tertinggi dalam setahun terakhir di Rp 362 pada 24 Juli 2019, harga saham SRIL secara berangsur longsor dan meninggalkan level Rp 200an.

Koreksi harga kian dalam seiring merebaknya virus corona (Covid-19) di tanah air.

Bahkan hingga menggiring saham SRIL ke titik nadir di Rp 121 pada 20 Maret 2020.

Sejarah berulang?

Pada titik ini cerita soal pergerakan harga saham SRIL kian menarik.

Usai menyentuh level terendah di Rp 121, harga saham SRIL langsung melesat hingga menggapai Rp 170 pada 7 April 2020, atau naik 40,50%.

Sejak saat itu hingga penutupan perdagangan sesi I (17/4) pola pergerakan harga SRIL mulai berkonsolidasi dan anteng di kisaran Rp 160-an per saham.

Secara teknikal, kenaikan harga SRIL usai dihantam koreksi berkepanjangan bisa dibilang wajar adanya.

Namun, ada fakta sejarah yang menjadi bumbu dan membuat saham ini cukup menarik untuk dicermati.

Pada 2014 silam, dari 24 Januari hingga 10 Oktober harga saham SRIL pernah longsor dari Rp 300 ke Rp 123.

Baca Juga: Ada corona, Sri Rejeki Isman (SRIL) masih kejar pertumbuhan penjualan 8% tahun ini

Tapi, tak butuh waktu terlalu lama harga sahamnya melonjak hingga mencapai Rp 170 pada 4 November 2014.

Berikutnya, saham SRIL memasuki fase konsolidasi hingga awal Maret 2015.

Setelah itu disusul gelombang kenaikan harga hingga menggapai posisi tertinggi sepanjang sejarah di Rp 474 pada 3 Agustus 2015.

Berikutnya, seperti yang sudah dibahas di atas, saham SRIL tidak pernah kemana-mana.

Tak pernah lagi menyentuh harga Rp 400 atau longsong ke bawah Rp 200. 

Investor misterius

Mungkin masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa apa yang terjadi pada saham SRIL beberapa tahun lalu bakal terulang saat ini.

Apalagi, kondisinya memang berbeda seiring pandemi virus corona yang melanda, entah sampai kapan.

Yang pasti, belum lama ini sejumlah investor menggalang saham SRIL hingga mencapai sekitar 1,66 miliar lembar.

Jumlah saham sebanyak itu, merujuk laporan kepemilikan efek yang disampaikan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 15 April 2020 setara dengan 8,11% modal disetor dan ditempatkan penuh pada SRIL.

Saham-saham tersebut lantas ditempatkan dan dikelola oleh UBS AG Singapore non-treaty omnibus account.

Baca Juga: Saham Salah Harga Bermunculan, Market Cap Emiten Ini Lebih Kecil Dibandingkan Kasnya

Merujuk sejumlah literatur, akun omnibus merupakan akun atas nama broker yang dikelola untuk kepentingan lebih dari satu investor.

Dalam konteks ini, akun tersebut atas nama UBS AG Singapura. Sementara saham yang dikelola berasal dari sejumlah akun milik beberapa investor yang berbeda.

Nah, penggunaan omnibus account membuat identitas investor-investor tersebut tidak diungkapkan dan diketahui pihak luar.

Satu hal yang pasti, kehadiran broker profesional yang mengelola saham milik sejumlah investor dalam jumlah sedemikian besar, tentu akan mewarnai perjalanan saham SRIL ke depan.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental
| Senin, 15 Desember 2025 | 10:00 WIB

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental

Reli saham TRIN terpicu kehadiran Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai calon pemegang saham strategis dan Komisaris Utama.

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan
| Senin, 15 Desember 2025 | 09:12 WIB

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan

Sebagai investor dan pengelola dana yang rasional maka konsep ESG investing akan sangat penting diperhatikan.

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:49 WIB

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun

Korporasi getol meluncurkan obligasi bertema ESG di tahun ini. Nilai penerbitannya melampaui tahun 2024 lalu.

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:36 WIB

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha

Namun dalam pemilihan investasi, investor hendaknya tetap memperhatikan faktor risiko yang harus ditanggung. 

ESG & Keberlanjutan HMSP:  Mengepul Dengan Produk Bebas Asap
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:32 WIB

ESG & Keberlanjutan HMSP: Mengepul Dengan Produk Bebas Asap

Isu kesehatan dan dampak sosial melekat di perusahaan rokok. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terus bertransisi untuk mengatasi isu tersebut.

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:23 WIB

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat

BI mencatat, pada periode 8 hingga 11 Desember 2025, nonresiden beli neto sebesar Rp 1,14 triliun di pasar saham dan Rp 2,85 triliun di pasar SBN

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:17 WIB

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI

Kinerja keuangan emiten peritel seperti AMRT, ACES, dan MAPI diprediksi bisa membaik di kuartal IV-2025.

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:05 WIB

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru

Perusahaan akan menambah lini produk baru berupa outdoor furnitur dari salah satu nama beken asal Italia.

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:55 WIB

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN

Ekspansi bisnis keluarga Prabowo diterjemahkan pasar sebagai sinyal arah kebijakan ekonomi masa depan.

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:48 WIB

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri

Pertukaran data properti dengan negara-negara OECD ditargetkan mulai berlaku di 2030                

INDEKS BERITA

Terpopuler