Coach dan Michael Kors Merger, Persaingan Merek Mewah Kian Sengit

Sabtu, 12 Agustus 2023 | 04:15 WIB
Coach dan Michael Kors Merger, Persaingan Merek Mewah Kian Sengit
[]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perebutan pasar barang mewah kian sengit. Ini ditandai dengan merger dan akuisisi antara pemilik Coach, Tapestry, dengan  pemegang saham merek Michael Kors, yakni Capri Holdings. Nilai kesepakatan itu mencapai US$ 8,5 miliar. Aksi ini disebut-sebut akan membuat perusahaan barang mewah asal Amerika Serikat ini bisa bersaing melawan brand mewah asal Eropa. Selama ini, brand mewah asal AS selalu ketinggalan karena skala bisnis dan penetrasi pasar yang kecil. 

Tren penggabungan bisnis perusahaan pemilik brand mewah kembali berlanjut. Kali ini induk perusahaan Coach, Tapestry membeli pemilik Michael Kors, Capri Holdings. Nilai kesepakatan keduanya mencapai US$ 8,5 miliar. 

Penggabungan bisnis tersebut menciptakan persaingan yang makin menantang antar pusat mode Amerika Serikat dan Eropa untuk mendapatkan pangsa pasar mewah global yang lebih besar. Selama ini, perusahaan luxury brand AS selalu ketinggalan dengan rekan-rekan bisnisnya di Eropa. Skala bisnis yang kecil membatasi kemampuan brand mewah AS untuk bisa bersaing dengan lebih baik. 

Baca Juga: Ternyata Ada Hirarkinya, Ini 7 Hirarki Barang Luxury Mewah Wajib Tahu

Brand mewah asal Eropa seperti LVMH memiliki 75 75 merek yang terdaftar di Paris. Merek tersebut termasuk perhiasan Tiffany Co, label mode Louis Vuitton dan Dior.

Sementara penggabungan perusahaan antara Tapestry dan Capril akan menyatukan merek Kate Spade, Stuart Weitzman, Jimmy Choo dan Versace. 

"Cakupan skala menjadi sangat penting bagi pasar merek mewah. Dengan konglomerasi bisnis yang makin besar maka mereka akan bisa mengembangkan merek," kata Analis Morningstar Jelena Sokolova seperti dikutip Reuters.

Tapestry memperkirakan, hasil penjualan dari perusahaan gabungan akan menghasilkan lebih dari US$ 12 miliar secara tahunan global. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang penjualan yang dihasilkan oleh LVMH pada tahun lalu mencapai US$ 87 miliar. Sementara pesaingnya yang lain dari Eropang yakni Kering menghasilkan US$ 23 miliar. 

Baca Juga: Michael Kors-Owner Beats Revenue Estimates on Resilient Luxury Demand

Selama ini, benteng pembatas pertumbuhan kinerja barang mewah di Amerika Serikat karena inflasi yang ketat sehingga memaksa pelanggan untuk mengurangi pengeluaran diskresioner. "(Permintaan yang melemah) telah memberikan tekanan pada Tapestry dan Capri. Keduanya sekarang mencari pasar internasional untuk mendorong pertumbuhan," jelas Direktur Pelaksana GlobalData Neil Saunders. Dia menilai, dengan entitas yang lebih besar maka perusahaan akan lebih mudah untuk menembus rencana ekspansi internasional. 

Kesepakatan itu juga akan membantu Capri menghidupkan kembali merek Michael Kors di bawah manajemen yang lebih baik setelah penjualan Michael Kors terus melemah dalam beberapa kuartal terakhir.
Usai penggabungan bisnis Tapestry akan membayar pemegang saham Capri US$ 57 per saham secara tunai, mewakili premi hampir 65%. Menurut hitungan Reuters, nilai ekuitas dari kesepakatan itu sebesar US$ 6,69 miliar.

Tapestry, Capri dan beberapa perusahaan barang mewah terus tumbuh berkat merger dan akuisisi. Sejak tahun 2017, Tapestry yang saat itu dikenal sebagai Coach membeli pembuat tas tangan Kate Spade seharga US$ 2,4 miliar. 

Baca Juga: Louis Vuitton Gaet Ronaldo dan Messi Jadi Bintang Iklan, Berapa Pengikut di Medsos?

Pada tahun yang sama, Capri atau dikenal dengan Michael Kors mengakuisisi pembuat sepatu Inggris Jimmy Choo seharga US$ 1,2 miliar. Setahun kemudian, Capri membeli Versace seharga US$ 2,2 miliar.

"Kami memperluas dan mendiversifikasi basis pelanggan. Kami juga memperdalam akses kami ke konsumen mewah dan segmen pasar," kata CEO Tapestry Joanne Crevoiserat. Akuisisi Capri juga menandai kebangkitan pembuatan kesepakatan di ruang mewah AS sementara perusahaan besar Eropa mengambil merek-merek kelas atas.

Bulan lalu, pemilik Gucci, Kering, mengatakan telah membeli 30% saham label fashion Italia, Valentino. LVMH menutup akuisisi Tiffany senilai US$ 15,8 miliar pada awal 2021.

Kesepakatan antara Tapestry dan Capri diharapkan bisa berkontribusi pada keuntungan minimal pada tahun 2024. Perusahaan ini juga memperkirakan transaksi tersebut bisa menghemat lebih dari US$ 200 juta dalam waktu tiga tahun setelah penutupan. 

Baca Juga: Saham LVMH Turun, Orang Terkaya di Dunia Bernard Arnault Kehilangan US$11 Miliar

Secara terpisah pada Kamis, Capri melaporkan penurunan 9,6% dalam total pendapatan kuartal pertama menjadi US$ 1,23 miliar. Angka ini mengalahkan ekspektasi analis sebesar US$ 1,20 miliar, menurut data Refinitiv IBES. Laba yang disesuaikan mencapai 74 sen per saham, juga melampaui estimasi 71 sen.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

TFAS Perkuat Ekosistem UMKM dan Efisiensi Digital
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 14:00 WIB

TFAS Perkuat Ekosistem UMKM dan Efisiensi Digital

Berbekal pengalaman panjang pengelolaan titik layanan dan kolaborasi UMKM, TFAS siap membangun kemitraan strategis baru.

Kucuran Pembiayaan Himbara ke Program KDMP Belum Mulai
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:13 WIB

Kucuran Pembiayaan Himbara ke Program KDMP Belum Mulai

Pemerintah telah meneken Surat Keputusan Bersama (SKB) percepatan pembangunan gerai dan gudang Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) 

Dana Pensiun Lokal Mulai Menandah Saham Bank
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:03 WIB

Dana Pensiun Lokal Mulai Menandah Saham Bank

Penurunan saham bank tampak teredam karena institusi-institusi lokal mulai menadah saham yang sudah tergolong murah.​

Bidik Rights Issue Rp 3,2 Triliun, Kendali Konglomerat China di PACK Makin Dominan
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Bidik Rights Issue Rp 3,2 Triliun, Kendali Konglomerat China di PACK Makin Dominan

Deng Weiming memimpin CNGR Advanced Material, perusahaan yang memproduksi komponen baterai litium, beberapa di antaranya digunakan di mobil.

Melihat Proyeksi Kinerja Sumber Tani Agung Resources di Tengah Reli Saham STAA
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:47 WIB

Melihat Proyeksi Kinerja Sumber Tani Agung Resources di Tengah Reli Saham STAA

Status unusual market activity (UMA) tak mampu mengerem laju saham STAA yang mulai menanjak sejak 7 Oktober 2025.

Bangun Family Office Tak Pakai APBN
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:24 WIB

Bangun Family Office Tak Pakai APBN

Menurutnya, konsep family office bertujuan untuk memberikan fasilitas bagi investor individu besar agar menempatkan dananya di Indonesia

Mencari Dana Hingga Rp 3,25 Triliun, PACK Segera  Menggelar Rights Issue
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:13 WIB

Mencari Dana Hingga Rp 3,25 Triliun, PACK Segera Menggelar Rights Issue

Rencananya, sekitar 86,76% dana hasil rights issue akan dialokasikan untuk pinjaman kepada entitas anak 

Daya Beli Dijaga Aman, Penerimaan Tertekan
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:12 WIB

Daya Beli Dijaga Aman, Penerimaan Tertekan

Pemerintah menahan sejumlah kebijakan pajak dan cukai demi menjaga daya beli masyarakat             

Penjualan Meningkat, Laba Astra International (ASII) Berpotensi Bakal Bisa Ngebut
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:05 WIB

Penjualan Meningkat, Laba Astra International (ASII) Berpotensi Bakal Bisa Ngebut

Segmen jasa keuangan diproyeksi tetap stabil. Pendapatan diperkirakan bergerak sejalan meningkatnya penjualan otomotif.

Cum Dividen Saham CMRY Hari Ini, 17 Oktober 2025, Waspadai Potensi Dividend Trap
| Jumat, 17 Oktober 2025 | 08:02 WIB

Cum Dividen Saham CMRY Hari Ini, 17 Oktober 2025, Waspadai Potensi Dividend Trap

Meski dinilai memiliki prospek yang positif, dividen yield saham CMRY di harga saat ini tergolong kecil.

INDEKS BERITA

Terpopuler