Dana Kelolaan Industri Reksadana Melorot

Rabu, 19 Juni 2019 | 08:41 WIB
Dana Kelolaan Industri Reksadana Melorot
[]
Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham dalam negeri yang terpuruk pada Mei lalu berpengaruh negatif pada industri reksadana. Dana kelolaan alias assets under management (AUM) industri reksadana merosot.

Berdasarkan data Infovesta Utama, dana kelolaan industri reksadana, di luar reksadana penyertaan terbatas dan dollar AS, tercatat Rp 487,20 triliun di akhir Mei lalu. Artinya, sepanjang Mei, AUM industri reksadana turun hingga mencapai Rp 5,12 triliun.

Kontribusi terbesar dari penurunan ini disumbang oleh reksadana saham. Dana kelolaan reksadana saham berkurang hingga Rp 3,57 triliun, dari Rp 151,59 triliun di April, menjadi Rp 148,02 triliun.

Setali tiga uang, AUM reksadana pasar uang juga terkikis cukup besar, yakni Rp 3,21 triliun menjadi Rp 55,01 triliun. Sementara, kenaikan AUM terbesar terjadi pada reksadana terproteksi. Kenaikan mencapai Rp 837 miliar menjadi Rp 124,55 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan dana kelolaan di bulan lalu sebenarnya cukup wajar terjadi. Sebab, pasar keuangan dalam negeri sedang mengalami guncangan.

Namun, dari fenomena ini juga terlihat bahwa unit penyertaan malah bertambah besar. Artinya, investor tetap melakukan pembelian saat pasar sedang goyah. "Dana kelolaan reksadana saham turun karena nilai portofolionya turun. Ketika jatuh, justru investor berbondong beli reksadana di aset saham," kata dia, Selasa (18/6).

Tetapi hal tersebut tak berlaku bagi reksadana pasar uang. Wawan melihat, penurunan AUM pada reksadana jenis ini terjadi karena investor membutuhkan dana tunai untuk perayaan lebaran dan liburan.

"Reksadana pasar uang dengan likuiditas tertinggi di antara jenis reksadana lain dan paling banyak di-redeem ketika kebutuhan investor bertambah karena hari raya," ungkap Wawan.

Lebih lanjut, Wawan memperkirakan, dana keloloaan reksadana saham berpotensi naik lebih tinggi ketimbang Mei lalu. Hal tersebut berkaca pada pergerakan IHSG yang sudah rebound dan kembali ke atas 6.100.

Selain itu sentimen positif datang dari peluang suku bunga acuan Bank Indonesia 7-day reverse repo rate (BI 7-DRRR) turun. Bila ini terjadi, minat pada reksadana pendapatan tetap akan naik.

Senada, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah optimistis, dana keloaan industri reksadana akan tumbuh seiring perbaikan kondisi geopolitik. Selain itu, indikasi pemotongan suku bunga The Federal Reserve juga menjadi modal bagi pasar modal untuk bergerak bullish.

"Perkembangan dana kelolaan selalu in-line dengan kinerja pasar," kata dia.

Namun, penurunan suku bunga akan berdampak negatif bagi reksadana pasar uang. Diperkirakan dana kelolaan reksadana pasar uang akan menurun bila suku bunga acuan BI turun karena imbal hasilnya yang juga berpotensi turun.

Wawan masih memperkirakan, dana kelolaan industri reksadana bisa menembus Rp 500 triliun pada Juli mendatang. Sementara di akhir 2019 nanti, posisi AUM ada di kisaran dan Rp 520 triliun–Rp 530 triliun.

Bagikan

Berita Terbaru

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

Menguak Labirin Korupsi Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 07:10 WIB

Menguak Labirin Korupsi Pajak

Publik saat ini tengah menantikan langkah tegas Kejaksaan Agung dalam memberantas korupsi sektor pajak.​

Pembunuh UMKM
| Rabu, 26 November 2025 | 07:00 WIB

Pembunuh UMKM

Jaringan ritel modern kerap dituding sebagai pembunuh bisnis UMKM dan ditakutkan bisa menjalar ke Kopdes yang bermain di gerai ritel.

INDEKS BERITA

Terpopuler