Dana Kelolaan Reksadana Syariah Anjlok Dipicu Aksi Jual

Selasa, 24 Mei 2022 | 04:30 WIB
Dana Kelolaan Reksadana Syariah Anjlok Dipicu Aksi Jual
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri reksadana syariah dalam tekanan. Kondisi ini tercermin dari turunnya dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana syariah.

Merujuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada April 2022, dana kelolaan reksadana syariah turun 45% secara year on year (yoy) menjadi Rp 42,85 triliun. Pemicunya adalah net redemption, yang tergambar dari jumlah unit penyertaan (UP) reksadana syariah pada April 2022 anjlok 58% yoy menjadi 27,27 miliar unit.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, produk yang memicu penurunan adalah reksadana terproteksi syariah. Ia bilang, produk reksadana terproteksi jatuh tempo tidak diganti dengan produk baru.

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Syariah Terseret Reksadana Terproteksi

Minat investor pada reksadana syariah juga minim. "Penyebabnya adalah pajak obligasi reksadana naik menjadi 10%, dari sebelumnya 5%. Alhasil investor institusi, reksadana syariah menjadi kurang menarik," kata Wawan, Senin (23/5). Tapi, dia menilai, ada tantangan industri reksadana syariah. 
Pasalnya, prospek reksadana syariah di Indonesia besar.

Direktur Syariah Unit Eastspring Investment Rian Wisnu Murti berpendapat masih rendahnya literasi dan inklusi reksadana syariah. Kendala lainnya aset di pasar modal syariah saat ini masih sangat terbatas.

Rian bilang, saham perbankan atau finansial syariah masih terbatas jumlahnya, tertinggal jauh dibandingkan saham perbankan dan finansial konvensional. "Jadi ketika pasar reli didorong saham konvensional, kinerja reksadana syariah tertinggal karena aset pendorong terbatas," jelas dia. Namun Rian yakin, ke depan pilihan saham syariah akan semakin beragam.

Wawan meyakini, kinerja reksadana syariah secara umum pada tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu, khususnya berbasis saham. Meski reksadana saham syariah tidak bisa masuk ke saham bank konvensional, tidak lantas kehilangan kesempatan. Tingginya harga komoditas juga akan berimbas pada saham komoditas dan perkebunan.

Senior Economist Bahana TCW Investment Emil Muhamad menambahkan, produk reksadana sukuk bisa dijadikan pilihan. Pasalnya, reksadana ini secara kinerja dalam satu tahun terakhir lebih baik dibandingkan reksadana berbasis SBN konvensional. "Reksadana sukuk ini jauh lebih stabil dan minim volatilitas global, khususnya tengah situasi saat ini. Karena itu, reksadana sukuk ini bisa jadi pilihan menarik," kata Emil.

Baca Juga: Manulife Indonesia Catat Pendapatan Premi Melonjak 42% di Tahun 2021

Bagikan

Berita Terbaru

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%
| Jumat, 22 November 2024 | 23:44 WIB

Serapan Belanja Modal Siber Perbankan Capai 50%

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, telah menyerap 60% capex untuk teknologo informasi (TI) yang dianggarkan mencapai Rp 790 miliar di 2024

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku
| Jumat, 22 November 2024 | 15:14 WIB

Beredar Rumor, Prajogo Pangestu Ditawari Divestasi Saham BBYB Oleh Akulaku

Kepemilikan Prajogo Pangestu dalam emiten Gozco Group, diakitkan dengan investasi Gozco di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB),  

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI
| Jumat, 22 November 2024 | 14:33 WIB

Draf Kabinet Donald Trump Pro Energi Fosil, Begini Dampaknya ke Emiten Energi di RI

Dua nama calon menteri Donald Trump yang pro energi fosil, yakni Doug Burgum calon Menteri Dalam Negeri dan Chris Wright calon Menteri Energi.

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal
| Jumat, 22 November 2024 | 09:50 WIB

Pungutan Ekspor Sawit Turun dari Target Awal

Tahun ini BPDPKS menargetkan setoran pungutan ekspor sawit sebesar Rp 24 triliun, turun dari target awal

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan
| Jumat, 22 November 2024 | 09:32 WIB

Rencana PPN Naik Menuai Petisi Penolakan

Ribuan masyarakat Indonesia menandatangani petisi yang menolak rencana kenaikan tarif PPN menjadi 12% tersebut

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana
| Jumat, 22 November 2024 | 09:14 WIB

Tax Amnesty Bisa Gagal Tarik Dana

Menurut Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto, tax amnesty tidak bisa diterapkan terus-menerus dalam waktu singkat

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru
| Jumat, 22 November 2024 | 09:12 WIB

Cuan Tinggi Saham Pendatang Baru

Kendati harga saham pendatang baru sudah naik tinggi hingga ratusan persen, waspadai pembalikan arah

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

INDEKS BERITA

Terpopuler