Dana Panas Menyerbu Pasar Modal Asia

Kamis, 04 Juli 2019 | 07:07 WIB
Dana Panas Menyerbu Pasar Modal Asia
[]
Reporter: Aloysius Brama, Yasmine Maghfira | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih terus mengalir ke pasar saham dan obligasi di Asia. Bila dihitung sejak awal tahun jumlah dana asing yang masuk ke pasar saham Asia setidaknya mencapai US$ 100,83 miliar.

Sedang dana asing yang masuk ke pasar obligasi setidaknya sebesar US$ 151 miliar. Di Indonesia misalnya, investor asing mencetak beli bersih di pasar saham sebesar Rp 66,98 triliun. Sedangkan di pasar reguler, investor asing mencetak beli bersih Rp 1,75 triliun.

Dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia cukup besar. Bahkan menjadi nomor tiga teratas dibanding bursa saham lainnya di Asia. Meski begitu, hingga Rabu (3/7), IHSG masih menjadi bursa dengan kinerja terburuk kedua setelah bursa Malaysia.

Toh, Analis Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menilai, pasar modal di Indonesia masih memiliki prospek yang cukup bagus. Apalagi, peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poors (S&P) di level investment grade makin tinggi.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan justru menilai, IHSG cuma naik tipis lantaran valuasi Indonesia masih dihargai premium oleh investor. Jika dilihat dari angka price to earning ratio (PER), valuasi IHSG tertinggi ketiga setelah bursa China dan bursa India. Alfred menghitung PER IHSG sudah 19 kali.

Selain itu, banyak investor asing yang membeli saham di Indonesia memiliki horizon investasi jangka panjang. Ini nampak dari jumlah dana asing yang masuk melalui mekanisme crossing saham jauh lebih banyak ketimbang di pasar reguler.

Menurut para analis, sejatinya dengan peringkat Indonesia yang mencapai level investment grade, minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia akan meningkat. Tapi masih ada sentimen negatif yang jadi perhatian.

Analis Kresna Sekuritas Franky Rivan menilai, investor asing jangka pendek mengkhawatirkan fluktuasi kurs rupiah. Maklum, masih ada sentimen global yang menimbulkan ketidakpastian, seperti perang dagang. Apalagi kemarin, Presiden AS Donald Trump juga memantik perseteruan dagang dengan Uni Eropa.

Dari dalam negeri, investor asing jangka pendek juga mengkhawatirkan defisit neraca perdagangan Indonesia. "Jika pemerintah membuat kebijakan secara tepat untuk kedua sentimen tersebut, saya rasa ini akan menambah sentimen positif ke bursa," ujar Rivan menganalisa.

Belum lagi, menurut Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Chrisnanda, ada pemangkasan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia menjadi 5,1% dari asumsi sebelumnya, yakni 5,2%. "Faktor tersebut tentu menjadi refleksi atas melambatnya pertumbuhan earning korporasi dalam negeri," ujar dia, Rabu (3/7).

Kondisi politik di semester satu juga jadi perhatian investor asing. Kini, dengan meredanya faktor politik, Kevin menilai, ke depan pelaku pasar akan melihat realisasi kebijakan serta susunan kabinet pemerintahan.

Faktor negatif lain yang menghambat adalah laju IHSG adalah suku bunga. Tapi Kevin menilai Bank Indonesia berbeda dengan bank sentral negara lain. "BI agak moderat. Mereka menjaga suku bunga untuk menjaga nilai rupiah. Jadi dampak kurs akan coba dijaga," kata dia.

Karena itu, para analis masih optimistis, IHSG akan melesat ke depan. "Tingginya pertumbuhan ROE di atas 10% pada 2020 juga membuat pasar domestik masih menarik. Itu angka yang tinggi di Asia Pasifik," ujar Thendra.

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA