Berita Refleksi

Dana Pensiun

Oleh Yuwono Triatmodjo - Redaktur Pelaksana
Sabtu, 04 Juni 2022 | 08:00 WIB
Dana Pensiun

Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lantaran banyak persoalan pengelolaan portofolio oleh dana pensiun (dapen) pelat merah, Kementerian BUMN kini sedang mengkaji pengintegrasian pengelolaannya dalam satu badan, yakni Indonesia Finansial Group (IFG). Tujuannya, untuk menyehatkan Dapen yang defisit.

Kondisi pada sejumlah Dapen bermasalah, kelak akan menjadi tanggungan bersama, dalam naungan IFG. Pemerintah tentu tidak ingin lagi, kasus di beberapa Dapen BUMN, ujung-ujungnya berimbas pada bertambahnya beban keuangan negara.

Jadi, jangan banyak berharap jika pengembalian hasil investasinya kelak kurang maksimal. Sebab, sejak awal IFG sudah diberikan pekerjaan rumah yang berat, menyehatkan Dapen yang defisit.

Patut diduga, pemilihan portofolio di bawah naungan IFG kelak, lebih kalem alias tidak agresif. Sebab, risiko terburuk adalah bolak-balik gedung Kejaksaan Agung, karena perkara kerugian negara akibat penurunan nilai investasi. Duh!

Dilema memang. Padahal, literasi keuangan mengajarkan pemilihan portofolio berdasarkan karakteristik sang investor. Fresh graduate yang kemudian menjadi pegawai BUMN, tentu memiliki profil risiko yang berbeda-beda dengan pekerja yang sebentar lagi memasuki masa pensiun.

Aneka karakteristik pegawai BUMN tersebut, tentu tidak bisa disamaratakan. Disinilah peran pengelola Dapen, mencari akal memaksimalkan imbal hasil dana kelolaannya. Jika dipukul rata, mengisi periuk investasi dengan aset yang konservatif, bisa dibayangkan kecewanya sang pegawai baru tadi.

Sikap agresif Dana Investasi Pensiun Pemerintah Jepang atau Goverment Pension Investment Fund (GPIFP), sebagai contoh, mungkin berangkat dari banyak keterbatasan. Sejak Januari 2016, Bank of Japan (BoJ) mengambil kebijakan suku bunga acuan negatif, alias di bawah nol persen.

Bahkan obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun yang menjadi benchmark, imbal hasilnya tidak lebih dari 0,25% saban tahun.

Oleh sebab itu, GPIF hingga akhir kuartal ketiga 2021 mengalokasikan 50,60% dana kelolaannya di dalam portofolio saham domestik dan mancanegara dengan porsi hampir sama besar.

Alhasil, sepanjang 2021 hingga akhir kuartal ketiga, return GPIF mampu mencapai 3,79% (annualized). Jika GPIF hanya mengandalkan surat utang, pensiun di Jepang mungkin hanya bisa gigit jari. 

Terbaru