Dari Target 35.000 MW, Pembangkit LIstrik yang Sudah Beroperasi Baru 8%

Selasa, 19 Maret 2019 | 07:12 WIB
Dari Target 35.000 MW, Pembangkit LIstrik yang Sudah Beroperasi Baru 8%
[]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mengembangkan megaproyek kelistrikan dengan kapasitas 35.000 megawatt (MW). Namun hingga Januari tahun ini, proyek pembangkit listrik yang beroperasi secara komersial atau comercial operation date (COD) baru 8% atau berkapasitas 3.009 MW.

Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengakui, hingga 15 Januari 2019, proyek pembangkit yang sudah beroperasi secara komersial memang baru 3.009 MW atau sekitar 8% dari total kapasitas proyek.

"Penyelesaian terkesan baru sedikit (8%). Namun apabila dilihat secara total, proyek yang telah menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement/PPA) mencapai 93,37%. Artinya, hanya tersisa 6,63% yang belum menjalankan PPA," ungkap dia, dalam acara Diseminasi RUPTL 2019–2028 di Kantor Pusat PLN, Senin (18/3).

Dari 8% pembangkit yang telah beroperasi, sebagian besar terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Mesin Gas (PLTG/MG), Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) serta pembangkit energi baru terbarukan (EBT) berskala kecil (PLTS, PLTBn, PLTBm, PLTBg). "Itu karena memang masa konstruksi pembangkit jenis tersebut relatif singkat, sekitar 12–24 bulan," ujar Jisman.

Meski pencapaian operasional terbilang rendah, saat ini tercatat 58% proyek sudah memasuki tahap konstruksi, antara lain terdiri dari PLTU, Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Jisman bilang, persiapan proyek dan proses konstruksi pembangkit jenis itu membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.

Adapun 27% proyek pembangkit yang telah PPA saat ini memasuki proses pemenuhan persyaratan pendanaan agar tercapai financial close atau effective date. Asal tahu saja, untuk mencapai target tersebut, proyek-proyek itu harus menyelesaikan antara lain pembebasan lahan dan izin lingkungan.

Sementara sisa 7% proyek ditargetkan bisa tuntas proses pengadaan paling lambat pada tahun depan. "Semoga selesai, kan (mayoritas) tinggal konstruksi, PPA sudah," tutur Jisman.

Kementerian ESDM dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tetap optimistis megaproyek 35.000 MW bisa selesai tahun 2023 atau 2024.

Direktur Perencanaan Korporat PT PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan, penyelesaian megaproyek tersebut menyesuaikan supply-demand kelistrikan.

Sehingga diperkirakan penambahan kapasitas secara signifikan baru akan berlangsung pada tahun 2020 mendatang. Hal itu seiring dengan banyaknya pembangkit yang sudah siap beroperasi.

Meski masih belum menyebut detailnya, Syofvi mengatakan pada tahun depan ada tambahan sekitar 10.000 MW atau setara 28,47% dari total kapasitas proyek. "Signifikan paling banyak masuk pada tahun 2020, diperkirakan lebih dari 10.000 MW. Jadi selesai antara tahun 2023–2024," ungkap dia. Adapun pada tahun ini, Syofvi menjelaskan bakal ada tambahan sekitar 3.800 MW atau 10,85% dari total kapasitas proyek.

Penambahan kapasitas tersebut terutama berasal dari sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru yang berkapasitas jumbo hingga 1.000 MW yang bakal beroperasi pada kuartal ketiga dan kuartal keempat tahun ini.

 

Tambahan kapasitas lainnya berasal dari pembangkit EBT yang rencananya beroperasi sebesar 560 MW di sepanjang tahun ini. "Kami mengharapkan dari PLTU berkapasitas besar, seperti PLTU Jawa 7, Ekspansi Cilacap 1, PLTU Lontar, dan dari EBT lainnya," ungkap Syofvi.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pebisnis Cat Intip Pasar Ekspor Eropa
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 07:20 WIB

Pebisnis Cat Intip Pasar Ekspor Eropa

Pelaku usaha cat dan pelapis dalam negeri tengah menyiapkan diri untuk memanfaatkan kesepakatan perdagangan bebas RI dan Uni Eropa..

Hatten Bali (WINE) Bidik Peluang Ekspansi di Luar Bali
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Hatten Bali (WINE) Bidik Peluang Ekspansi di Luar Bali

WINE menyiapkan dana belanja modal (capex) sebesar Rp 26 miliar pada 2025 untuk memperkuat kapasitas produksi dan mendukung efisiensi operasional

Biayai Akuisisi SPBU Esso, Chandra Asri (TPIA) Dikabarkan Cari Pendanaan US$ 1 Miliar
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:59 WIB

Biayai Akuisisi SPBU Esso, Chandra Asri (TPIA) Dikabarkan Cari Pendanaan US$ 1 Miliar

Ekspansi PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ke Singapura sejauh ini berkontribusi positif ke kinerja keuangannya.

The Fed Pangkas Suku Bunga, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (30/10)
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:50 WIB

The Fed Pangkas Suku Bunga, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (30/10)

Pasar juga menanti hasil pertemuan Bank of Japan. Pada  Kamis (30/10) dini hari  The Fed memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 3,75%-4%,

Tak Hanya Penyaluran Kredit, Penjualan Aset di Bank Juga Menantang
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:42 WIB

Tak Hanya Penyaluran Kredit, Penjualan Aset di Bank Juga Menantang

Perbankan tampaknya tak hanya menghadapi tantangan dalam menggenjot penyaluran kredit tahun ini, tapi juga dalam menjual agunan aset bermasalah​

Menakar Efek Gulir Dana Khusus Pariwisata
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:40 WIB

Menakar Efek Gulir Dana Khusus Pariwisata

Prgram IQTF bakal diperluas untuk mendukung pembiayaan bagi proyek pengembangan destinasi wisata hingga penguatan layanan dan fasilitas wisata

Prospek Saham Bank Usai Tersingkir dari Indeks
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:37 WIB

Prospek Saham Bank Usai Tersingkir dari Indeks

Sejumlah emiten  perbankan harus rela tersingkir dari indeks unggulan seperti LQ45 dan IDX80 seiring penurunan tajam harga sahamnya. ​

Dana SAL di Himbara Akan Mendongkrak NIM
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:33 WIB

Dana SAL di Himbara Akan Mendongkrak NIM

Margin keuntungan perbankan diperkirakan akan membaik di akhir tahun ini, sejalan dengan kondisi likuditas yang diprediksi semakin longgar. ​

Telkom Berupaya Strategi Atur Ulang Aset Fiber
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Telkom Berupaya Strategi Atur Ulang Aset Fiber

PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) Tbk (TLKM) berupaya mendaur ulang aset fiber untuk mendukung pertumbuhan ke depan

Transformasi Bisnis Energi TBS Energi Utama (TOBA)
| Kamis, 30 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Transformasi Bisnis Energi TBS Energi Utama (TOBA)

Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi TBS untuk memperkuat fondasi bisnis hijau.setelah sebelumnya terdampak harga batubara.

INDEKS BERITA

Terpopuler