Daya Tarik Saham di Indeks Kehati yang Terdiskon Dalam

Rabu, 05 Juni 2024 | 06:00 WIB
Daya Tarik Saham di Indeks Kehati yang Terdiskon Dalam
[ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat papan iklan investasi saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (6/5/2024).]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk investor yang peduli dengan lingkungan hidup dan sosial, pilihan saham dari emiten yang mengedepankan prinsip lingkungan hidup (environment), sosial (social), dan tata kelola (governance), menjadi pertimbangan penting. Investor bisa melirik saham-saham ESG ini di indeks terkait Yayasan Kehati.

Di akhir bulan Mei lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan perubahan isi dari indeks terkait Kehati, yaitu Indeks Sri-Kehati, ESG Sector Leaders IDX Kehati (ESGS Kehati), dan ESG Quality 45 IDX KEHATI (ESGQ Kehati).

Ketiga indeks ini adalah hasil kolaborasi BEI dengan Yayasan Kehati. Susunan baru konstituen beberapa indeks Kehati ini akan berlaku mulai 3 Juni hingga 29 November 2024 nanti. 

Indeks Sri-Kehati mengukur kinerja harga saham dari 25 perusahaan tercatat yang memiliki kinerja yang baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI).

Mengutip BEI, ada lima saham yang masuk dan keluar dari Indeks Sri-Kehati. Saham yang menjadi penghuni baru yaitu AVIA, SCMA, SIDO, SMSM, dan UNTR.

Sedangkan lima saham yang keluar yaitu,AALI, DRMA, SILO, TINS, dan WIKA

Indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati (ESGS Kehati) berisikan saham-saham dengan hasil penilaian kinerja ESG di atas rata-rata sektornya serta memiliki likuiditas yang baik. Klasifikasi industri mengacu kepada klasifikasi industrial versi BEI.

Perombakan di ESGS Kehati lebih banyak, yaitu sampai 18 saham. Saham yang masuk yaitu ACES, ASGR, AVIA, BEST, BIRD, BJBR, BJTM, BUKA, ELSA, MTEL, NISP, PNBN, PTPP, SIDO, TAPG, TBIG, dan TOWR

Sedangkan saham yang keluar dari indeks yaitu AALI, BRPT, DMAS, ERAA,EXCLIMPC, JTPE, LPPF, MIKA, NCKL. PGAS, RAJA, SSIA, TINS, TOTL, TRIM, WIKA, dan WIRG

Adapun Indeks ESG Quality 45 IDX KEHATI (ESGQ Kehati) di bursa, berisikan 45 saham terbaik dari hasil penilaian kinerja ESG dan kualitas keuangan perusahaan serta memiliki likuiditas yang baik.

Di ESGQ Kehati, saham yang masuk yaitu BIRD, BJTM, CTRA, MTELPGEO, PNBN, PWON, TAPG, dan TBIG.

Sedangkan saham yang keluar dari indeks tersebut  AALI, ERAA, IMPC, JTPE, MAPA, MIKA, TINS, TOTL, dan WIKA.

Baik Indeks Sri-Kehati, ESGS Kehati, dan ESGQ Kehati ini diluncurkan dan dikelola bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia atau Yayasan Kehati. 

Yayasan ini merupakan organisasi non-pemerintah yang memiliki program pelestarian keanekaragaman hayati secara berkelanjutan di Indonesia. 
Perubahan indeks ini tak banyak mempengaruhi saham-saham yang masuk atau keluar. Mayoritas saham-saham ini tetap mencatatkan pergerakan turun. 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, penyesuaian portofolio atau rebalancing akibat perubahan di indeks Kehati tidak terlalu besar dampaknya. Secara umum, rebalancing memang tidak selalu mengerek harga saham yang masuk indeks tertentu. 

"Kecuali kalau masuk rebalancing yang cukup besar seperti LQ45 atau FTSE atau MSCI yang menjadi acuan bagi manajer investasi, sehingga perombakan isi indeks berpengaruh besar bagi emiten yang masuk atau keluar," kata dia. 

Jika diperhatikan, saham-saham yang masuk ke papan Sri-Kehati masih dilanda penurunan, baik setelah diumumkan susunan baru pada hari Selasa (28/5) maupun kinerja sepanjang tahun ini atau year to date

Misalnya, saham PT Astra Graphia Tbk (ASGR) yang malah turun 0,66% pada keesokan hari setelah pengumuman, dan PT Bank BJB Tbk (BJBR) yang turun 0,51%. 

Kalau dilihat, harga saham PT Bank Jatim Tbk (BJTM) dan PT Bukalapak.com (BUKA)  turun lebih dari 3% dalam sehari. Saham-saham ini pun belum bisa membalikkan kinerja sepanjang tahun ini jadi positif. 

Sebaliknya, seperti kata Herditya, saham-saham yang masuk indeks MSCI masih bergerak menguat. Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia sebelumnya sudah mengumumkan rebalancing indeks MSCI Global Standar dan MSCI Small Cap Index. Susunan baru indeksnya berlaku mulai 1 Juni 2024 mendatang. 

Beberapa saham yang masuk MSCI misalnya PT Chandra Asri Tbk (TPIA) dalam sepekan terakhir mencatatkan penguatan 1,1%. Lantas, ada PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga masih tercatat menguat 0,32% sepekan terakhir. 

Manajer Investasi seperti BNI Asset Manajemen juga tak serta merta mengganti isi portofolio dalam reksadana Indeks Sri-Kehati. Reksadana ini mimicking kinerja indeks Sri-Kehati. 

Putut Endro Andanawarih, Direktur Investasi BNI AM bilang, strategi investasi dilakukan tetap berdasarkan analisis fundamental terhadap berbagai faktor berdasarkan pendekatan top down yang dipadukan dengan pendekatan bottom up

Analisa kondisi makro ekonomi global dan domestik, kondisi industri, serta kondisi perusahaan perlu disaring sebelum dipilih. 

"Strategi ini diimplementasikan dan dilakukan rebalancing untuk underlying di dalam portofolio setiap kuartal, sesuai dengan dengan indeks acuannya, agar dapat menghasilkan kinerja yang baik sejalan dengan indeks yang menjadi benchmark produk tersebut," kata Putut. 

Kinerja ambles

Di luar tujuan mulianya, saat ini, Indeks Sri-Kehati, ESGS Kehati, ESGQ Kehati mencatatkan kinerja merah di bursa. Bahkan, mengalami penurunan lebih dalam dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).  

Sepanjang tahun ini sampai 29 Mei 2024, IHSG tercatat mengalami penurunan 1,82%.  Namun, Indeks Sri Kehati mengalami penurunan sampai 13,26%. Indeks ESGS Kehati juga senada tercatat turun 12,23%. Sedangkan Indeks ESGQ Kehati turun 12,92%. 

Di Indeks Sri-Kehati, sebanyak 18 dari 25 konstituennya mencatatkan rapor merah untuk periode year to date hingga 29 Mei 2024. Salah satu penyebab utama Indeks Kehati adalah sektor perbankan yang memiliki bobot terbesar, bahkan lebih dari setengah indeks. 

Dari susunan saham Sri-Kehati yang masih berlaku, 56,43% bobot indeks Sri Kehati dikuasai oleh saham bank, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan yang kapitalisasinya paling kecil PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

Saham-saham bank ini memang sedang merosot dalam. Saham big banks menjadi "korban" aksi jual asing yang mengurangi aset berisiko mereka, ketika tensi geopolitik Timur Tengah tinggi. 

Mengalami harga rekor di bulan Maret dan April yang lalu, saham-saham perbankan juga dilanda aksi jual karena program stimulus restrukturisasi kredit berakhir. Dengan kapitalisasi saham yang besar, bukan hanya indeks Sri-Kehati, tetapi IHSG pun ikut terseret. 

Turnover dari lima saham bank ini selama lima bulan terakhir mencapai Rp 285 triliun. Saham BBRI merosot 23,49% YTD dengan total aksi jual asing Rp 11,2 triliun. Saham BBCA juga tercatat turun 4,26% dengan jual bersih asing Rp 17,3 triliun. 

Penekan saham terbesar kedua Indeks Sri-Kehati yaitu dari sektor infrastruktur, seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan bobot sekitar 14,2%. Saham TLKM turut menjadi penyeret indeks dengan penurunan 28,86% sepanjang tahun 2024 ini. 

Sektor saham konsumer, yang menyumbang bobot ketiga terbesar indeks Sri-Kehati juga merosot turun. Dengan bobot 13% dari Indeks Sri Kehati, saham-saham penekannya yaitu INDF, ICBP, dan UNVR. Sementara PT Japfa Tbk (JPFA) masih mencatat kenaikan 20% sepanjang tahun.

Kinerja semester II

Dengan bobot sektor perbankan yang lebih dari separuh, CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menilai, wajar kalau Indeks Kehati merosot dalam. 

Namun, menurut dia, saham perbankan besar tetaplah menarik. "Dalam hal ini, justru koreksi adalah momentum, mengingat kondisi perekonomian kuat dari data terlansir, masih wajar adanya," kata William. 

Di semester kedua nanti, sentimen bursa akan kembali ke kinerja emiten yang disinyalir lebih membaik. Karena itu, saham-saham yang sekarang sedang melorot diperkirakan akan bergerak ke arah stabil. 

Kiswoyo, Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama juga optimistis memandang semester kedua. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia full year masih bisa bertahan di atas 5%. Ekonomi Indonesia pada kuartal I lalu tercatat naik 5,11% year on year

Selain itu, dari global, pasar siap jika bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve mulai menurunkan bunga pada kuartal IV-2024, molor dari ekspektasi pasar di awal semester II tahun ini. 

Sedangkan momentum pelantikan presiden terpilih Prabowo Subianto pada Oktober 2024 nanti akan memacu konsumsi, sehingga menggerakkan ekonomi. 

Karena itu, saham-saham di Kehati seperti bank besar BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI masih menarik ke depannya. Begitu juga dengan saham infrastruktur TLKM. "Ketika ekonomi tumbuh, saham-saham ini ikut menguat," kata Kiswoyo.

Herditya juga melihat sejumlah penghuni saham Kehati yang baru menarik dicermati. Dia merekomendasikan buy on weakness UNTR dengan support Rp 22.000 dan resistance Rp 22.675, serta target harga Rp 22.800 - Rp 22.950 per saham.

Lalu, ada rekomendasi buy on weakness juga untuk saham ACES dengan support Rp 800 dan resistance Rp 835. Target harga saham ritel ini adalah pada Rp 860-Rp 885 per saham. 

Saham PGAS juga menarik untuk trading dengan support Rp 1.570 dan resistance Rp 1.640, serta target harga Rp 1.675 - 1.710. 

Namun, berbagai rekomendasi saham ini bukan ajakan untuk membeli, ya. Sesuaikan keputusan investasi dengan tujuan dan profil risiko Anda.  

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

BEI Suspensi Belasan Saham Sepanjang November, Redam Euforia Lonjakan Harga Saham IPO
| Kamis, 21 November 2024 | 18:03 WIB

BEI Suspensi Belasan Saham Sepanjang November, Redam Euforia Lonjakan Harga Saham IPO

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) cukup getol menggembok saham emiten beberapa waktu terakhir, meski di tengah kondisi pasar yang lesu.

Pasar IPO Tahun 2024 Kurang Bergairah, Otoritas Perlu Berbenah untuk Tahun 2025
| Kamis, 21 November 2024 | 17:37 WIB

Pasar IPO Tahun 2024 Kurang Bergairah, Otoritas Perlu Berbenah untuk Tahun 2025

Deloitte mengungkapkan terjadi penurunan yang signifikan perusahaan yang melaksanakan IPO di Indonesia, dibandingkan tahun sebelumnya.

Dampak Perang Dagang AS-China, Ekspor RI Turun Hingga Kebanjiran Produk Murah China
| Kamis, 21 November 2024 | 16:59 WIB

Dampak Perang Dagang AS-China, Ekspor RI Turun Hingga Kebanjiran Produk Murah China

Terpilihnya Donald Trump menimbulkan kekhawatiran terjadi perang dagang Amerika Serikat-China, seperti yang terjadi tahun 2018 silam. 

 Investasi Hilirisasi Butuh Rp 9.800 T Hingga 2040, Berikut Perincian 28 Komoditasnya
| Kamis, 21 November 2024 | 09:12 WIB

Investasi Hilirisasi Butuh Rp 9.800 T Hingga 2040, Berikut Perincian 28 Komoditasnya

PTBA menggadang hilirisasi batubara menjadi Artificial graphite dan anode sheet. Sementara ADRO berambisi menjadikannya bahan baku pupuk.

Geber Pengembangan Energi Hijau, Indonesia Butuh Rp 1.000 T Satu Dekade ke Depan
| Kamis, 21 November 2024 | 08:54 WIB

Geber Pengembangan Energi Hijau, Indonesia Butuh Rp 1.000 T Satu Dekade ke Depan

Pemerintah mengklaim bakal membantu pembangunan transmisi dan gardu induk lantaran tidak mudah untuk mencapai nilai keekonomian.. 

Mata Uang Asia Masih Sulit Bangkit
| Kamis, 21 November 2024 | 08:45 WIB

Mata Uang Asia Masih Sulit Bangkit

Mata uang Asia masih berpeluang melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) setidaknya sampai akhir tahun 2024 ini.

Mengail Potensi Cuan Obligasi Korporasi
| Kamis, 21 November 2024 | 08:43 WIB

Mengail Potensi Cuan Obligasi Korporasi

Berinvestasi pada surat utang korporasi menjadi alternatif menarik bagi investor, Terlebih, di tengah kondisi pasar yang volatil 

Harga Amonia Memoles Prospek ESSA, Analis Beri Rekomendasi Buy
| Kamis, 21 November 2024 | 08:37 WIB

Harga Amonia Memoles Prospek ESSA, Analis Beri Rekomendasi Buy

Menakar prospek bisnis dan kinerja saham PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) di tengah tren laju harga amonia

Saham INDF Jadi Primadona Investor Asing, FMR Hingga SEI Investments Rajin Akumulasi
| Kamis, 21 November 2024 | 08:05 WIB

Saham INDF Jadi Primadona Investor Asing, FMR Hingga SEI Investments Rajin Akumulasi

Net foreign buy terbesar dalam lima hari terakhir tercatat berlangsung di saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Koperasi Bisa Kelola Sumur Minyak Ilegal
| Kamis, 21 November 2024 | 07:55 WIB

Koperasi Bisa Kelola Sumur Minyak Ilegal

Undang-Undang (UU) Migas memperbolehkan entitas koperasi untuk mengelola sumur minyak tua yang selama ini dibor secara ilegal oleh masyarakat.

INDEKS BERITA

Terpopuler