Diversifikasi Bisnis Adaro Energy (ADRO) Mengangkat Prospek Saham

Jumat, 26 April 2019 | 07:19 WIB
Diversifikasi Bisnis Adaro Energy (ADRO) Mengangkat Prospek Saham
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pelemahan harga batubara dunia diprediksi berlangsung sepanjang tahun 2019 ini. Ini tentu akan mempengaruhi kinerja produsen batubara, tak terkecuali PT Adaro Energy Tbk.

Kinerja perusahaan berkode saham ADRO tahun lalu cukup mumpuni. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2018, pendapatan perusahaan batubara ini naik 11,08% menjadi US$ 3,62 miliar. Namun, laba bersih perusahaan ini mengalami penurunan 13,57% ke US$ 417,72 juta. Ini terjadi karena beban pokok pendapatan perusahaan ini naik 14% dari US$ 2,11 miliar di 2017 menjadi US$2,41 miliar sepanjang tahun 2018.

Analis Kreshna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, tekanan harga batubara memang berpeluang berlanjut hingga akhir tahun 2019. Salah satu penyebabnya: datang dari perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan China.

Perang dagang yang berlarut-larut membuat pelaku pasar khawatir terhadap potensi penurunan permintaan batubara. Khususnya permintaan dari China yang selama ini menjadi importir batubara terbesar dunia.

Hal tersebut membuat pasar batubara berkalori rendah pun ikut terguncang. Nah, ADRO menjadi salah satu perusahan tambang yang memproduksi batubara berkalori rendah yang berpotensi terkena dampak tersebut.

"Ketika China mengeluarkan kebijakan yang menyebabkan harga batubara turun, kinerja ADRO sedikit terdampak. Namun, untuk kinerja penjualannya saat ini masih sangat tinggi, khususnya batubara termal yang di ekspor ke China," tandas analis NH Korindo Sekuritas Firman Hidayat dalam risetnya.

Analis OCBC Sekuritas Inav Haria Chandra dalam risetnya Jumat (12/4) lalu menyebut, selain China, India juga sedang menekan impor batubaranya. Karena itu, ia memprediksi harga batubara global di tahun ini ada di kisaran US$ 90–US$ 100 per metrik ton. "Angka ini lebih rendah dari harga batubara tahun lalu yang mencapai US$ 105 per metrik ton," kata dia.

Apalagi, target produksi ADRO di tahun ini masih stabil di kisaran 54 juta–56 juta ton, tetapi emiten itu memangkas target earnings before interest, tax, depreciation and amortization aloas EBITDA dari US$ 1,4 miliar di 2018 menjadi US$ 1 miliar hingga US$ 1,2 miliar.

"Pertumbuhan konsumsi batubara global kemungkinan lesu, mengingat potensi pertumbuhan ekonomi yang melambat dalam watku dekat," kata Inav dalam risetnya.

Diversifikasi bisnis

Namun, Firman juga melihat ADRO sudah menyiapkan strategi guna menggenjot kinerja saat harga batubara loyo. Salah satunya: dengan menyeimbangkan portofolio bisnis.

Tahun ini, emiten anggota Kompas100 ini memperkuat kinerja di sektor pembangkit listrik. Perusahaan ini menargetkan proyek pembangkit listrik berkapasitas 5.000 Mega Watt (MW) dalam lima tahun ke depan mulai menghasilkan. Saat ini, total kepemilikan pembangkit listrik ADRO di seluruh Indonesia baru 2.260 MW. "Kami mengawasi proyek-proyek pembangkit listrik ADRO memiliki sejumlah keunggulan," ungkap Firman.

ADRO juga memiliki IRR (internal rate of return) yang solid untuk pembiayaan proyek jangka panjang, dengan bunga rendah. Proyek ADRO memiliki pangsa pasar yang dapat mendistribusikan DMO batubara, sehingga dari sisi komersial cukup menarik.

"Dengan begitu, proyek diharapkan bisa mengurangi volatilitas pada aktivitas penjualan ADRO, yang sangat bergantung pada pergerakan harga batubara yang masih volatile," jelas dia.

Di sisi lain, ADRO juga kian gencar pada bisnis coking coal dengan target penjualan 8,5 juta ton. Firman masih merekomendasikan beli ADRO dengan target harga Rp 1.675 per saham. Robertus juga menyarankan beli dengan target harga Rp 1.500. Sedangkan Inav memilih untuk merekomendasikan hold dengan target Rp 1.450 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (8 Juni 2025)
| Minggu, 08 Juni 2025 | 09:23 WIB

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (8 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (8 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,63% jika menjual hari ini.

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:35 WIB

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas

Di balik reputasinya sebagai penyedia kamar murah dan layanan check-in kilat, OYO punya ambisi lebih besar. Apa itu?

 
Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:20 WIB

Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang

Ribuan calon jemaah haji furoda gagal berangkat ke Tanah Suci. Tak hanya calon jemaah yang gundah gulana, agen travel juga pusing alang kepalang. 

 
Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:50 WIB

Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil

Bermain kini bukan hanya urusan anak-anak. Playground kini menjadi ruang pelepas penat bagi orang dewasa. Apa peluang bisnisnya?

 
Kopdes Melaju Buat Siapa?
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:10 WIB

Kopdes Melaju Buat Siapa?

​Hingga awal Juni, sebanyak 78.000 lembaga Kopdes Merah Putih sudah terbentuk melalui musyawarah desa khusus.

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:32 WIB

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing

Beberapa saham yang terkena aksi jual asing dalam sepekan terakhir ini, masih dapat dicermati untuk trading jangka pendek

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:25 WIB

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis

 Sejumlah emiten mulai dari sektor teknologi, kesehatan, hingga energi, memperluas bisnis dengan membentuk anak usaha baru.

Prospek Saham DSNG yang Siap  Menebar Dividen Rp 24 Per Saham
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:23 WIB

Prospek Saham DSNG yang Siap Menebar Dividen Rp 24 Per Saham

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 254,39 miliar dari buku tahun 2024.

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:19 WIB

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen

Mengupas rencana bisnis perusahaan ritel fesyen, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) di tengah persaingan industri yang ketat

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:00 WIB

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini

Potensi kontraksi PMI masih dapat berlanjut, terlebih jika pasca negosiasi tarif dalam 90 hari tidak mendapatkan keputusan win-win.

INDEKS BERITA

Terpopuler