DOID Kejar Pendapatan US$ 892,46 juta

Senin, 15 April 2019 | 08:10 WIB
DOID Kejar Pendapatan US$ 892,46 juta
[]
Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan jasa pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) membidik pendapatan di kisaran US$ 850 juta hingga US$ 950 juta pada tahun ini. Kalau dibandingkan dengan realisasi pendapatan bersih tahun lalu senilai US$ 892,46 juta, target maksimal pendapatan 2019 setara dengan pertumbuhan 6,45% year on year (yoy).

Strategi Delta Dunia Makmur adalah memacu kinerja operasional. Sepanjang tahun ini mereka menargetkan volume pengupasan lapisan tanah penutup atau overburden removal sebanyak 380 juta bank cubic meter (bcm) hingga 420 juta bcm. Sebagai perbandingan, volume pengupasan lapisan tanah tahun lalu sebesar 393 juta bcm.

Sejalan dengan target kenaikan volume pengupasan lapisan tanah, Delta Dunia Makmur ingin volume penambangan batubara tahun ini juga mendaki. "Target produksi batubara tahun ini tentunya lebih banyak, tapi yang penting untuk kami lebih ke volume overburden removal," kata Eddy Porwanto Poo, Direktur Keuangan PT Delta Dunia Makmur Tbk kepada KONTAN, Jumat (12/4).

Sebagai perbandingan, tahun lalu Delta Dunia Makmur mengincar produksi batubara sebanyak 45 ton hingga 50 juta ton. Sementara jika mengintip informasi dalam situs resmi perusahaan tersebut, volume penambangan batubara dari Januari-November 2018 mencapai 38,8 juta ton.

Hingga tutup kuartal I 2019 kemarin, kinerja operasional Delta Dunia Makmur mengaku capaian masih sejalan dengan target. Hanya, emiten anggota indeks Kompas100 ini, belum bersedia membeberkan besaran volume pengupasan lapisan tanah maupun penambangan batubaranya.

Yang pasti, Delta Dunia Makmur berencana belanja alat berat demi memperlancar kegiatan produksi. Meskipun, jumlah alat berat yang akan dibeli pada tahun ini tidak sebanyak tahun lalu.

Adapun belanja alat berat akan memanfaatkan alokasi dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebanyak US$ 100 juta. Sumber dananya dari kas internal.

Sampai 31 Desember 2018, Delta Dunia Makmur tercatat memiliki kas dan setara kas sebesar US$ 66,61 juta. Duit lancar tersebut sedikit terpangkas ketimbang catatan akhir tahun sebelumnya yang sebesar US$ 67,50 miliar.

Kenaikan beban

Sementara dalam keterbukaan informasi BEI pada 11 Januari 2019 lalu, Delta Dunia Makmur mengabarkan sisa penggunaan dana yang didapatkan dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) II tahun 2011. Dari total perolehan bersih Rp 1,17 triliun, tersisa dana sebesar Rp 84,74 miliar per akhir tahun lalu .

Sembari mengejar pertumbuhan kinerja operasional dan keuangan, Delta Dunia Makmur bakal meningkatkan utilitas aset dan efesiensi biaya produksi. "Kami masih fokus pada operational excellence," terang Eddy.

Maklum saja, beban pokok pendapatan tahun lalu naik 25,46% menjadi US$ 676,82 juta. Sementara pendapatan bersih senilai US$ 892,46 juta pada tahun lalu, hanya setara dengan pertumbuhan 16,72%.

Selain menempuh strategi internal, Delta Dunia Makmur berharap mendapatkan sentimen positif dari luar. Harapannya, tren harga batubara dunia tahun ini bisa kembali mendaki atau paling tidak stabil. Meskipun, risiko fluktuasi harga batubara mereka cukup kecil lantaran mayoritas pelanggan memproduksi batubara kalori tinggi.

Delta Dunia Makmur belum bersedia mengungkapkan target nilai kontrak penambangan batubara 2019. Namun tahun lalu, klien utamanya adalah PT Berau Coal.

Bagikan

Berita Terbaru

Menangkap Kakap
| Minggu, 25 Mei 2025 | 06:19 WIB

Menangkap Kakap

Otoritas BEI mulai aktif menjemput bola, membidik beberapa konglomerat agar melepas saham mereka ke publik.

Sell America
| Minggu, 25 Mei 2025 | 06:05 WIB

Sell America

​Usai peringkat kredit AS dipangkas, indeks bursa utama Wall Street merosot, imbal hasil atau yield US Treasury naik dan indeks dolar AS menukik. 

WOOD Mengintip Peluang Cetak Uang dari Hasil Pengelolaan Hutan
| Minggu, 25 Mei 2025 | 05:45 WIB

WOOD Mengintip Peluang Cetak Uang dari Hasil Pengelolaan Hutan

PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) yang memiliki konsesi hutan bersiap berkecimpung di bisnis karbon. Apa saja tantangannya?

Saat yang Lain Sibuk, Mereka Menyelami Hobi Anime Sampai ke Jepang
| Minggu, 25 Mei 2025 | 05:05 WIB

Saat yang Lain Sibuk, Mereka Menyelami Hobi Anime Sampai ke Jepang

Penggemar komik khas Jepang atau anime, tak lagi hanya sekadar membaca anime saja. Lewat komunitas, mereka juga berkolab

Surplus Anggaran Pembangunan
| Minggu, 25 Mei 2025 | 04:34 WIB

Surplus Anggaran Pembangunan

Ketika APBN tidak lagi defisit, tentu peluang pemerintah untuk membiayai program-program pembangunan menjadi lebih fleksibel.

Iklim Kemarau Basah Membuat Petani Buah Gelisah
| Minggu, 25 Mei 2025 | 04:00 WIB

Iklim Kemarau Basah Membuat Petani Buah Gelisah

Fenomena iklim kemarau basah membuat produksi buah berikut dengan kualitas rasa buah-buahan jadi menurun. Bagaimana solusinya?

Profit 33,89% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (24 Mei 2025)
| Sabtu, 24 Mei 2025 | 08:48 WIB

Profit 33,89% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (24 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (24 Mei 2025) 1 gram Rp 1.930.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,89% jika menjual hari ini.

Gesit Membangun Bisnis Logistik
| Sabtu, 24 Mei 2025 | 08:35 WIB

Gesit Membangun Bisnis Logistik

Menyusuri perjalanan Wijaya Candera membangun bisnis dan sukses memimpin perusahaan logistik MPX Logistic International

Menengok Perkembangan Industri Film Animasi di Indonesia, Jumbo Kian MengInspirasi
| Sabtu, 24 Mei 2025 | 07:49 WIB

Menengok Perkembangan Industri Film Animasi di Indonesia, Jumbo Kian MengInspirasi

Hingga Mei 2025 film Indonesia telah dinikmati oleh 35 juta penonton, tiga kali lipat lebih banyak dibanding film impor.

Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) Memperluas Jaringan Telekomunikasi
| Sabtu, 24 Mei 2025 | 06:30 WIB

Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) Memperluas Jaringan Telekomunikasi

Melongok profil dan strategi bisnis PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) di layanan infrastruktur telekomunikasi

INDEKS BERITA

Terpopuler