KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemindahan ibu kota diperkirakan mampu memecah konsentrasi perekonomian dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan.
Tak mau ketinggalan momentum, sejumlah emiten properti bersiap menangkap peluang tersebut.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) misalnya. Perusahaan ini bakal melakukan revitalisasi aset bisnisnya yang ada di Kalimantan.
Langkah pertama, dengan meluncurkan kluster baru dalam waktu dekat. "Sekarang sudah mulai persiapan, mungkin bulan depan sudah launching kluster baru," ujar Tulus Santoso, Direktur Ciputra kepada KONTAN, Kamis (29/8).
Asal tahu saja, Ciputra sudah memiliki proyek properti di Kalimantan Timur sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini, setidaknya ada enam portofolio properti yang tengah dikembangkan.
Tulus belum mau mengungkap nama proyek yang bakal diluncurkan tersebut. Tapi, sedikit gambaran, proyek tersebut diperkirakan bisa mendatangkan cuan sekitar Rp 50 miliar.
Nilainya memang tak terlalu besar. Namun, jika ditotal, portofolio bisnis properti Ciputra di Kalimantan Timur memiliki kontribusi yang cukup signifikan.
"Dalam setahun, rata-rata penjualan di Kalimantan Timur berkontribusi 12% terhadap pendapatan konsolidasi," jelas Tulus.
Baca Juga: Ciputra Development (CTRA) bersiap menangkap pasar properti baru
Ciputra memiliki landbank seluas 870 hektare (ha) di wilayah Kalimantan Timur. Sekitar 590 ha berlokasi di Samarinda dan 30 ha di Balikpapan.
Kenaikan nilai aset
Bukan hanya Ciputra yang akan menadah berkah pemindahan ibu kota.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga menjadi salah satu emiten properti yang berpotensi mampu memaksimalkan peluang di balik rencana pemindahan ibukota.
Terlebih, Agung Podomoro memiliki proyek Borneo Bay City yang lokasinya berdekatan dengan Kutai Kartanegara dan Penajam Pasir Utara, wilayah calon ibukota baru.
Manajemen Agung Podomoro menilai prospek bisnis properti di sekitar Balikpapan cerah.
"Proyek properti ini sudah kami kembangkan sejak 2013," jelas Direktur Agung Podomoro Agung Wirajaya dalam keterangan resminya.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher menjelaskan, emiten properti yang memiliki aset di Kalimantan Timur tentunya bisa menerima cuan.
Apalagi pemerintah akan mengunci tanah Borneo tersebut untuk menghindari spekulan tanah.
"Jadi menurut saya yang diuntungkan adalah yang sudah punya aset di sana, karena secara tidak langsung nilai aset akan naik," jelas Dennies kepada Kontan, Kamis (29/8).
Kendati begitu, emiten properti bukan tidak akan langsung mendulang keuntungan dari proses pemindahan pusat pemerintahan.
Baca Juga: Agung Podomoro Land (APLN) fokus menggarap Borneo Bay City
Pasalnya, menurut Dennies, di tahap awal yang akan dibangun adalah infrastruktur dasar.
Dengan demikian, yang diuntungkan adalah emiten konstruksi yang telah memiliki pabrik di sana atau sudah mengembangkan proyek di sana.