KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih banyak nilai merah di rapor emiten semester I.
Kondisi politik semasa pemilu dan penurunan harga komoditas dunia menahan laju sejumlah sektor usaha.
Mengintip konstituen Indeks Kompas100, sektor yang cukup berjaya semasa Januari–Juni 2019 antara lain konsumer dan perbankan.
Sektor properti juga mengilap terangkat sejumlah emiten yang mencatat kinerja fantastis.
Kinerja emiten yang fantastis antara lain PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dengan pertumbuhan laba 1.400%.
Pendapatan perusahaan naik 10% tetapi laba melejitkarena divestasi PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) yang mencapai Rp 718 miliar.
Di sektor barang konsumen, rata-rata emiten mencatatkan pertumbuhan dua digit. Pertumbuhannya pun mengilap dengan rata-rata 28%.
Sedangkan sektor perbankan, meskipun melambat ketimbang semester I tahun lalu, berhasil mencatat pertumbuhan laba rata-rata 6,28%.
Pertumbuhan Laba Per Sektor |
Semester I-2019 |
---|---|
Perkebunan | -62,34% |
Perbankan | 6,28% |
Konsumer | 28,87% |
Energi | -5,77% |
Konstruksi | -6,81% |
Manufaktur | 31,07% |
Peternakan | -20,15% |
Properti | 72,23% |
Semen | -12,83% |
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyatakan, rata-rata sektor perbankan ditopang pertumbuhan kredit.
Menurut Nafan, meski terdapat perbankan yang kinerjanya terhambat, akan tetapi bank-bank buku IV masih menunjukkan tren positif.
Prospek emiten finansial juga diperkirakan bisa bagus di sisa tahun ini.
Setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan, Nafan mengatakan, sisi regulasi sudah mendukung pertumbuhan perbankan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tadinya menargetkan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2019 9%–11%, malah Juli lalu kembali optimistis dengan menargetkan pertumbuhan 11%–13%.
Emiten di sektor properti lebih beragam. Sejumlah emiten mencatat kinerja oke, ditopang kenaikan pendapatan dan laba.
Emiten yang menjajakan proyek residensial rumah tapak merajai kinerja seperti Agung Podomoro (APLN), Summarecon Agung (SMRA), dan Ciputra (CTRA).
Sektor yang jelas-jelas tertekan selama semester pertama lalu adalah perkebunan.
Mayoritas kinerja emiten menjadi korban tren penurunan harga kelapa sawit (CPO) yang sempat anjlok sampai 16% di tahun ini.
Dari emiten kebun ini, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berhasil mencatat kenaikan laba, ditopang kenaikan pendapatan ditambah keuntungan kurs.
Begitu juga dengan sektor pertambangan yang tertekan dengan harga batubara di tahun ini. PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Indika Energy (INDY), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi emiten yang terdampak.
Sedangkan PT United Tractors Tbk (UNTR) berhasil meningkatkan laba, tertolong oleh bisnis jasa dan tambang emas.
Jawara Emiten KOMPAS100 Berdasarkan Kenaikan Laba | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Saham | Sektor | Pendapatan | Laba | ||||
Sem I-2018 | Sem I-2019 | Perubahan | Sem I-2018 | Sem I-2019 | Perubahan | ||
IMAS | Otomotif | 8.701.087.628.560 | 9.581.872.699.317 | 10,12% | 37.288.208.384 | 462.674.231.296 | 1140,81% |
DMAS | Properti | 246.763.394.048 | 985.184.531.456 | 299,24% | 93.784.550.912 | 625.757.127.680 | 567,23% |
KBLI | Manufaktur | 1.607.681.638.400 | 1.869.979.123.712 | 16,32% | 54.017.082.368 | 176.732.385.280 | 227,18% |
BNLI | Bank | 6.746.905.772.032 | 6.743.433.150.464 | -0,05% | 288.840.998.912 | 711.390.003.200 | 146,29% |
BMTR | Media | 5.678.996.914.176 | 6.361.176.080.384 | 12,01% | 247.104.995.328 | 597.349.023.744 | 141,74% |
APLN | Properti | 2.497.324.777.472 | 1.956.561.813.504 | -21,65% | 61.801.904.128 | 143.384.248.320 | 132,01% |
CLEO | Barang konsumer | 362.214.293.504 | 491.983.585.280 | 35,83% | 27.733.550.080 | 63.938.531.328 | 130,55% |
SMRA | Properti | 2.666.975.723.520 | 2.677.810.397.184 | 0,41% | 78.375.137.280 | 149.018.574.848 | 90,14% |
MNCN | Media | 3.689.544.024.064 | 4.251.970.043.904 | 15,24% | 636.474.998.784 | 1.157.612.011.520 | 81,88% |
INTP | Semen | 6.484.408.139.776 | 6.982.609.928.192 | 7,68% | 355.106.004.992 | 640.028.000.256 | 80,24% |
Bisa dikoleksi
Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hady menjelaskan, harga batubara terdampak dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.
Pelambatan ekonomi China bisa mengurangi permintaan batubara, sehingga harga komoditas ini meluncur turun.
"Mengingat China masih menjadi importir terbesar batubara di kawasan Asia untuk memenuhi kebutuhan PLTU-nya," ujar dia.
Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony menyatakan, usaha tambang yang positif adalah emas.
Karena itu, dia memperkirakan, harga komoditas ini bisa naik dan mendorong kinerja korporasi yang memiliki bisnis ini.
"Perusahaan dengan komoditas emas masih menarik dan layak untuk di pertimbangkan. Sebab, efek kondisi ketidakpastian ekonomi global seharusnya dapat membuat emas mencetak kenaikan," kata Chris.
Kinerja perusahaan-perusahaan sektor konstruksi juga cenderung minus di semester I lalu.
Banyak pengerjaan proyek tertunda selama masih musim politik. Tetapi, analis yakin, emiten konstruksi bakal injak gas di sisa tahun ini.
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat juga mengatakan, investor bisa mulai melirik saham sektor ini.
Dia merekomendasikan ADHI dan PTPP karena proyek yang digarap cukup banyak.
Perihal sektor media, kinerja di semester I cukup menjanjikan. Namun, Nafan menyatakan investor perlu berhati-hati.
Sebab, kinerja media dipengaruhi oleh perilaku masyarakat. Menurut Nafan, utamanya sektor media perlu memperbanyak aksi korporasi agar investor tetap tertarik pada saham mereka.