Duh, Banyak Nilai Merah di Rapor Emiten Kita

Selasa, 06 Agustus 2019 | 06:31 WIB
Duh, Banyak Nilai Merah di Rapor Emiten Kita
[]
Reporter: Benedicta Prima, Sanny Cicilia, Yasmine Maghfira | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih banyak nilai merah di rapor emiten semester I.

Kondisi politik semasa pemilu dan penurunan harga komoditas dunia menahan laju sejumlah sektor usaha.

Mengintip konstituen Indeks Kompas100, sektor yang cukup berjaya semasa Januari–Juni 2019 antara lain konsumer dan perbankan.

Sektor properti juga mengilap terangkat sejumlah emiten yang mencatat kinerja fantastis.

Kinerja emiten yang fantastis antara lain PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dengan pertumbuhan laba 1.400%.

Pendapatan perusahaan naik 10% tetapi laba melejitkarena divestasi PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) yang mencapai Rp 718 miliar.

Di sektor barang konsumen, rata-rata emiten mencatatkan pertumbuhan dua digit. Pertumbuhannya pun mengilap dengan rata-rata 28%.

Sedangkan sektor perbankan, meskipun melambat ketimbang semester I tahun lalu, berhasil mencatat pertumbuhan laba rata-rata 6,28%.

 

Pertumbuhan Laba
Per Sektor
Semester I-2019
Perkebunan -62,34%
Perbankan 6,28%
Konsumer 28,87%
Energi -5,77%
Konstruksi -6,81%
Manufaktur 31,07%
Peternakan -20,15%
Properti 72,23%
Semen -12,83%

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menyatakan, rata-rata sektor perbankan ditopang pertumbuhan kredit.

Menurut Nafan, meski terdapat perbankan yang kinerjanya terhambat, akan tetapi bank-bank buku IV masih menunjukkan tren positif.

Prospek emiten finansial juga diperkirakan bisa bagus di sisa tahun ini.

Setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan, Nafan mengatakan, sisi regulasi sudah mendukung pertumbuhan perbankan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tadinya menargetkan pertumbuhan kredit perbankan tahun 2019 9%–11%, malah Juli lalu kembali optimistis dengan menargetkan pertumbuhan 11%–13%.

Emiten di sektor properti lebih beragam. Sejumlah emiten mencatat kinerja oke, ditopang kenaikan pendapatan dan laba.

Emiten yang menjajakan proyek residensial rumah tapak merajai kinerja seperti Agung Podomoro (APLN), Summarecon Agung (SMRA), dan Ciputra (CTRA).

Sektor yang jelas-jelas tertekan selama semester pertama lalu adalah perkebunan.

Mayoritas kinerja emiten menjadi korban tren penurunan harga kelapa sawit (CPO) yang sempat anjlok sampai 16% di tahun ini.

Dari emiten kebun ini, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berhasil mencatat kenaikan laba, ditopang kenaikan pendapatan ditambah keuntungan kurs.

Begitu juga dengan sektor pertambangan yang tertekan dengan harga batubara di tahun ini. PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Indika Energy (INDY), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi emiten yang terdampak.

Sedangkan PT United Tractors Tbk (UNTR) berhasil meningkatkan laba, tertolong oleh bisnis jasa dan tambang emas.

 

Jawara Emiten KOMPAS100 Berdasarkan Kenaikan Laba
Saham Sektor Pendapatan Laba
    Sem I-2018 Sem I-2019 Perubahan Sem I-2018 Sem I-2019 Perubahan
IMAS Otomotif 8.701.087.628.560 9.581.872.699.317 10,12% 37.288.208.384 462.674.231.296 1140,81%
DMAS Properti 246.763.394.048 985.184.531.456 299,24% 93.784.550.912 625.757.127.680 567,23%
KBLI Manufaktur 1.607.681.638.400 1.869.979.123.712 16,32% 54.017.082.368 176.732.385.280 227,18%
BNLI Bank 6.746.905.772.032 6.743.433.150.464 -0,05% 288.840.998.912 711.390.003.200 146,29%
BMTR Media 5.678.996.914.176 6.361.176.080.384 12,01% 247.104.995.328 597.349.023.744 141,74%
APLN Properti 2.497.324.777.472 1.956.561.813.504 -21,65% 61.801.904.128 143.384.248.320 132,01%
CLEO Barang konsumer 362.214.293.504 491.983.585.280 35,83% 27.733.550.080 63.938.531.328 130,55%
SMRA Properti 2.666.975.723.520 2.677.810.397.184 0,41% 78.375.137.280 149.018.574.848 90,14%
MNCN Media 3.689.544.024.064 4.251.970.043.904 15,24% 636.474.998.784 1.157.612.011.520 81,88%
INTP Semen 6.484.408.139.776 6.982.609.928.192 7,68% 355.106.004.992 640.028.000.256 80,24%

Bisa dikoleksi

Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hady menjelaskan, harga batubara terdampak dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Pelambatan ekonomi China bisa mengurangi permintaan batubara, sehingga harga komoditas ini meluncur turun.

"Mengingat China masih menjadi importir terbesar batubara di kawasan Asia untuk memenuhi kebutuhan PLTU-nya," ujar dia.

Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony menyatakan, usaha tambang yang positif adalah emas.

Karena itu, dia memperkirakan, harga komoditas ini bisa naik dan mendorong kinerja korporasi yang memiliki bisnis ini.

"Perusahaan dengan komoditas emas masih menarik dan layak untuk di pertimbangkan. Sebab, efek kondisi ketidakpastian ekonomi global seharusnya dapat membuat emas mencetak kenaikan," kata Chris.

Kinerja perusahaan-perusahaan sektor konstruksi juga cenderung minus di semester I lalu.

Banyak pengerjaan proyek tertunda selama masih musim politik. Tetapi, analis yakin, emiten konstruksi bakal injak gas di sisa tahun ini.

Direktur Avere Investama Teguh Hidayat juga mengatakan, investor bisa mulai melirik saham sektor ini.

Dia merekomendasikan ADHI dan PTPP karena proyek yang digarap cukup banyak.

Perihal sektor media, kinerja di semester I cukup menjanjikan. Namun, Nafan menyatakan investor perlu berhati-hati.

Sebab, kinerja media dipengaruhi oleh perilaku masyarakat. Menurut Nafan, utamanya sektor media perlu memperbanyak aksi korporasi agar investor tetap tertarik pada saham mereka.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (8 Juni 2025)
| Minggu, 08 Juni 2025 | 09:23 WIB

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (8 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (8 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,63% jika menjual hari ini.

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:35 WIB

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas

Di balik reputasinya sebagai penyedia kamar murah dan layanan check-in kilat, OYO punya ambisi lebih besar. Apa itu?

 
Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:20 WIB

Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang

Ribuan calon jemaah haji furoda gagal berangkat ke Tanah Suci. Tak hanya calon jemaah yang gundah gulana, agen travel juga pusing alang kepalang. 

 
Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:50 WIB

Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil

Bermain kini bukan hanya urusan anak-anak. Playground kini menjadi ruang pelepas penat bagi orang dewasa. Apa peluang bisnisnya?

 
Kopdes Melaju Buat Siapa?
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:10 WIB

Kopdes Melaju Buat Siapa?

​Hingga awal Juni, sebanyak 78.000 lembaga Kopdes Merah Putih sudah terbentuk melalui musyawarah desa khusus.

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:32 WIB

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing

Beberapa saham yang terkena aksi jual asing dalam sepekan terakhir ini, masih dapat dicermati untuk trading jangka pendek

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:25 WIB

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis

 Sejumlah emiten mulai dari sektor teknologi, kesehatan, hingga energi, memperluas bisnis dengan membentuk anak usaha baru.

Prospek Saham DSNG yang Siap  Menebar Dividen Rp 24 Per Saham
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:23 WIB

Prospek Saham DSNG yang Siap Menebar Dividen Rp 24 Per Saham

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 254,39 miliar dari buku tahun 2024.

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:19 WIB

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen

Mengupas rencana bisnis perusahaan ritel fesyen, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) di tengah persaingan industri yang ketat

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:00 WIB

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini

Potensi kontraksi PMI masih dapat berlanjut, terlebih jika pasca negosiasi tarif dalam 90 hari tidak mendapatkan keputusan win-win.

INDEKS BERITA

Terpopuler