Efek Penetapan Bunga di 3,5% Tak Bakal Menggoyang Pergerakan Rupiah Ke Depan

Jumat, 19 November 2021 | 04:05 WIB
Efek Penetapan Bunga di 3,5% Tak Bakal Menggoyang Pergerakan Rupiah Ke Depan
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (18/11) mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate (BI 7-day-RR) di level 3,5%. Suku bunga deposit facility ditetapkan sebesar 2,75% serta suku bunga lending facility sebesar 4,25%.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual bilang, hasil tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar. Sebab langkah BI ini menopang pemulihan ekonomi. Ke depan, David melihat, rupiah akan sangat bergantung pada dua hal. 

Pertama, perkembangan pandemi seperti apa, karena ini berpengaruh terhadap proses pemulihan global maupun dalam negeri. Kedua, foreign direct investment (FDI) melalui beberapa proyek strategis nasional mulai normal kembali atau lebih baik.

Baca Juga: Perkasa, rupiah spot menguat 0,13% ke Rp 14.226 per dolar AS pada siang hari ini

"Kalau dari inflasi, ke depan tekanan apa yang terjadi di global akan dirasakan emerging market, hanya masalah waktu," kata David, Kamis (18/11). Menurut dia, kenaikan harga komoditas akan membuat para produsen menaikkan harga, sehingga inflasi bisa naik. 

Di AS, ini sudah mulai terlihat seiring kenaikan producer price index (PPI). Hanya saja, consumer price index (CPI) mulai melandai. 
Analis Monex Investindo Futures Faisyal meyakini, awal tahun depan, harga komoditas energi akan turun. Ini sejalan dengan rencana AS melepas cadangan minyak. 

Menurut Faisyal efek yang bisa melemahkan rupiah adalah kasus Covid-19 yang bisa kembali naik. Sebab saat likuiditas domestik meningkat dan inflasi naik. 

Pelaku pasar akan lebih mudah menghitung. "Rupiah tidak akan banyak terpengaruh karena pasar pasti sudah akan mengantisipasi. Kecuali, terjadi outbreak lagi pada tahun depan, rupiah baru akan volatil," imbuh David. 

Berkaca dari kebijakan moneter maupun fiskal yang ada pada tahun ini, David melihat, rupiah stabil pada tahun depan. BI juga punya cara memitigasi inflasi. 

David memperkirakan, rupiah bergerak di Rp 14.500-Rp 14.600 tahun depan. Hitungan Faisyal, akhir tahun ini, rupiah bergerak di Rp 14.000-Rp 14.200. Tahun depan kisarannya di Rp 13.900-Rp 14.300. Ia menilai, titik ekuilibrium rupiah di Rp 14.000 per dollar AS.

Baca Juga: Kata Ekonom Core terkait rencana pemberlakuan PPKM level 3 saat libur Nataru

Bagikan

Berita Terbaru

Ada 15 Saham Berpotensi Keluar Pemantauan Khusus Kriteria 1, Peluang atau Jebakan?
| Selasa, 25 November 2025 | 11:25 WIB

Ada 15 Saham Berpotensi Keluar Pemantauan Khusus Kriteria 1, Peluang atau Jebakan?

Investor mesti fokus pada emiten dengan narasi kuat lantaran saat berhasil keluar dari PPK peluang rebound muncul tetapi dibarengi risiko tinggi.

Mengupas Emiten Sektor Logistik Darat, Antara Tantangan, Peluang, dan Saham Pilihan
| Selasa, 25 November 2025 | 09:10 WIB

Mengupas Emiten Sektor Logistik Darat, Antara Tantangan, Peluang, dan Saham Pilihan

Prospek bisnis logistik darat didukung perkembangan ritel, e-commerce, dan infrastruktur. Namun, ada tantangan dari sisi pengelolaan biaya.

Menakar Peluang Cuan di Saham CBDK dari Sisi Teknikal dan Fundamental
| Selasa, 25 November 2025 | 08:41 WIB

Menakar Peluang Cuan di Saham CBDK dari Sisi Teknikal dan Fundamental

Kinerja keuangan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) diperkirakan akan tetap tumbuh positif sepanjang tahun 2025.

Bos Djarum Dicekal Bikin Saham BBCA & TOWR Sempat Goyang: Saatnya Serok atau Cabut?
| Selasa, 25 November 2025 | 08:13 WIB

Bos Djarum Dicekal Bikin Saham BBCA & TOWR Sempat Goyang: Saatnya Serok atau Cabut?

Tekanan yang dialami saham BBCA mereda setelah pada Selasa (24/11) bank swasta tersebut mengumumkan pembagian dividen interim.

Bankir Optimistis Pertumbuhan Kredit Konsumer Membaik di Akhir Tahun
| Selasa, 25 November 2025 | 08:09 WIB

Bankir Optimistis Pertumbuhan Kredit Konsumer Membaik di Akhir Tahun

Para bankir optimistis akan terjadi perbaikan pertumbuhan  kredit konsumer menjelang akhir tahun, ditopang momentum natal dan tahun baru 

Menggelar IPO, Abadi Lestari (RLCO) Tawarkan 625 Juta Saham
| Selasa, 25 November 2025 | 07:49 WIB

Menggelar IPO, Abadi Lestari (RLCO) Tawarkan 625 Juta Saham

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) berencana untuk IPO dengan menawarkan maksimal 625 juta saham kepada publik. 

Permintaan Domestik Kuat, Kinerja Elnusa (ELSA) Bisa Melesat
| Selasa, 25 November 2025 | 07:41 WIB

Permintaan Domestik Kuat, Kinerja Elnusa (ELSA) Bisa Melesat

Prospek kinerja PT Elnusa Tbk (ELSA) masih menjanjikan. Segmen penjualan barang dan jasa distribusi serta logistik energi bakal jadi motor utama.

Siasat Asahimas Flat Glass (AMFG) Hadapi Penurunan Penjualan Kaca
| Selasa, 25 November 2025 | 07:40 WIB

Siasat Asahimas Flat Glass (AMFG) Hadapi Penurunan Penjualan Kaca

Seiring dengan pelemahan pasar, terjadi kenaikan biaya produksi AMFG yang dipicu oleh fluktuasi harga gas alam.

Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka
| Selasa, 25 November 2025 | 07:33 WIB

Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka

Suksesi kepemimpinan menambah kental aroma rencana merger GOTO dan Grab pasca Patrick Sugito Walujo resmi mengundurkan diri dari jabatan CEO GOTO.

Transcoal Pacific (TCPI) Tetap Menjaring Cuan Pengangkutan Laut
| Selasa, 25 November 2025 | 07:25 WIB

Transcoal Pacific (TCPI) Tetap Menjaring Cuan Pengangkutan Laut

TCPI akan mengoptimalkan utilisasi armada yang ada serta melakukan peremajaan kapal secara bertahap.

INDEKS BERITA

Terpopuler