Ekonomi Berputar Kencang di Hari Fitri

Jumat, 14 Juni 2019 | 18:00 WIB
Ekonomi Berputar Kencang di Hari Fitri
[]
Reporter: Havid Vebri, Merlinda Riska | Editor: Havid Vebri

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar pemudik sudah kembali dari kampung halaman masing-masing. Tapi, mereka meninggalkan banyak kebahagiaan bagi daerah tercinta.

Bagaimana tidak? Para pemudik membawa banyak uang ke kampung halaman. Maklum, mereka pulang bukan cuma untuk berlebaran dan ketemu sanak saudara. Banyak juga yang sambil pelesiran dan berburu kuliner khas, lo.

Tak lupa, para pemudik juga bagi-bagi angpau kepada famili di kampung halaman, serta membeli oleh-oleh. Contoh, Setiastuti yang mudik ke Blitar, Jawa Timur, bersama suami dan dua anaknya. Saya anggarkan sekitar Rp 7 juta buat mudik lebaran, ungkap perempuan 44 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan properti di daerah Depok, Jawa Barat, ini.

Sedang Ratih Puspitasari, yang mudik lebaran kemarin bersama sang suami ke Tasikmalaya, Jawa Barat, membawa uang lebih banyak dari tahun sebelumnya. Mudik tahun lalu bawa uang Rp 5 juta, habis, ujarnya. Agar lebih mantap, agen asuransi lepas ini pun menyiapkan dana cadangan sebesar setengah dari dana tersebut buat mudik tahun ini.

Untuk Idul Fitri 2019, tak kurang dari 18 juta orang pulang kampung termasuk Setiastuti dan Ratih. Tentu, uang yang mereka bawa menjadi berkah lebaran bagi daerah kantong para pemudik.

Hasil survei potensi pemudik Kementerian Perhubungan (Kemhub) menunjukkan, dana pemudik asal Jabodetabek saja yang mengalir ke daerah-daerah tujuan mudik total mencapai Rp 10,3 triliun. Uang itu paling banyak bergerak ke Jawa Tengah sebesar Rp 3,8 triliun, Jawa Barat Rp 2,05 triliun, Jawa dan Timur Rp 1,3 triliun.

Sebanyak 20,9% pemudik bakal menghabiskan uangnya di lokasi mudik sebesar Rp 500.000 hingga Rp 1,5 juta. Sedangkan sekitar 20,1% pemudik lain akan membelanjakan duitnya Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta.

Alhasil, ekonomi di daerah pun berputar lebih kencang. Ini sejalan dengan prediksi Bank Indonesia (BI) bahwa kebutuhan uang kartal selama bulan puasa dan lebaran tahun ini mencapai Rp 217,1 triliun. Jumlah ini naik 13,61% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp 191 triliun.

Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, kebutuhan dana diprediksi meningkat lantaran libur lebaran tahun ini lebih panjang, yakni 11 hari. Plus, ada kenaikan gaji serta pembayaran tunjangan hari raya (THR) bagi pegawai negeri sipil maupun karyawan swasta.

Jawa masih mendominasi kebutuhan uang selama Ramadan dan Idul Fitri. Menurut Rosmaya, permintaan uang tunai di pulau ini mencapai Rp 135,5 triliun. Permintaan uang yang tinggi di Jawa ini menujukkan, perputaran ekonomi lebaran terbesar masih didominasi Jawa, ujarnya.

Berkah bagi desa

Nailul Huda, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan, perputaran uang lebaran sangat berdampak terhadap perekonomian daerah. Terutama, daerah-daerah yang menjadi tujuan utama para pemudik, seperti Pulau Jawa, Sumatra, serta Sulawesi.

Di beberapa daerah tersebut bakal terjadi peningkatan aktivitas ekonomi, yang mencakup pariwisata, hotel, dan tempat makan atau restoran. Dengan adanya pemudik, ekonomi daerah akan ada tambahan permintaan. Hal ini menjadi stimulus bagi perekonomian daerah untuk meningkat, kata Huda.

Terlebih, belakangan semakin banyak desa yang menangkap peluang bisnis dari aktivitas mudik lebaran dengan menawarkan keunggulan yang mereka miliki.

Di sektor pariwisata, misalnya, banyak desa kini mengelola dengan serius potensi wisata yang mereka punya dengan menambah berbagai sarana. Sehingga, mereka mampu menarik lebih banyak lagi pengunjung untuk datang. Bahkan, ada beberapa desa yang sukses memanfaatkan dana desa untuk pengembangan potensi wisatanya, ungkap Huda.

Salah satunya adalah Desa Ponggok. Dengan mengembangkan wisata air Umbul Ponggok, kampung di Klaten, Jawa Tengah ini menjadi salah satu destinasi favorit para pemudik selama libur lebaran.

Joko Winarno, Direktur Tirta Mandiri, badan usaha milik desa (BUMDes) Ponggok, mengatakan, pada hari ketiga lebaran tahun ini jumlah pengunjung Umbul Ponggok ditargetkan 20.000 orang. Sedangkan pada hari pertama dan kedua jumlahnya diperkirakan di bawah 20.000 pengunjung.

Dengan harga tiket masuk Rp 30.000 per orang, uang yang masuk ke brankas Umbul Ponggok bisa mencapai Rp 600 juta per hari. Dan tentu, itu belum menghitung uang yang dikeluarkan pengunjung untuk membayar parkir, serta membeli makanan, minuman, dan oleh-oleh di pedagang yang banyak membuka gerai di sekitar tempat wisata itu.

Desa lain yang sukses meraup berkah dari para pemudik adalah Pujon Kidul yang terletak di Malang, Jawa Timur. Sama halnya dengan Ponggok, desa ini juga memanfaatkan dana desa dalam mengembangkan berbagai fasilitas wisata.

Desa Wisata Pujon Kidul memiliki ragam kegiatan menarik dengan nuansa asri perdesaan. Mulai kafe sawah, panen hasil pertanian, memerah susu sapi, kolam renang anak-anak, hingga offroad dan berkuda.

Wisatawan yang datang pun tak sedikit jumlahnya, berkisar 3.000 pengunjung saat hari kerja. Sementara saat liburan seperti lebaran bisa 5.000 pengunjung, kata Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul.

Harga tiket masuknya beragam, tergantung kegiatan yang dipilih pengunjung. Tapi, bila rata-rata pengunjung menghabiskan Rp 30.000 saja, maka uang yang mengalir di Desa Wisata Pujon Kidul saat libur lebaran bisa Rp 150 juta sehari.

Selain Jawa, Sumatra juga banyak mendapat berkah dari perputaran uang lebaran. Ambil contoh, Lampung. Hampir semua destinasi wisata yang ada di provinsi ini diserbu pemudik tiap libur lebaran.

Misalnya, Pantai Guci Batu Kapal yang terletak di kaki Gunung Rajabasa Desa Maja, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Puspika Adi Putra, pengelola objek wisata Pantai Guci Batu Kapal, menyebutkan, kunjungan wisatawan selama libur lebaran diperkirakan naik dari 1.200 pengunjung pada lebaran tahun lalu jadi 1.500 pada tahun ini. Mayoritas adalah wisatawan yang pas kebetulan mudik, imbuh Puspika.

Tumbuh lebih tinggi

Perputaran uang yang meningkat di tempat-tempat wisata tersebut jelas menjadi stimulus bagi perekonomian daerah. Ini sejalan dengan hasil kajian Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah yang memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Juni tahun ini sebesar 5,3%, seiring aktivitas masyarakat yang tinggi menjelang dan sesudah lebaran.

Proyeksi itu sudah memperhitungkan peningkatan perputaran uang yang terjadi. Kami pantau dari meningkatnya kebutuhan uang kartal masyarakat, kata Soekowardojo, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah.

Sementara Kantor Perwakilan BI Jawa Timur memprediksikan, kebutuhan uang tunai untuk bulan puasa dan lebaran tahun ini naik 14,8%.

Difi Ahmad Johansyah, Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, menjelaskan, pendorong peningkatan permintaan uang ini adalah Tol TransJawa yang sudah tersambung dari SurabayaJakarta, SurabayaMalang, dan SurabayaProbolinggo. Infrastruktur Jawa sudah terkoneksi dengan baik, sehingga perkiraan kami, arus mudik akan semakin banyak, ujarnya.

Peningkatan arus mudik itu tentu bakal memacu perputaran uang lebaran. Walhasil, mendongkrak transaksi ekonomi di Jawa Timur. Kondisi ini bisa memacu pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut. Pada kuartal I-2019 ekonomi Jawa Timur tumbuh 5,51 %.

Menurut Huda, dengan banyaknya uang pemudik yang mengalir ke daerah, maka lebaran akan mendorong pemerataan distribusi ekonomi. Ini ditandai peningkatan perekonomian di daerah, yang akhirnya berpengaruh pada pergerakan ekonomi nasional.

Dampak dari tradisi mudik, pemberian THR, dan lebaran, tambah Huda, menimbulkan manfaat pertumbuhan output nasional sebesar 1,337% atau setara perputaran uang Rp 175 triliun. Karena itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2019 lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.

Sektor paling menikmati efeknya adalah perdagangan eceran, penjualan dan reparasi kendaraan bermotor, informasi dan komunikasi, transportasi, serta jasa keuangan. Pertumbuhan ekonomi di triwulan kedua saya kira berada di rentang 5,1% hingga 5,2%, ucap Huda.

Memang, Suryani S. Motik, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, menyatakan, ada potensi pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas lebaran. Namun, dampak Idul Fitri tahun ini terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tidak akan sebesar lebaran tahun lalu.

Ada beberapa faktor penyebabnya, mulai kondisi perekonomian dunia hingga situasi politik dalam negeri. Kontribusi yang tak terlampau bagus itu, kata Motik, sudah terasa sejak 2018 yang juga tidak lebih baik daripada tahun sebelumnya.

Indikasinya, ada penurunan produksi seperti barang konsumsi. Beberapa teman terutama di sektor barang konsumsi, tahun lalu produksinya turun 5% saat lebaran. Kalau tahun lalu saja jelek, tahun ini bisa lebih jelek. Berarti, ada pelemahan lagi, ujar Motik.

Tambah lagi, penjualan pada momen Ramadan dan Idul Fitri tahun ini juga terganggu oleh kerusuhan pada 2223 Mei lalu. Sejumlah pusat perbelanjaan terpaksa tutup. Dua hari Pasar Tanah Abang tutup, mungkin hilang atau merugi Rp 500 miliar, imbuh Motik.

Meski begitu, berkah lebaran tetap datang ke daerah.

Bagikan

Berita Terbaru

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS
| Rabu, 26 November 2025 | 08:45 WIB

Setelah Cetak Rekor & Koreksi, Arah IHSG Menanti Data Penting dari Indonesia dan AS

Pelaku pasar juga menunggu rilis sejumlah data makroekonomi penting seperti indeks harga produsen, penjualan ritel dan produksi industri AS.

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 08:22 WIB

Tunggu Lima Tahun, Eks Pegawai Jadi Konsultan Pajak

Dirjen Pajak Bimo Wijayanto mengungkapkan rencananya untuk memperketat syarat bagi mantan pegawai pajak untuk menjadi konsultan pajak

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat
| Rabu, 26 November 2025 | 08:17 WIB

Bea Cukai Bakal Pangkas Kuota Kawasan Berikat

Ditjen Bea dan Cukai bakal memangkas kuota hasil produksi kawasan berikat yang didistribusikan ke pasar domestik

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik
| Rabu, 26 November 2025 | 08:10 WIB

Akhir November, Belanja Masyarakat Naik

Mandiri Spending Index (MSI) per 16 November 2025, yang naik 1,5% dibanding minggu sebelumnya ke level 312,8

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK
| Rabu, 26 November 2025 | 07:53 WIB

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) Kejar Target Home Passed Via Akuisisi LINK

Keberhasilan Akuisisi LINK dan peluncuran FWA IRA jadi kunci pertumbuhan bisnis PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga
| Rabu, 26 November 2025 | 07:51 WIB

Wajib Pajak Masih Nakal, Kebocoran Menganga

Ditjen Pajak menemukan dugaan praktik underinvoicing yang dilakukan 463 wajib pajak                 

Menguak Labirin Korupsi Pajak
| Rabu, 26 November 2025 | 07:10 WIB

Menguak Labirin Korupsi Pajak

Publik saat ini tengah menantikan langkah tegas Kejaksaan Agung dalam memberantas korupsi sektor pajak.​

Pembunuh UMKM
| Rabu, 26 November 2025 | 07:00 WIB

Pembunuh UMKM

Jaringan ritel modern kerap dituding sebagai pembunuh bisnis UMKM dan ditakutkan bisa menjalar ke Kopdes yang bermain di gerai ritel.

INDEKS BERITA

Terpopuler