Berita Global

Ekonomi Mulai Bergulir di 2021, Minyak Cetak Kenaikan Harga Tahunan Tertinggi

Minggu, 02 Januari 2022 | 15:25 WIB
Ekonomi Mulai Bergulir di 2021, Minyak Cetak Kenaikan Harga Tahunan Tertinggi

ILUSTRASI. FILE PHOTO: Pompa minyak mentah di Permian Basin, Loving County, Texas, AS, 22 November 2019. REUTERS/Angus Mordant

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada hari terakhir tahun 2021, harga minyak memang mengalami penurunan. Namun jika diukur sepanjang tahun lalu, harga minyak mencetak kenaikan tahunan terbesar, sejak tahun 2016.

Kendati kasus infeksi Covid-19 naik ke rekor tertinggi di banyak negara, harga minyak tetap berlari terdorong pemulihan ekonomi global dari kemerosotan pandemi serta pembatasan produksi minyak oleh negara produsen.

Kontrak berjangka untuk minyak mentah jenis Brent turun US$ 1,75 atau 2,2% menjadi US$ 77,78 per barel pada Jumat (31/12). Sedang minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,78 atau 2,31% menjadi US$ 75,21 per barel.

Baca Juga: Soal Larangan Ekspor Batubara, Kepentingan Nasional Dinilai Harus Jadi Prioritas

Brent mengakhiri tahun dengan membukukan kenaikan hingga 50,5%, yang merupakan kenaikan terbesar sejak 2016. Sementara WTI membukukan kenaikan 55,5% kinerja terkuat untuk kontrak acuan sejak 2009, ketika harga melonjak lebih dari 70%.

Kedua kontrak menyentuh posisi puncaknya di tahun ini pada Oktober. Brent mencetak harga  US$ 86,70 per barel, tertinggi sejak 2018. Sedang WTI senilai US$ 85,41 per barel, tertinggi sejak 2014.

"Tahun ini adalah kisah pemulihan global untuk produk minyak bumi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.

Baca Juga: BI Perkirakan Inflasi Tahun 2021 Berada di Bawah Kisaran Sasaran

"Pasar minyak terus menjadi sangat reaktif terhadap perkembangan di bidang pandemi - kami belum keluar dari kesulitan, tetapi kami mendekati tingkat permintaan pra-pandemi."

Harga minyak global diperkirakan akan naik lebih lanjut tahun depan karena permintaan bahan bakar jet mengejar.

"Kami memiliki Delta dan Omicron dan segala macam penguncian dan pembatasan perjalanan, tetapi permintaan minyak tetap relatif kuat," kata Kepala Ekonom perusahaan pialang CommSec Australia, Craig James.

"Anda dapat mengaitkannya dengan efek stimulus yang mendukung permintaan dan pembatasan pasokan."

Namun, setelah naik selama beberapa hari berturut-turut, harga minyak terhenti pada Jumat karena kasus Covid-19 melonjak ke tertinggi pandemi baru di seluruh dunia, dari Australia hingga Amerika Serikat, dipicu oleh varian virus corona Omicron yang sangat menular.

Pakar kesehatan A.S. memperingatkan orang Amerika untuk bersiap menghadapi gangguan parah dalam beberapa minggu mendatang, dengan tingkat infeksi kemungkinan akan memburuk di tengah meningkatnya perjalanan liburan, perayaan Tahun Baru, dan pembukaan kembali sekolah setelah liburan musim dingin.

Sebuah survei Reuters terhadap 35 ekonom dan analis memperkirakan rata-rata harga minyak mentah Brent sepanjang 2022 mencapai US$ 73,57 per barel atau sekitar 2% lebih rendah daripada konsensus yang disusun November, yaitu US$ 75,33 per barel.

Baca Juga: Pemerintah Larang Ekspor Batubara, Devisa US$ 4 miliar-US$ 5 Miliar Bisa Melayang

Ini adalah penurunan pertama dalam perkiraan harga 2022 sejak jajak pendapat digelar bulan Agustus lalu.

Harga minyak mentah awal pekan ini tertekan oleh peningkatan produksi di Nigeria dan Ekuador, yang sebelumnya sempat terganggu.

Dengan harga minyak mendekati US$ 80 per barel, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara sekutunya yang dipimpin Rusia, atau biasa disebut OPEC+, kemungkinan menjalankan rencana mereka, yaitu menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Februari. OPEC+ akan menggelar pertemuan pada 4 Januari.

Terbaru