Ekspansi Bakrie Telecom (BTEL) Menanti Konversi OWK

Rabu, 10 Juli 2019 | 06:45 WIB
Ekspansi Bakrie Telecom (BTEL) Menanti Konversi OWK
[]
Reporter: Nur Qolbi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) memperkirakan masih bakal mencatat rugi di akhir tahun ini. Manajemen perusahaan ini memperkirakan, kerugian yang ditanggung sama seperti 2018 lalu, yakni Rp 720,6 miliar.

Besaran kerugian akan sangat dipengaruhi kurs dollar Amerika Serikat (AS). "Kalau bisa, kami berharap rugi lebih kecil," kata Direktur Keuangan BTEL Aditya Irawan, Selasa (9/7).

BTEL masih fokus pada peningkatan pendapatan dari segmen korporasi, yaitu voice solution dan contact center. Perusahaan anggota Bakrie Group ini juga berupaya menemukan potensi bisnis baru.

Salah satunya layanan pengaturan televisi digital. Potensi bisnis ini tengah dalam proses kalkulasi.

Namun, BTEL masih terganjal beban utang yang berat. Proses restrukturisasi pun masih tersendat, terutama restrukturisasi di AS.

Manajemen BTEL juga tengah mengajukan perlindungan PKPU di Amerika Serikat. Chapter 15 ini diajukan 29 Januari 2018 dengan harapan, hasil PKPU BTEL di Indonesia dapat diakui sebagai penyelesaian bagi kreditur di AS.

Direktur BTEL Andi Pravidia Saliman mengatakan, setelah Chapter 15 ini diakui, pihaknya akan melakukan proses exchange offer. Penawaran tersebut berupa penukaran wesel senior yang saat ini dimiliki oleh kreditur dengan wesel baru yang terdiri atas obligasi wajib konversi (OWK) sebesar 70% dan porsi tunai 30%, sesuai dengan ketentuan PKPU.

Sebagai informasi, Pengadilan Niaga Indonesia telah mengabulkan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) BTEL pada 9 Desember 2014 silam. Melalui PKPU ini, utang perusahaan diselesaikan melalui porsi tunai dan efek bersifat ekuitas, yakni OWK. Kreditur dapat mengonversi OWK menjadi saham BTEL.

Apabila exchange offer ini selesai, bisa dibilang, proses restrukturisasi BTEL selesai dan perusahaan bisa melanjutkan pengembangan usaha. "Kalau tidak, kami akan kesulitan membangun bisnis yang baru, kata Andi. Proses exhange offer ini ditargetkan selesai pada kuartal I-2020.

Aditya menjelaskan, jika seluruh pemegang OWK mengonversi utangnya menjadi saham, maka besarannya bisa mencapai 45% dari keseluruhan saham BTEL.

Opini disclaimer

Sebelumnya, Huawei Group telah mengonversi OWK-nya di BTEL ke dalam 6,18 miliar saham senilai Rp 1,23 triliun pada 1 Maret 2017. Saat ini, Huawei Group memegang 16,83% saham BTEL dan menjadi pemegang saham terbesar kedua setelah kepemilikan publik 57,96%.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2019, liabilitas jangka panjang BTEL mencapai Rp 6,01 triliun. Total liabilitas sebesar Rp 16,18 triliun. Lantaran aset perusahaan hanya Rp 714 miliar, BTEL mengalami defisiensi modal hingga Rp 15,46 triliun di akhir Maret lalu.

Belum lagi, BTEL masih harus terganjal di pencatatan laporan keuangan. Auditor memberikan opini tidak menyampaikan pendapat atau disclaimer atas laporan keuangan BTEL tahun 2018.

Aditya menjelaskan, opini tersebut muncul karena proses restrukturisasi wesel senior oleh anak usaha BTEL yang berbasis di Singapura, yakni Bakrie Telecom Pte. Ltd., masih dalam penyelesaian. "Proses restrukturisasi belum selesai sampai tanggal laporan audit 17 Mei 2019, sehingga hasil akhir belum bisa ditentukan, kata dia.

Meski begitu, ia mengatakan saat ini, bisnis BTEL masih berjalan seperti biasa. Di samping itu, BTEL terus menjalin komunikasi dengan regulator untuk dapat segera menyelesaikan proses restrukturisasi, serta agar saham perusahaan ini bisa kembali di perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bagikan

Berita Terbaru

Kasus Pajak
| Kamis, 27 November 2025 | 07:05 WIB

Kasus Pajak

Jadi pekerjaan rumah pemerintah untuk terus meningkatkan kepatuhan pajak masyarakat ditengah marak kasus korupsi pajak.

Mengukur Kerugian Akuisisi di Kasus ASDP
| Kamis, 27 November 2025 | 07:00 WIB

Mengukur Kerugian Akuisisi di Kasus ASDP

Kasus korupsi di ASDP yang melibatkan para mantan petinggi BUMN ini merupakan ujian integritas dan kualitas pengambilan keputusan.​

Harga Saham DNAR Lompat Kodok, Begini Kata Direktur OK Bank Soal Upaya Mengerek Modal
| Kamis, 27 November 2025 | 06:57 WIB

Harga Saham DNAR Lompat Kodok, Begini Kata Direktur OK Bank Soal Upaya Mengerek Modal

Lonjakan harga saham PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) seiring rencana OJK mengubah aturan permodalan bank umum.

Tekanan Jual Saham Mantan MSCI Mulai Mereda
| Kamis, 27 November 2025 | 06:57 WIB

Tekanan Jual Saham Mantan MSCI Mulai Mereda

Setelah aksi jual mulai reda, analis menilai terdapat peluang rebound di saham-saham yang keluar dari MSCI

HAIS Membidik Pendapatan Tumbuh 5%
| Kamis, 27 November 2025 | 06:54 WIB

HAIS Membidik Pendapatan Tumbuh 5%

Emiten jasa angkut pelayaran ini optimistis, permintaan dari pelanggan dan utilitas armada masih cenderung stabil.

Rupiah Terpengaruh Sentimen Eksternal pada Rabu (26/11)
| Kamis, 27 November 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Terpengaruh Sentimen Eksternal pada Rabu (26/11)

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,04% secara harian ke Rp 16.664 per dolar AS. 

Merger Batal, Bank MNC dan Bank Nobu Didorong Tambah Modal
| Kamis, 27 November 2025 | 06:20 WIB

Merger Batal, Bank MNC dan Bank Nobu Didorong Tambah Modal

Merger antara Bank Nobu dan Bank MNC yang sempat diharapkan jadi konsolidasi sukarela percontohan di Tanah Air resmi batal. ​

Investor Institusi Domestik Mulai Melirik Investasi di Aset Digital
| Kamis, 27 November 2025 | 06:15 WIB

Investor Institusi Domestik Mulai Melirik Investasi di Aset Digital

Indonesia berada di posisi ke-7 setelah India, Amerika Serikat, Pakistan, Vietnam, Brasil, dan Nigeria dalam adopsi kripto institusional. 

Transaksi Valas Naik Jelang Akhir Tahun
| Kamis, 27 November 2025 | 06:15 WIB

Transaksi Valas Naik Jelang Akhir Tahun

Transaksi valas jelang akhir tahun naik dipicu tingginya kebutuhan masyarakat untuk berlibur ke luar negeri serta permintaan dari pelaku usaha 

Peta Persaingan Bank Digital Berpotensi Berubah
| Kamis, 27 November 2025 | 06:05 WIB

Peta Persaingan Bank Digital Berpotensi Berubah

Wacana merger dua ekosistem besar seperti GOTO dan Grab menyisakan pertanyaan mengenai nasib bank digital di belakangnya.​

INDEKS BERITA

Terpopuler