Ekspor Dibuka, Harga CPO Bakal Kembali Menurun

Selasa, 24 Mei 2022 | 04:35 WIB
Ekspor Dibuka, Harga CPO Bakal Kembali Menurun
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Presiden Indonesia Joko Widodo mencabut larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) resmi berlaku, Senin (23/5). Harga CPO di bursa Derivatif Malaysia untuk pengiriman Agustus 2022 meningkat 2,49% ke RM 6.261 per ton.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai, kebijakan pencabutan larangan ekspor tersebut dinilai tak akan berdampak signifikan dalam menurunkan harga CPO. Perusahaan sawit bisa kembali mengekspor CPO, namun hal ini tidak otomatis menyebabkan harga CPO turun.

"Alih-alih membuat harga CPO dalam tren bearish, saat ini harga CPO justru tengah berkonsolidasi," kata Ibrahim, Senin (23/5). Dia bilang, saat ini suplai demand CPO stabil. Negara importir CPO sudah memiliki cadangan mencukupi dan belum melaksanakan impor dalam waktu dekat. Hal ini yang menyebabkan harga CPO stabil.

Baca Juga: Luhut Panjaitan Mendapat Tugas Baru dari Jokowi, Urusi Masalah Minyak Goreng

Ke depan, Ibrahim melihat, harga CPO akan ditentukan kelanjutan konflik antara Rusia - Ukraina. Jika sampai ada kesepakatan damai, maka produksi minyak biji matahari di Ukraina akan meningkat. CPO yang saat ini sebagai substitusi mulai ditinggalkan. 

"Jika sudah demikian, harga CPO bisa jatuh. Hanya saja, kami tidak ada yang tahu seperti kelanjutan konflik, jadi selama damai belum terjadi, harga CPO masih akan di kisaran saat ini," kata dia. 

Kalau Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai, pencabutan larangan ekspor CPO bisa memicu koreksi. Hanya saja, alasan kuat agar CPO bisa berada dalam tren bearish. Pasalnya, sejauh ini harga CPO sudah tertekan.

Mulai dari tren harga komoditas bullish di tahun ini, ada ketegangan geopolitik antara Ukraina Rusia mengganggu supply chain global. Selain itu, ada ancaman tingginya inflasi membuat harga dollar Amerika Serikat perkasa.

"Belum lagi masih ada sentimen kebijakan moneter The Fed dan bank sentral global akan diperketat. Semuanya justru memicu kenaikan harga CPO," kata Wahyu. Karena itu, dia meyakini, sentimen global punya peranan penting mengatrol harga CPO, ketimbang kebijakan pencabutan larangan ekspor dari Indonesia.

Baca Juga: Larangan Ekspor CPO Dicabut, Begini Efeknya ke Harga CPO

Kata Wahyu, harga CPO masih bergerak di kisaran saat ini, meski secara jangka pendek berpotensi melemah, namun belum ada tanda bearish untuk jangka panjang. Wahyu memproyeksi harga CPO di level RM 5.500-RM 6.500 per ton dan Ibrahim di kisaran RM 5.900 hingga RM 6.400 per ton.

Bagikan

Berita Terbaru

Hitung Jeli Manfaat dan Biaya MBG
| Rabu, 24 Desember 2025 | 00:14 WIB

Hitung Jeli Manfaat dan Biaya MBG

Anggaran dari makan bergizi gratis (MBG) sebesar Rp 71 triliun tahun ini sudah menjangkau sekitar 50 juta penerima. 

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:58 WIB

Menanti Tuah Window Dressing di Pekan Pendek, Cermati Saham-Saham Ritel Ini

Saham ritel berpotensi bangkit di sisa 2025. Simak proyeksi pertumbuhan laba 2026 dan rekomendasi saham ACES, MIDI, hingga ERAA.

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 11:40 WIB

Niharika Yadav: Inflasi Medis Masih Jadi Tantangan ke Depan

Penerapan sejumlah regulasi baru dan tingginya inflasi medis akan mempengaruhi bisnis asuransi jiwa di Indonesia di 2026

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:17 WIB

Laba Melonjak 51% tapi Saham DSNG Justru Tergelincir, Saatnya Masuk Atau Wait & See?

Prospek kinerja DSNG di 2026 dinilai solid berkat profil tanaman sawit muda dan permintaan CPO yang kuat.

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:15 WIB

OJK dan KSEI Meluncurkan Integrasi Sistem Perizinan Reksadana

Langkah ini  untuk menyederhanakan proses, meningkatkan kepastian layanan, dan memperkuat tata kelola pendaftaran produk investasi reksadana. 

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini
| Selasa, 23 Desember 2025 | 08:11 WIB

Anak Usaha DOID Perpanjang Kontrak DOID di Tambang Blackwater, Nilainya Segini

Kontrak tersebut terkait tambang Blackwater. Perpanjangan kontrak yang diperoleh pada 21 Desember 2025 tersebut bernilai sekitar A$ 740 juta. 

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:45 WIB

Emiten Semen Bisa Pulih Secara Bertahap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Emiten sektor semen berpeluang memasuki fase pemulihan pada 2026 setelah melewati tahun yang menantang.

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Tax Holiday Deras, Investasi IKN Terkuras

Tercatat 290 perusahaan memperoleh tax holiday, dengan 102 perusahaan telah beroperasi dan merealisasikan investasi sebesar Rp 480 triliun.

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:43 WIB

Produksi Nikel di 2026 Dibatasi, Saham NCKL, INCO, HRUM, hingga ANTM Makin Seksi

Kebijakan pemangkasan produksi nikel oleh Pemerintah RI diharapkan mendongkrak harga sehingga akan berefek positif ke emiten.

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan
| Selasa, 23 Desember 2025 | 07:42 WIB

ASII Masih Melirik Peluang Bisnis di Sektor Kesehatan

Hingga saat ini, total investasi Grup Astra di bidang jasa kesehatan telah mencapai sekitar Rp 8,6 triliun.

INDEKS BERITA