Emas dan Cemas

Selasa, 15 April 2025 | 06:10 WIB
Emas dan Cemas
[ILUSTRASI. TAJUK - Haris Hadinata]
Harris Hadinata | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalau Anda termasuk investor emas lama, apalagi kalau Anda sudah membeli logam mulia ini dua dekade silam, Anda cuan besar. Di dua dekade silam, harga emas masih US$ 400 per ons troi.

Per pukul 16.13 WIB kemarin, harga emas di pasar spot ada di level US$ 3.228,55 per ons troi. Bahkan, sehari sebelumnya, harga emas mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, US$ 3.237,61 per ons troi. 

Jadi investor emas yang sudah membeli emas ketika harganya masih sekitar US$ 400, kini menikmati keuntungan sekitar 700%. Kenaikan harga emas juga diperkirakan masih belum berhenti, karena permintaan masih akan tinggi.

Akhir pekan lalu, Goldman Sachs menerbitkan riset yang menyebut harga emas bisa mencapai level US$ 3.700, dengan kisaran proyeksi US$ 3.650-US$ 3.950 per ons troi. Proyeksi tersebut naik dari proyeksi sebelumnya, US$ 3.300 per ons troi.

Kendati menggembirakan buat investor emas, tapi kenaikan harga emas ini sebenarnya juga membawa kabar gelap. Jangan lupa, emas masih diyakini sebagai safe haven. Oleh karena itu, di masa yang dipenuhi ketidakpastian, harga emas kerap bergerak naik.

Saat ini, ketidakpastian global, baik dari sisi ekonomi, politik maupun sosial, sangat kuat. Ini membuat banyak pihak cemas dan memburu emas. Bank sentral juga menambah portofolio emasnya sebagai sarana lindung nilai.

Indeks fear & greed, yang mengukur sentimen emosi investor di pasar keuangan Amerika Serikat (AS), menunjukkan investor saat ini berada di posisi ketakutan hebat (extreme fear). Per pukul 05.00 WIB kemarin, indeks fear & greed ada di level 18. Nilai indeks di bawah 25 menunjukkan extreme fear.

Pada 8 April lalu, nilai indeks ini bahkan sempat mencapai level 3. Sejak awal tahun ini, indeks fear & greed ini cenderung berada di bawah level 50, yang mengindikasikan investor dipenuhi kecemasan.

Kecemasan tersebut bukan cuma dirasakan investor di pasar keuangan. Banyak pebisnis juga tengah memeras otak mencari solusi di tengah ketidakpastian saat ini, yang antara lain disebabkan kebijakan tarif impor Amerika Serikat.

Orang Indonesia juga wajar kalau merasa cemas. Masyarakat Indonesia mendapat banyak tekanan. Investasi di saham dan obligasi anjlok, nilai tukar rupiah merosot, penghasilan juga terancam. Alhasil, tekanan daya beli masih susah pulih. Jangankan menabung buat hari tua, memenuhi kebutuhan hidup sebulan saja mungkin susah. 

Selanjutnya: Impor dan Investasi Menjadi Modal Negosiasi Indonesia ke AS

Bagikan

Berita Terbaru

Tarif Trump Membalikkan Ekonomi Dunia
| Rabu, 16 April 2025 | 09:29 WIB

Tarif Trump Membalikkan Ekonomi Dunia

Negara kecil tidak akan mampu untuk memasok semua kebutuhan pokoknya dengan efisien. Mereka harus bermitra dengan negara yang jauh lebih besar.

FOMO Emas
| Rabu, 16 April 2025 | 09:16 WIB

FOMO Emas

Masyarakat harus kritis dan meningkatkan literasi agar terhindar dari aksi penipuan dan kerugian dalam berinvestasi emas.

Meski Naik di Maret, Cadangan Devisa Berpotensi Tergerus Memasuki Kuartal II 2025
| Rabu, 16 April 2025 | 08:52 WIB

Meski Naik di Maret, Cadangan Devisa Berpotensi Tergerus Memasuki Kuartal II 2025

Ekspor yang berpotensi tertekan, musim pembagian dividen, dan ongkos untuk mengintervensi rupiah jadi faktor penggerus cadangan devisa.

Profit 33,61% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak Lagi (16 April 2025)
| Rabu, 16 April 2025 | 08:39 WIB

Profit 33,61% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak Lagi (16 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (16 April 2025) 1 gram Rp 1.916.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,61% jika menjual hari ini.

Di Tengah Proyeksi Kinerja Konservatif, MTEL Tetap Incar Peluang Merger dan Akuisisi
| Rabu, 16 April 2025 | 08:27 WIB

Di Tengah Proyeksi Kinerja Konservatif, MTEL Tetap Incar Peluang Merger dan Akuisisi

Dari total capex Rp 5,3 triliun yang dianggarkan MTEL di 2025, Rp 2 triliun di antaranya dialokasikan untuk merger dan akuisisi.​

Peta Big Caps Berubah, Bank Masih Unggul
| Rabu, 16 April 2025 | 08:10 WIB

Peta Big Caps Berubah, Bank Masih Unggul

Nilai kapitalisasi pasar saham (market captalization) dalam negeri menguap sekitar 11% sepanjang tahun ini

Direksi Ramai-Ramai Borong Saham Emiten
| Rabu, 16 April 2025 | 07:59 WIB

Direksi Ramai-Ramai Borong Saham Emiten

Di tengah volatilitas IHSG yang masih tinggi, sejumlah direksi emiten melakukan aksi pembelian saham dengan tujuan investasi.

Penurunan Penjualan Motor di Kuartal I bisa Berlanjut di Sepanjang 2025
| Rabu, 16 April 2025 | 07:54 WIB

Penurunan Penjualan Motor di Kuartal I bisa Berlanjut di Sepanjang 2025

Perusahaan pembiayaan lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit lantaran daya beli masyarakat yang melemah seiring risiko yang meningkat.

Rupiah Masih Rentan Terkoreksi pada Rabu 16 April 2025
| Rabu, 16 April 2025 | 07:22 WIB

Rupiah Masih Rentan Terkoreksi pada Rabu 16 April 2025

 Melansir Bloomberg, rupiah di pasar spot turun 0,23% secara harian ke Rp 16.827 per dolar AS pada Kamis (15/4)

Penguatan Aset Kripto Masih Rapuh
| Rabu, 16 April 2025 | 07:19 WIB

Penguatan Aset Kripto Masih Rapuh

Investor kembali mengoleksi aset berisiko seperti kripto, seiring Presiden AS Donald Trump menangguhkan sementara sejumlah kebijakan tarif.

INDEKS BERITA

Terpopuler