Emiten Batubara Masih Berduka

Senin, 08 Desember 2025 | 06:00 WIB
Emiten Batubara Masih Berduka
[]
Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana pemerintah membuka opsi pengetatan domestic market obligation (DMO) batubara tahun depan dinilai dapat menekan kinerja emiten sektor batubara. Ini di tengah rencana pemangkasan produksi nasional dan tren harga batubara global yang masih melemah.

Pemerintah membuka kemungkinan untuk menaikkan porsi kewajiban pemenuhan batubara untuk kebutuhan dalam negeri dari 25% dari total produksi pada 2026. 

Harry Su, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia menyebut,  kenaikan porsi DMO berpotensi menekan profitabilitas emiten sektor batubara.

Hal ini sebab, harga jual DMO jauh lebih rendah daripada harga ekspor. Menurutnya, dampak paling terasa akan dialami PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Andalan Indonesia Tb (AADI) yang memiliki porsi ekspor tinggi. 

Sementara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) relatif netral karena portofolionya memang dominan domestik dan dekat dengan PLTU mulut tambang. Untuk PT United Tractors Tbk (UNTR), dampaknya lebih tidak langsung. Penurunan profit bisa terjadi melalui segmen jasa tambang PAMA jika aktivitas produksi klien ikut menurun.

Selain itu, belakangan wacana kenaikan porsi DMO batubara mencuat seiring rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk memangkas produksi batubara pada tahun depan. Hal ini tak lepas dari harga emas hitam global yang lesu.

Kata Harry, sentimen pemangkasan produksi dapat berdampak negatif pada emiten yang tengah melakukan ekspansi untuk menaikkan produksi seperti PTBA. 

"Di lain sisi, penurunan supply dapat berpotensi menjadi bantalan harga di tengah kenaikan produksi domestik China," ujar Harry, Jumat (5/12).

Persediaan batubara di China tetap tinggi sebesar 714 juta ton pada Oktober 2025. Hal ini menyebabkan impor batubara 10 bulan pertama tahun 2025 turun 11% yoy. 

"Dengan persediaan tinggi dan meningkatnya output energi terbarukan, kami memperkirakan harga batubara akan tetap tertekan dalam 6- 12 bulan ke depan," jelas Jacquelin Hamdani dan Edward Halim Analis CGS Internasional Sekuritas dalam riset 24 November 2025.

Dengan kondisi tersebut, Jacquelin dan Edward menurunkan perkiraan laba bersih  tahun 2026 untuk UNTR, ITMG dan PTBA sebesar 13%. Ini mencerminkan harga batubara yang lebih lemah secara tahunan, dan biaya yang lebih tinggi, terutama untuk bahan bakar. Adapun laba bersih AADI diproyeksi naik pada 2026 karena harga jual rata-rata yang sedikit lebih baik.

Harga masih lemah

Erinda Krisnawan dan Kafi Ananta, analis BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan peringkat netral untuk sektor ini. BRI Danareksa melihat risiko penurunan harga masih akan terjadi di tengah tingginya tingkat persediaan di Tiongkok. Sementara keberlanjutan pemangkasan produksi domestik masih harus dilihat. 

Meskipun demikian, mengingat ada potensi kenaikan harga jangka pendek dari restocking musiman, BRI Danareksa mempertahankan rekomendasi buy pada AADI dengan target harga Rp 9.850 per saham. 

Adapun Harry melihat tahun depan  kinerja sektor batubara diperkirakan akan bervariasi. Harga batubara masih akan tertekan seiring dengan kenaikan produksi domestik dari China and India. Namun ada beberapa perusahaan  yang menaikkan volume produksi untuk mengantisipasi hal tersebut.

Harry merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp 2.630. Harry juga rekomendasikan buy ITMG dengan target harga Rp 27.300 per saham. 

Selanjutnya: Atur Ulang Kewajiban Penempatan Devisa Hasil Ekspor

Bagikan
Topik Terkait

Berita Terbaru

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:45 WIB

Kinerja Emiten Rumah Sakit Masih Akan Bertumbuh di 2026

Kenaikan kinerja seiring permintaan layanan kesehatan yang terus meningkat dan pertumbuhan kuat dari segmen pasien pribadi.

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah di Awal Pekan Menanti Arah Angin Fed

Rupiah pada awal pekan ini akan dipengaruhi sentimen pasar yang mulai fokus ke keputusan FOMC pada 9-10 Desember 2025. 

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:25 WIB

Banjir Turut Menggerus Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berpotensi di bawah 5%                                 

Tata Kelola BPD Dipertanyakan
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Tata Kelola BPD Dipertanyakan

Terbaru, terjadi kasus tindak pidana perbankan di Bank kaltimtara yang melibatkan pimpinan kantor cabang dan kantor wilayah bank ​

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:20 WIB

Bank Kecil Prediksi Tahun Depan Masih Menantang

Kinerja pembiayaan bank-bank kecil di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 1 semakin melempem.​

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:15 WIB

Harga Logam Mulia Tersengat Sentimen The Fed

Belakangan ini, harga logam mulia bergerak variatif, Harga emas terkoreksi tipis, sementara perak justru mencatat penguatan cukup tinggi. 

Membawa Pembangkit Surya ke Puluhan Ribu Desa
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:13 WIB

Membawa Pembangkit Surya ke Puluhan Ribu Desa

Pemerintah siap menggulirkan proyek satu desa satu megawatt PLTS. Tapi, masih banyak tantangan yang siap mengadang.

Banjir Kecaman
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:10 WIB

Banjir Kecaman

Mereka tidak butuh pemimpin yang angkat karung beras yang bisa dikerjakan kuli panggul di mana saja.

Kredit Hijau Perbankan Bertambah Rimbun
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:00 WIB

Kredit Hijau Perbankan Bertambah Rimbun

Perbankan kian agresif mendorong penyaluran pembiayaan hijau seiring meningkatnya komitmen industri keuangan terhadap prinsip ESG

Emiten Batubara Masih Berduka
| Senin, 08 Desember 2025 | 06:00 WIB

Emiten Batubara Masih Berduka

Opsi pengetatan aturan DMO menjadi tekanan tambahan di tengah harga batubara global yang masih lesu 

INDEKS BERITA

Terpopuler