KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah yang bergerak di bawah level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS) menguntungkan bagi emiten saham Grup Bakrie. Pasalnya emiten-emiten grup ini mempunyai utang dalam bentuk dollar AS cukup banyak.
Pada kuartal III-2018, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) memiliki utang dalam bentuk dollar AS sebesar US$ 530 juta. Angka ini masih menurun jika dibandingkan dengan 2017 sebesar US$ 636 juta.
Pada periode yang sama, rugi selisih kurs BNBR meningkat 3.338,62% menjadi Rp 784,35 miliar. Meningkatnya rugi kurs dikarenakan rupiah yang melemah sebelum 2018.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sama saja. Perusahaan ini tengah dalam proses penyelesaian utang senilai US$ 1,6 miliar dengan skema cicilan tranche yang dilakukan secara bertahap. Berbeda dengan BNBR, BUMI justru lebih kuat terhadap terpaan volatilitas nilai tukar. Pada kuartal III-2018, BUMI justru mendapatkan laba selisih kurs US$ 3,19 juta.
Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan, ini karena secara umum BUMI tertolong dari lindung nilai alami (natural hedging), meski nilai tukar rupiah bergerak tak menentu.
BUMI memperoleh pendapatan dalam bentuk dollar AS. "Sekitar 90% pengeluaran juga dalam bentuk dollar AS. Jadi dampak fluktuasi nilai tukar tidak terlalu besar," ujar Dileep kepada KONTAN, Selasa (5/2).
Saat ini, kondisi rupiah sudah baik dan stabil. Diikuti dengan harga batubara dengan kalori tinggi tergolong stabil. Namun menurut dia, masih terlalu awal melihat kondisi ke depan. Perusahaan ini pun masih optimistis pendapatan BUMI tahun 2019 akan naik 5% yoy.
Senior Research Analyst Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy menilai, nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat belakangan ini bisa menguntungkan emiten grup Bakrie. "Karena beban pembayaran bunga utang mata uang asing bisa berkurang," ujar Robertus.
Per kuartal III-2018, total liabilitas BUMI sebesar US$ 3,31 miliar. Turun dari Desember 2017 sebesar US$ 3,41 miliar
Apalagi, Robertus menambahkan, produksi batubara BUMI masih salah satu yang terbesar. Di 2018, BUMI memproduksi sekitar 86 juta ton.
Di tahun 2019, perusahaan ini membidik produksi sebesar 90 juta ton. Selain itu, harga batubara pun masih stabil di level US$ 98 per metrik ton. Dia masih rekomendasi saham BUMI di Rp 450 per saham.