Gara-Gara FCA Setitik

Sabtu, 15 Juni 2024 | 08:05 WIB
Gara-Gara FCA Setitik
[ILUSTRASI. TAJUK - Barli Halim Noe]
Barly Haliem Noe | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal, gagasan mengenai papan pemantauan khusus saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebenarnya sudah memicu kontroversi. Protes meningkat manakala otoritas bursa menerapkan papan khusus ini dengan mekanisme lelang saham secara penuh atau full call auction (FCA) pada Maret 2024. 

Puncaknya terjadi manakala FCA ini menjerat PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), emiten dengan market terbesar di bursa, akhir Mei 2024. Pasar shock, sehingga mempercepat rontoknya harga saham-saham di BEI yang sedang tertekan oleh sentimen pelemahan rupiah. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), misalnya, turun 2,36% sepekan terakhir, dan minus 7,15% sejak BREN masuk FCA. Nilai transaksi saham mendadak kempes di bawah Rp 12 triliun per hari.

Sejauh ini otoritas bursa tampak dingin-dingin saja, dan menjadikan kurangnya sosialisasi  sebagai kambing hitam polemik FCA. Alih-alih meredakan pasar, cara otoritas dan regulator bursa menyikapi polemik aturan yang mulai digagas dan dibahas di periode 2019-2021 itu malah memicu aneka rupa spekulasi baru.

Misalnya, muncul tuduhan  FCA sebagai rezim anti saham naik dan hanya menguntungkan para predator dan bandar besar. Yang lebih  gila lagi, muncul tudingan FCA  sebagai konspirasi pengelola dana (fund manager) yahudi Eropa untuk menjatuhkan ekonomi Indonesia. Nah, lo!

Nah, bagi korporasi, bursa saham adalah tempat alternatif untuk mencari pendanaan ekspansi bisnisnya, Pengawasan ketat di bursa juga mendorong emiten untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan transparan. 

Sementara bagi investor, bursa saham adalah tempat mencari cuan dan memupuk asetnya. Oleh karena itu, jika sebuah aturan dianggap menghambat datangnya keuntungan dan justru merugikan investor, lantas aturan tersebut sebenarnya untuk apa dan melindungi siapa?

Kita berharap otoritas bursa mendengar kembali suara publik serta mencari jalan keluar terbaik bagi para pemangku kepentingan di bursa. Situasi Indonesia di masa transisi kepemimpinan nasional seperti sekarang sedang dihadapkan dengan aneka rupa tantangan.

Rupiah melemah, ekonomi terganjal lesunya daya beli hingga seretnya arus investasi. Situasi geopolitik juga masih panas. 

Dalam suasana seperti ini, yang dibutuhkan adalah iklim kondusif dan menekan kontroversi. Efeknya terlalu mahal jika hanya gara-gara FCA setitik, pasar modal kita terus berguncang dan membuat runyam ekonomi Indonesia.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Harga Crypto di Ekosistem Binance Sempat Naik Tinggi, Trader Tetap Perlu Hati-Hati
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 10:51 WIB

Harga Crypto di Ekosistem Binance Sempat Naik Tinggi, Trader Tetap Perlu Hati-Hati

Kepercayaan investor institusi lebih ke soal adopsi nyata, tata kelola yang transparan, likuiditas yang stabil, dan distribusi token yang sehat.​

Menanti Keputusan The Fed, Harga Kripto Diperkirakan Masih Akan Cenderung Melemah
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:41 WIB

Menanti Keputusan The Fed, Harga Kripto Diperkirakan Masih Akan Cenderung Melemah

Dalam skenario bearish harga bitcoin berpotensi melanjutkan pelemahan dan beresiko menguji support US$ 110.000/btc.

Insentif Menopang Kinerja Emiten Sektor Properti, Namun Prospeknya Tak Langsung Seksi
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:00 WIB

Insentif Menopang Kinerja Emiten Sektor Properti, Namun Prospeknya Tak Langsung Seksi

Judol, pinjol, dan investasi ke kripto bisa mengalihkan dana masyarakat yang tadinya bisa dialokasikan untuk pembelian properti.

Manajemen Bilang, Bisnis Baru SMBR Akan Digelar Secara Bertahap Mulai Kuartal IV-2025
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 08:38 WIB

Manajemen Bilang, Bisnis Baru SMBR Akan Digelar Secara Bertahap Mulai Kuartal IV-2025

Sebagai kompensasi atas peran barunya, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) akan menerima pendapatan berupa management fee.

Harga Lebih Dulu Naik Signifikan, Analis Sarankan Wait and See Saham BUVA
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 08:10 WIB

Harga Lebih Dulu Naik Signifikan, Analis Sarankan Wait and See Saham BUVA

Pengumuman resmi soal rights issue dan rencana akuisisi entitas milik Summarecon jadi pintu profit taking di saham BUVA.

Usai Net Buy 7 Hari, Free Float MSCI Picu Net Sell, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 07:11 WIB

Usai Net Buy 7 Hari, Free Float MSCI Picu Net Sell, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Outflow asing masih mengancam IHSG. Ini imbas rencana Morgan Stanley Capital Index (MSCI) mengubah perhitungan free float.

Menengok Aksi Blackrock dan JP Morgan di Saham BMRI Ketika Harga Mulai Mendaki
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 07:05 WIB

Menengok Aksi Blackrock dan JP Morgan di Saham BMRI Ketika Harga Mulai Mendaki

Saham BMRI masih dianggap sebagai salah satu yang terbaik di kelasnya dari sisi efisiensi dan profitabilitas.

Pekerja Pariwisata Resmi Tak Dipungut PPh Pasal 21
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 06:41 WIB

Pekerja Pariwisata Resmi Tak Dipungut PPh Pasal 21

Kebijakan ini ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 72 Tahun 2025 tentang PPh Pasal 21 DTP

Rupiah Berpotensi Melemah Terbatas pada Rabu (29/10)
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Berpotensi Melemah Terbatas pada Rabu (29/10)

Nilai tukar dolar AS melemah dipicu oleh antisipasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed)

Waspada Defisit Kembar di Akhir Tahun
| Rabu, 29 Oktober 2025 | 06:28 WIB

Waspada Defisit Kembar di Akhir Tahun

Transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun ini diperkirakan akan mencetak defisit

INDEKS BERITA

Terpopuler