Gara-gara Uni Eropa, Ekspor Indonesia Sulit Berkembang

Senin, 29 Juli 2019 | 07:40 WIB
Gara-gara Uni Eropa, Ekspor Indonesia Sulit Berkembang
[]
Reporter: Bidara Pink, Lidya Yuniartha | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Uni Eropa (UE) yang akan mengenakan bea masuk imbalan sementara (BMIS) terhadap produk biodiesel Indonesia mulai September 2019, menambah hambatan atas kinerja ekspor.

Pelemahan ekspor Indonesia sepanjang semester I-2019 berpotensi berlanjut pada sisa tahun ini. Pasalnya, biodiesel merupakan salah satu andalan ekspor nonmigas Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia secara kumulatif pada Januari-Juni 2019 mencapai US$ 80,32 miliar atau menurun 8,57% dibanding periode sama tahun 2018 atau year on year (yoy).

Pada periode yang sama ekspor nonmigas mencapai US$ 74,21 miliar atau menurun 6,54% yoy.

Pelemahan ekspor lantaran imbas perang dagang Amerika Serikat dengan China yang mengakibatkan menurunkan permintaan di tingkat global dan harga komoditas alam anjlok.

Kini hambatan ekspor bertambah dengan pengenaan BMIS atas biodiesel sebesar 8%–18% di Uni Eropa. Hambatan tarif akan berlaku sementara, sebelum berlaku permanen selama lima tahun sejak Januari 2020.

Kelompok barang lemak dan minyak hewani/nabati (didalamnya termasuk biodiesel) selama ini menjadi kontributor terbesar kedua dalam ekspor non migas, yakni 10,89% pada semester I-2019.

Jumlah itu hanya kalah dari golongan barang bahan bakar mineral batubara, 15,33%.

Sebagai catatan, Eropa merupakan peringkat terbesar kedua dalam penjualan biodiesel, yakni berkontribusi 15,48%.

China ada di urutan pertama tujuan ekspor biodiesel dengan porsi 16,11% dan India peringkat ketiga 14,10%.

Imbasnya merembet ke negara lain

Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan memastikan BMIS akan menekan ekspor biodiesel ke Eropa.

Tak hanya itu, ekspor ke negara lain juga bisa terimbas.

"Negara lain yang impor biodiesel dari Indonesia akan terpengaruh dan akan mengurangi dan menghentikan impornya," tutur Paulus kepada KONTAN, Minggu (28/7).

Ekonom BCA David Sumual menyebut, kebijakan Eropa tersebut akan menekan kinerja ekspor nasional.

Namun, Indonesia memiliki peluang untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa. David mengimbau Indonesia melakukan lobi dan sosialisasi tentang biodiesel ini.

"Kalau lobi tidak berhasil, Indonesia harus diversifikasi ekspor," ujar David.

Ekonom INDEF, Enny Sri Hartati menilai tindakan UE yang semena-mena akan menyulitkan pemerintah memacu ekspor.

Sepanjang semester I-2019, kinerja ekspor turun 8,57% ketimbang periode sama tahun sebelumnya.

Pelemahan ekspor biodiesel ke Eropa berpotensi melanjutkan penyusutan kinerja ekspor.

"Indonesia harus menaikkan bargaining position terhadap Eropa, karena dalam kerjasama harusnya saling take and give," ujar Enny.

Bagikan

Berita Terbaru

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI
| Jumat, 28 November 2025 | 07:36 WIB

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI

Penerapan demutualisasi dinilai tidak akan berdampak kepada investor. Justru, itu jadi sarana BEI untuk menerapkan good corporate governance. ​

Kinerja Saham Pelat Merah Belum Cerah
| Jumat, 28 November 2025 | 07:30 WIB

Kinerja Saham Pelat Merah Belum Cerah

Saham emiten BUMN cenderung stagnan, bahkan terkoreksi dalam 1-2 tahun terakhir. Alhasil, saham emiten BUMN tak lagi jadi penopang laju IHSG​.

Ditjen Bea dan Cukai Terancam Dibekukan
| Jumat, 28 November 2025 | 07:17 WIB

Ditjen Bea dan Cukai Terancam Dibekukan

 Nasib Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai terancam lantaran banyaknya persoalan yang terjadi di lembaga tersebut

Makin Optimistis
| Jumat, 28 November 2025 | 07:15 WIB

Makin Optimistis

Roda ekonomi yang makin menggeliat harus dibarengi dengan upaya menjaga harga pangan dan kelancaran pasokan barang.

Sambil Menanti Data Ekonomi dan Libur Akhir Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Jumat, 28 November 2025 | 07:15 WIB

Sambil Menanti Data Ekonomi dan Libur Akhir Pekan, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pasar menanti sejumlah data domestik, seperti PMI Manufaktur, inflasi hingga kinerja perdagangan Oktober. ​

Setoran Wajib Pajak Besar Juga Masih Merosot
| Jumat, 28 November 2025 | 07:09 WIB

Setoran Wajib Pajak Besar Juga Masih Merosot

Realisasi penerimaan pajak dari LTO per akhir September baru mencapai 56,3% dari target             

Birokrasi Uang Versus Nyawa
| Jumat, 28 November 2025 | 07:05 WIB

Birokrasi Uang Versus Nyawa

Ukuran dari keberhasilan birokrasi adalah bukan terletak pada sistemnya tapi layanan total ke masyarakat.​

Alat Baru Pemerintah Mendeteksi Potensi Pajak
| Jumat, 28 November 2025 | 07:03 WIB

Alat Baru Pemerintah Mendeteksi Potensi Pajak

Perusahaan sektor keuangan dan yang terkait wajib menyerahkan laporan keuangan                      

Emiten Minol Bersiap Menyambut Nataru 2025, Pilih Saham BEER, WINE, Atau MLBI?
| Jumat, 28 November 2025 | 06:31 WIB

Emiten Minol Bersiap Menyambut Nataru 2025, Pilih Saham BEER, WINE, Atau MLBI?

Emiten minuman beralkohol BEER dan WINE optimistis menghadapi momen Natal dan Tahun Baru 2025 dengan produk anyar dan kolaborasi.

Rupiah Bakal Bergerak Terbatas pada Jumat (28/11)
| Jumat, 28 November 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Bakal Bergerak Terbatas pada Jumat (28/11)

Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot terapresiasi 0,17% secara harian ke level Rp 16.635 per dolar AS

INDEKS BERITA

Terpopuler