Garuda Batal Membeli 49 Unit Boeing 737 Max 8

Jumat, 29 Maret 2019 | 09:39 WIB
Garuda Batal Membeli  49 Unit Boeing 737 Max 8
[]
Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Garuda Indonesia membatalkan pesanan 49 unit pesawat B737 Max 8. Keputusan tersebut mempertimbangkan tingkat kepercayaan masyarakat yang kian menurun setelah dua insiden kecelakaan fatal pesawat Boeing 737 Max 8 dalam enam bulan terakhir.

Perwakilan Boeing kemarin menyambangi Kantor Garuda untuk membahas kelanjutan pesanan 49 unit pesawat Boeing 737 Max 8. Sedianya, pesanan tersebut mulai dikirim Boeing pada tahun 2020. "Kami masih percaya terhadap brand Boeing. Namun kami tidak percaya lagi dengan produk B737 Max 8," ungkap I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), kemarin.

Kendati membatalkan pesanan 49 unit Boeing 737 Max 8, Garuda tak akan beralih ke brand lain. Artinya, GIAA tetap memesan armada pesawat buatan Boeing selain jenis B737 Max 8. Namun, belum ada keputusan final untuk jenis, nilai transaksi, dan kapan pesawat pengganti B737 Max 8 didatangkan. "Untuk hal ini, Boeing terbuka dan akan membahas internal di Seattle (Amerika Serikat)," tutur Askhara.

Sebelumnya Garuda telah memesan 50 unit B737 Max 8 seharga US$ 4,9 miliar. Garuda sudah menerima dan mengoperasikan satu unit pesawat B737 Max 8. Saat ini, armada tersebut belum diizinkan untuk terbang oleh otoritas. "Masih grounded. Karena itu, kami akan meminta kompensasi US$ 3 juta per bulan," ungkap Askhara.

Selain menyampaikan simpati terhadap keluarga korban jatuhnya pesawat B737 Max 8 dalam penerbangan Lion Air pada Oktober 2018, Boeing mengklaim sudah meningkatkan maneuvering characteristics augmentation system (MCAS). Boeing masih menunggu restu Federal Aviation Administration (FAA) dan laporan akhir kecelakaan B737 Max 8, baik yang dialami Lion Air maupun Ethiopian Airlines pada awal Maret 2019.

Selain Garuda Indonesia, maskapai lainnya yang memesan B737 Max 8 adalah Sriwijaya Air dan Lion Air. Seperti Garuda, Sriwijaya Air juga membatalkan pesanan dua unit B737 Max 8 yang sejatinya dikirim tahun depan.

Direktur Utama Sriwijaya Air, Joseph Saul, menjelaskan pihaknya sudah menyampaikan ke perusahaan pembiayaan sewa guna usaha atau lessor untuk operational lease mengenai pembatalan pesanan tersebut. "Kami nggak jadi dan saat ini mengevaluasi apakah dengan Airbus atau tetap Boeing," kata dia kepada KONTAN, kemarin.

Joseph memperkirakan, harga satu unit Boeing 737 Max 8 senilai US$ 120 juta. Manajemen Sriwijaya Air juga belum melihat dampak apakah dengan pembatalan itu pengadaan pesawat baru tetap sesuai jadwal pada tahun 2020 atau akan tertunda. Dia hanya menandaskan, saat ini Sriwijaya Air belum memiliki armada B737 Max 8.

Selain Garuda, Lion Air telah mengoperasikan 11 unit, termasuk satu unit yang jatuh. Meski begitu, "Kami belum bisa memberi keterangan," ujar Danang Mandala Prihantoro, Corporate Communications Strategic Lion Air Group, saat dikonfirmasi KONTAN terkait kelanjutan pesanan Lion Air atas 218 unit Boeing 737 Max 8.

Dari total pesanan itu, sebanyak 11 unit sudah dikirim pihak Boeing. Nahas, satu unit pesawat jatuh dan menewaskan semua penumpangnya.

Sebelumnya diberitakan, Lion Air menunda kedatangan B 737 Max 8. Seharusnya tahun ini Lion Air menerima empat unit B737 Max 8.

Bagikan

Berita Terbaru

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:34 WIB

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak

Rasio kepatuhan wajib pajak orang pribadi nonkaryawan merosot ke 27,96%, terendah dalam lima tahun terakhir

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:10 WIB

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN

Investasi ini bukan hanya nilai ekonomi, tapi membangun kedaulatan digital Indonesia yang menghasilkan inovasi dan nilai tambah ekonomi nasional.

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:09 WIB

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI

AS tuding Indonesia mengingkari komitmen yang telah disepakati dalam perjanjian tarif Juli          

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:29 WIB

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Analis memperkirakan, pasar mulai priced in terhadap pemangkasan suku bunga The Fed. Dari domestik, pasar berharap pada momentum akhir tahun.

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:07 WIB

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026

AGII memproyeksikan bakal menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sekitar Rp 350 miliar pada 2026. 

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:45 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 656,96 triliun per November 2025. 

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:40 WIB

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik

Trafik jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) bakal lebih ramai, sehingga bisa memoles kinerja JSMR

Cermat Memilih Saham Selera Pasar
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:37 WIB

Cermat Memilih Saham Selera Pasar

Saham BUMI, DEWA, GOTO, hingga BKSL menjadi saham dengan volume perdagangan saham terbesar tahun ini

Bea Keluar Berlaku, Emiten Emas Masih Bisa Berkilau
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:34 WIB

Bea Keluar Berlaku, Emiten Emas Masih Bisa Berkilau

Pemerintah resmi menetapkan pengenaan bea keluar terhadap barang ekspor seperti emas, akan menjadi sentimen bagi pergerakan harga emiten emas

Efisiensi agar Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS) Makin Berisi
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:30 WIB

Efisiensi agar Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS) Makin Berisi

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) perlu mempercepat proyek strategis agar mengangkat kinerja fundamental ke depan

INDEKS BERITA

Terpopuler