Garudafood Optimistis Bisnisnya Tahun 2019 Tumbuh 15%

Kamis, 02 Mei 2019 | 09:05 WIB
Garudafood Optimistis Bisnisnya Tahun 2019 Tumbuh 15%
[]
Reporter: Kenia Intan | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) masih optimistis target pertumbuhan sebesar 10%–15% akan tercapai tahun ini. Salah satu strategi yang ditempuh emiten berkode emiten GOOD di Bursa Efek Indonesia ini adalah memperluas jaringan distribusi yang melibatkan anak usaha, PT Sinarniaga Sejahtera (SNS).

"Hingga saat ini, kami memiliki 380.000 outlet dan akan terus ditingkatkan ke depannya," ungkap Paulus Tedjo Sutikno, Direktur PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, Selasa (30/4). Sebagai gambaran, saat ini Sinarniaga Sejahtera memiliki 120 depo, dengan 130 partner dan 70 mitra yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain memperluas jaringan distribusi, Garudafood berfokus memperkuat produk dan kategori yang dimiliki, di samping tetap membuat inovasi produk dan kategori baru.

Kini, produksi Garudafood disokong empat fasilitas pabrik, yakni satu di Rancaekek, dua lokasi di Pati, dan satu pabrik di Gresik. Rata-rata utilitas pabrik mencapai 70% dari total kapasitas produksi.

Sebelumnya, salah satu pabrik yakni di Pati sempat terbakar pada 16 April 2019, yang berdampak pada produksi. Meski demikian, Paulus mengklaim, dampaknya tidak begitu besar. "Kami punya cukup banyak jenis produk yang memiliki peluang untuk bisa kami tingkatkan penjualannya," kata dia.

Oleh sebab itu, Paulus bilang, pihaknya tetap optimistis dapat mencapai target pertumbuhan yang dipatok tahun ini, yakni 10%-15% meski salah satu pabrik terbakar. Yang terang, ke depan, Garudafood bakal terus mengerek kontribusi dari penjualan ekspor. Dari sisi kontribusi, segmen ekspor belum mencapai angka 10%. "Kalau memang pasar domestiknya terus bertumbuh, perlu waktu untuk bisa mencapai 10%," ucap dia.

Akan tetapi, melihat dari tahun ke tahun, persentase pertumbuhan penjualan ekspor lebih tinggi ketimbang domestik. Makanya, Paulus tetap yakin kinerja ekspor akan membaik.

Agar lini usaha terus berkembang Garudafood mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 750 miliar, dengan rincian Rp 600 miliar untuk keperluan manufaktur dan Rp 150 miliar untuk distribusi. Menurut Paulus, sumber capex berasal dari pinjaman bank dan penerbitan emisi tahun lalu.

Mengenai performa sepanjang kuartal I 2019, GOOD berhasil mengantongi laba bersih Rp 121,75 miliar. Angka ini turun 20% dibandingkan kuartal I-2018 senilai Rp 152,54 miliar. Paulus bilang, penurunan laba ini karena fluktuasi harga bahan baku, yakni sejak 12 bulan hingga 18 bulan terakhir. "Harga tepung tapioka, terigu dan produk turunan susu," kata dia.

Selain itu, persaingan yang ketat antar-perusahaan makanan dan minuman mendorong GOOD mendorong biaya iklan dan biaya promo. Di kuartal I-2019, Garudafood menggelontorkan Rp 189,75 miliar untuk belanja iklan, naik 14,93 % year on year (yoy).

Selain itu, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) menyetujui pembagian deviden senilai Rp 17 per saham. Adapun nilai dividen yang dibagikan setara dengan 31% dari laba yang diperoleh sepanjang tahun 2018.

"Tentu pada waktu ditentukan 31% mempertimbangkan kebutuhan pengembangan perseroan ke depannya," kata Paulus. Berdasarkan laporan tahunan 2018, tercatat laba tahun berjalan sebelum efek penyesuaian laba merging entity yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 404,92 miliar. Angka ini naik 18,56 % dari tahun sebelumnya Rp 341,52 miliar.

Bagikan

Berita Terbaru

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi
| Minggu, 06 Juli 2025 | 09:00 WIB

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi

Kenaikan impor bahan baku dan barang modal saat manufaktur lesu juga ditengarai efek praktik dumping yang dilakukan China.

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 08:00 WIB

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama

Ketidakpastian arah suku bunga acuan The Fed dan geopolitik yang masih memanas kurang mendukung aset berisiko seperti saham.

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat
| Minggu, 06 Juli 2025 | 07:15 WIB

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat

Harga beras medium dan premium saat ini jauh di atas HET. Masih perlu harga eceran tertinggi?        

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:39 WIB

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur

Ancaman tarif resiprokal ke Amerika Serikat, hingga banjir produk furnitur impor, menjadi tantangan industri.

Melaba dari Usaha Minuman Matcha
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:34 WIB

Melaba dari Usaha Minuman Matcha

Belakangan, olahan matcha digemari masyarakat. Peluang ini ditangkap pelaku usaha yang menuai omzet hingga ratusan juta

PR Perlindungan Investor
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:31 WIB

PR Perlindungan Investor

Nyoman terkejut karena dia merasa cuma mengorder 9 lot, namun mengapa bisa berubah menjadi 16.541 lot?

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa
| Minggu, 06 Juli 2025 | 04:00 WIB

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa

IHSG ditutup melemah ke 6.865,19 pada perdagangan terakhir, 4 Juli 2025 setelah melemah 0,47% dalam sepekan mulai 30 Juni 2025.

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 18:00 WIB

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence

Akuisisi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kendaraan listrik mulai terlaksana.

Sentimen Harga Emas dan Infrastruktur Pabrik Bawa Kinerja BRMS Melonjak
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 17:17 WIB

Sentimen Harga Emas dan Infrastruktur Pabrik Bawa Kinerja BRMS Melonjak

Kinerja emiten tambang PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diprediksi semakin cemerlang hingga 2027 mendatang.

Sejumlah Emiten Diuntungkan Melalui Deregulasi Kebijakan Impor
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 17:01 WIB

Sejumlah Emiten Diuntungkan Melalui Deregulasi Kebijakan Impor

Kebijakan deregulasi impor memberi ruang memperlancar rantai pasok bahan baku, komponen produksi, hingga barang konsumsi tertentu.

INDEKS BERITA

Terpopuler