KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JAKARTA. Sepanjang semester I-2019, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan kenaikan volume penjualan rokok sebanyak 14,8% secara tahunan, dari 40,6 miliar batang menjadi 46,6 miliar batang.
Padahal, riset pasar Nielsen menyebutkan, secara industri, volume penjualan rokok dalam negeri turun 8,6% menjadi 118,5 miliar batang pada paruh pertama tahun ini.
Direktur Gudang Garam Heru Budiman mengatakan, kenaikan penjualan terjadi karena kombinasi dari loyalitas pelanggan, kualitas, hingga ketersediaan produk sehingga mudah didapat.
"Faktor lainnya adalah karena kami menyediakan produk dengan harga hemat," kata dia, Selasa (27/8).
Menurut Heru, pasar memberikan respons positif terhadap merek sigaret dengan harga yang lebih murah.
Contohnya produk Gudang Garam Series dan Surya Series.
Volume penjualan kategori ini naik 15% year on year (yoy) menjadi 38,3 miliar batang pada semester I-2019.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) gunakan dana internal untuk bangun bandara Kediri
Sementara itu, volume penjualan untuk kategori sigaret kretek mesin rendah tar nikotin (SKM LTN) naik 31,25% yoy menjadi 4,2 miliar batang pada paruh pertama tahun ini.
Contohnya Gudang Garam Signature Mild, Pro Mild dan GG Mild.
Margin GGRM turun
Penjualan sigaret kretek tangan (SKT) juga meningkat 2,44% yoy jadi 4,2 miliar batang.
Produknya seperti Klobot, Sriwedari, Djaja dan Merah Series.
Gudang Garam juga baru meluncurkan produk SKT, yakni Gudang Garam Patra, pada 5 Agustus 2019.
Meski pendapatan dan laba bersih GGRM naik, margin laba bruto GGRM menurun dari 19,8% menjadi 18,9%.
"Ini disebabkan beban pokok penjualan lebih tinggi dan pergeseran bauran produk secara keseluruhan terhadap merek yang berharga lebih rendah," ucap Heru.
GGRM juga dibebani peningkatan biaya pita cukai, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak rokok sebesar 17,6% jadi Rp 33,5 triliun.
Maklum, cukai dan pajak tersebut mencakup 78% dari total biaya pokok penjualan Gudang Garam.
Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) masih pantau potensi pasar rokok elektrik Tanah Air
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menulis dalam risetnya, pertumbuhan volume penjualan rokok putih GGRM tahun depan akan turun karena kenaikan pajak cukai serta penurunan popularitas.
Meski begitu, dia masih menyarankan beli saham GGRM dengan target harga Rp 89.000 per saham.