KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) kembali tertekan setelah data ekspor Malaysia anjlok. Namun, harga dapat kembali naik seiring kenaikan harga minyak dunia dan implementasi program B20 di Indonesia dan Malaysia.
Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman April 2019 di Malaysia Derivative Exchange melemah 0,09% jadi RM 2.252 per metrik ton. Dalam sepekan, harganya anjlok 2,85%.
Senior Riset dan Analis Asia Trade Point Futures Cahyo Dewanto mengatakan, penyebab utama CPO ambruk adalah data ekspor Malaysia. SGS Malaysia Sdn merilis, ekspor CPO periode 1-10 Februari lalu hanya 392.480 ton atau turun 15,8% dari periode yang sama bulan sebelumnya.
Tambah lagi, harga minyak kedelai juga dalam tren bearish. Seperti diketahui, minyak kedelai merupakan substitusi CPO. Jika harganya turun, otomatis CPO tertekan.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, pembicaraan terkait perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang belum menemukan titik terang turut menambah beban CPO.
Jika perundingan tidak berjalan mulus, ekonomi China berpotensi makin melemah. Ini membuat permintaan CPO berkurang. "China merupakan pembeli terbesar CPO," kata Cahyo, kemarin.
China merupakan importir terbesar CPO Malaysia di Januari 2019. Impornya mencapai 264.720 ton. Namun, angka ini turun 17,9% ketimbang Desember 2018.
Harga CPO bisa kembali positif jika Malaysia merealisasikan program B20. Saat ini program yang berlaku masih B10 dan B7. "Dengan penerapan B10 di transportasi dan B7 untuk industri, penggunaan CPO mencapai 761.000 ton per tahun," kata Teresa Kok, Menteri Industri Utama Malaysia seperti dikutip Bloomberg.
Cahyo memperkirakan harga CPO hari ini bergerak di rentang RM 2.100–RM 2.260 per metrik ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak di kisaran RM 2.100 sampai RM 2.400 per metrik ton.