Harga Kertas Bikin Waswas, Simak Rekomendasi Tiga Analis Ini untuk Saham INKP
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bubur kertas yang menurun masih akan membayangi kinerja emiten produsen kertas seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP). Penurunan harga bubur kertas dan kertas telah terjadi sejak awal tahun ini.
Tak heran, kinerja emiten grup Sinarmas ini merosot sepanjang kuartal I-2019. Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi mengakui, harga kertas yang lesu saat ini masih akan membuat prospek INKP tidak menarik.
Harga kertas dan bubur kertas ini turun akibat kelebihan pasokan. Tren penurunan harga sejatinya masih terjadi hingga semester satu lalu.
Harga kraft pulp di Shanghai Futures Exchange untuk pengiriman September 2019 turun 5,92% sepanjang tahun ini ke CNY 662,53 per metrik ton. Tren penurunan harga bubur kertas dan kertas ini, menurut Yosua, akan sangat berpengaruh bagi INKP. Penjualan utama pulp dan kertas INKP mencapai 70%.
Apalagi, INKP kesulitan menaikkan harga kertas karena harga kertas dan pulp yang fluktuatif. "Harga jual pulp dan kertas tergantung pada mekanisme pasar," ujar Yosua, Kamis (25/7).
Baca Juga: Harga Kertas Bikin Prospek INKP dan TKIM Kurang Menggembirakan
Tambah lagi, kapasitas pabrik INKP sudah penuh. Perusahaan ini juga belum berencana untuk menambah pabrik baru di tahun ini. Sehingga INKP tidak bisa mengimbangi penurunan harga dengan meningkatkan produksi.
INKP juga dihadapkan pada keadaan dilematis lain. Sebab, permintaan terhadap kertas cenderung stagnan. "Maka cukup sulit bagi INKP untuk menaikkan penjualan dan laba," papar Yosua.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyebut, persediaan pulp dan kertas INKP tidak bisa ditambah karena izin penggunaan hutan. "Izin penggunaan hutan untuk produksi kayu sulit didapat," ucap dia. Penyebabnya, banyak terjadi kebakaran hutan.
Pasar kuat di Asia
Meski begitu Yosua menilai, prospek INKP masih bisa terkerek karena segmen industri pulp and paper terbilang luas. Ia menyebut, langkah perusahaan ini masuk ke segmen kertas industri, seperti packaging dan tissue, positif. "Keduanya merupakan value-added product, yang seharusnya harganya lebih stabil dan margin keuntungan juga terjaga," jelas dia.
Selain itu, INKP juga masih dinilai cukup terpandang dibandingkan perusahaan kertas lainnya. Analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony menganggap, INKP masih memiliki pasar kuat di dalam negeri. Jadi ketika terjadi penurunan cukup besar di pasar ekspor, emiten ini mampu bertahan berjualan di dalam negeri.
INKP, menurut Yosua, memiliki pasar kuat di Asia. Alasannya, induk usaha mereka, yaitu Asia Pulp & Paper (APP) Sinarmas, masih mendominasi di wilayah tersebut.
Baca Juga: APP Sinar Mas: Meski harga lesu permintaan global masih baik
Hanya saja, untuk di luar wilayah tersebut, terutama benua Amerika, INKP masih harus bersaing ketat. "Di sana sudah ada beberapa produsen pulp dan paper lain. INKP bisa terkena shipping cost tinggi sehingga dari segi harga bisa tidak kompetitif ke benua Amerika," tambah Yosua.
Meski menilai fundamental INKP bagus, Yosua merekomendasikan sell untuk INKP dengan target harga Rp 7.175 per saham. Dia beralasan, pertumbuhan volume yang masih terbatas dan eksposur di pasar Asia yang besar akan berisiko bagi perusahaan ini. Sebab, bila terjadi penurunan permintaan dari China akibat perang dagang, dampak bagi INKP cukup serius.
Sementara, Yaki dan Chris merekomendasikan buy saham INKP. Yaki memasang target harga Rp 8.050, sedangkan Chris menargetkan harga di level Rp 10.000.
Yaki menilai saham INKP masih murah dengan PER 5,73 kali. Chris menambahkan, harga INKP sudah koreksi dalam. Kemarin harga INKP turun 2,19% ke Rp 7.825.