Harga Kertas Bikin Waswas, Simak Rekomendasi Tiga Analis Ini untuk Saham INKP

Jumat, 26 Juli 2019 | 06:30 WIB
Harga Kertas Bikin Waswas, Simak Rekomendasi Tiga Analis Ini untuk Saham INKP
[]
Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bubur kertas yang menurun masih akan membayangi kinerja emiten produsen kertas seperti PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP). Penurunan harga bubur kertas dan kertas telah terjadi sejak awal tahun ini.

Tak heran, kinerja emiten grup Sinarmas ini merosot sepanjang kuartal I-2019. Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi mengakui, harga kertas yang lesu saat ini masih akan membuat prospek INKP tidak menarik.

Harga kertas dan bubur kertas ini turun akibat kelebihan pasokan. Tren penurunan harga sejatinya masih terjadi hingga semester satu lalu.

Harga kraft pulp di Shanghai Futures Exchange untuk pengiriman September 2019 turun 5,92% sepanjang tahun ini ke CNY 662,53 per metrik ton. Tren penurunan harga bubur kertas dan kertas ini, menurut Yosua, akan sangat berpengaruh bagi INKP. Penjualan utama pulp dan kertas INKP mencapai 70%.

Apalagi, INKP kesulitan menaikkan harga kertas karena harga kertas dan pulp yang fluktuatif. "Harga jual pulp dan kertas tergantung pada mekanisme pasar," ujar Yosua, Kamis (25/7).

Baca Juga: Harga Kertas Bikin Prospek INKP dan TKIM Kurang Menggembirakan 

Tambah lagi, kapasitas pabrik INKP sudah penuh. Perusahaan ini juga belum berencana untuk menambah pabrik baru di tahun ini. Sehingga INKP tidak bisa mengimbangi penurunan harga dengan meningkatkan produksi.

INKP juga dihadapkan pada keadaan dilematis lain. Sebab, permintaan terhadap kertas cenderung stagnan. "Maka cukup sulit bagi INKP untuk menaikkan penjualan dan laba," papar Yosua.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyebut, persediaan pulp dan kertas INKP tidak bisa ditambah karena izin penggunaan hutan. "Izin penggunaan hutan untuk produksi kayu sulit didapat," ucap dia. Penyebabnya, banyak terjadi kebakaran hutan.

Pasar kuat di Asia

Meski begitu Yosua menilai, prospek INKP masih bisa terkerek karena segmen industri pulp and paper terbilang luas. Ia menyebut, langkah perusahaan ini masuk ke segmen kertas industri, seperti packaging dan tissue, positif. "Keduanya merupakan value-added product, yang seharusnya harganya lebih stabil dan margin keuntungan juga terjaga," jelas dia.

Selain itu, INKP juga masih dinilai cukup terpandang dibandingkan perusahaan kertas lainnya. Analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony menganggap, INKP masih memiliki pasar kuat di dalam negeri. Jadi ketika terjadi penurunan cukup besar di pasar ekspor, emiten ini mampu bertahan berjualan di dalam negeri.

INKP, menurut Yosua, memiliki pasar kuat di Asia. Alasannya, induk usaha mereka, yaitu Asia Pulp & Paper (APP) Sinarmas, masih mendominasi di wilayah tersebut.

Baca Juga: APP Sinar Mas: Meski harga lesu permintaan global masih baik 

Hanya saja, untuk di luar wilayah tersebut, terutama benua Amerika, INKP masih harus bersaing ketat. "Di sana sudah ada beberapa produsen pulp dan paper lain. INKP bisa terkena shipping cost tinggi sehingga dari segi harga bisa tidak kompetitif ke benua Amerika," tambah Yosua.

Meski menilai fundamental INKP bagus, Yosua merekomendasikan sell untuk INKP dengan target harga Rp 7.175 per saham. Dia beralasan, pertumbuhan volume yang masih terbatas dan eksposur di pasar Asia yang besar akan berisiko bagi perusahaan ini. Sebab, bila terjadi penurunan permintaan dari China akibat perang dagang, dampak bagi INKP cukup serius.

Sementara, Yaki dan Chris merekomendasikan buy saham INKP. Yaki memasang target harga Rp 8.050, sedangkan Chris menargetkan harga di level Rp 10.000.

Yaki menilai saham INKP masih murah dengan PER 5,73 kali. Chris menambahkan, harga INKP sudah koreksi dalam. Kemarin harga INKP turun 2,19% ke Rp 7.825.

Bagikan

Berita Terbaru

RI Ajak Investor Inggris Investasi di Sektor EBT
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:57 WIB

RI Ajak Investor Inggris Investasi di Sektor EBT

Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani memamerkan sejumlah upaya pemerintah untuk menciptakan iklim bisnis di sektor energi terbarukan

Ribuan Orang Teken Petisi Tolak Kenaikan Tarif PPN
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:52 WIB

Ribuan Orang Teken Petisi Tolak Kenaikan Tarif PPN

Lebih dari 5.000 orang telah menandatangani petisi online yang telah dibuat sejak 19 November 2024 tersebut

Persiapan Tol Trans Jawa untuk Mudik Libur Nataru
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:45 WIB

Persiapan Tol Trans Jawa untuk Mudik Libur Nataru

Pemerintah memastikan bahwa Tol Trans Jawa siap dilintasi saat libur Natal dan 2024 dan Tahun Baru 2025

Subsidi Pupuk Tetap Dalam Bentuk Volume Barang
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:39 WIB

Subsidi Pupuk Tetap Dalam Bentuk Volume Barang

Pemerintah akan menggelontorkan pupuk subsidi sebanyak lebih dari 9 juta ton secara langsung kepada petani

Duit Beredar Melambat Tanda Isi Dompet Cekak
| Sabtu, 23 November 2024 | 11:30 WIB

Duit Beredar Melambat Tanda Isi Dompet Cekak

Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) melambat pada Oktober 2024

Bumi Citra Permai (BCIP) Bidik Cuan Bisnis Kaveling Industri
| Sabtu, 23 November 2024 | 10:38 WIB

Bumi Citra Permai (BCIP) Bidik Cuan Bisnis Kaveling Industri

PT Bumi Citra Permai Tbk bersiap menggenjot bisnis dengan menyediakan lebih banyak kaveling industri dan pergudangan. 

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:19 WIB

Sampai Akhir September 2024, Laba Bersih Summarecon Agung (SMRA) Melejit 43%

Pertumbuhan laba bersih SMRA itu didongkrak melejitnya pendapatan di periode Januari-September 2024.

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:11 WIB

Pendapatan dan Laba Harita Nickel (NCKL) Melesat di Kuartal III-2024

Pendapatan dan laba bersih PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) alias Harita Nickel kompak naik di sembilan bulan 2024. 

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar
| Sabtu, 23 November 2024 | 07:01 WIB

Menguat Dalam Sepekan, IHSG Ditopang Optimisme Pasar

Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakumulasi penguatan 0,48%. Jumat (22/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke level 7.195,56 

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik
| Sabtu, 23 November 2024 | 06:54 WIB

Insentif Pajak Lanjutan, Harapan Emiten Kendaraan Listrik

Menakar efek insentif pajak lanjutan PPnBM DTP dan PPN DTP terhadap prospek kinerja emiten kendaraan listrik​.

INDEKS BERITA

Terpopuler