Harga Lunglai, Emas Tak Cocok Buat Lindung Nilai

Kamis, 29 September 2022 | 04:55 WIB
Harga Lunglai, Emas Tak Cocok Buat Lindung Nilai
[]
Reporter: Aris Nurjani, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Karisma harga emas sebagai aset lindung nilai dari kenaikan inflasi memudar. Kini posisi harga emas tak lagi jadi safe haven, tapi layaknya  komoditas atau aset berisiko yang lain. 

Kemarin, per pukul 14.23 WIB, harga emas spot sempat mencapai US$ 1.615,12 per ons troi. Ini adalah level harga terendah dalam sekitar 2,5 tahun terakhir. Tapi per pukul 21.40 WIB harga emas kembali naik 1,37% jadi US$ 1.651,39 per ons troi. 

Kondisi yang sama juga dialami oleh harga emas batangan, termasuk emas Antam. Jika investor membeli emas di akhir 2021, kala harganya masih Rp 938.000 per gram dan menjualnya kemarin, ia akan merugi 15,14%.

Baca Juga: Terus Turun, Harga Emas Bisa Menyentuh US$ 1.550 per Ons Troi

Maklum, harga buyback emas Antam kemarin cuma Rp 796.000 per gram. Padahal inflasi Indonesia per Agustus sudah mencapai 3,63% secara tahun kalender dan 4,69% secara tahunan. 

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, status safe haven emas memudar karena emas tidak memberikan bunga. Investor hanya bisa meraup untung dari investasi emas jika harga komoditas logam mulia ini naik. Kondisi ini membuat minat investor menempatkan dana di emas berkurang. 

Ini berbeda jika investor memegang dollar AS yang bisa memberi imbal hasil lebih tinggi, apalagi sejalan dengan tren kenaikan suku bunga The Fed. "Sebenarnya penguatan dollar AS akhir-akhir ini lebih disebabkan carry-trade opportunity dengan tingginya suku bunga AS," ujar Lukman, Rabu (28/9). 

Bahkan menurut dia, secara fundamental, pasokan dan permintaan emas secara fisik sudah tidak mempengaruhi harga logam mulia emas. Saat ini posisi para traders, investor dan spekulator yang bertransaksi emas memilih terus mengurangi kepemilikan emas. Menurut World Gold Council, ETF emas global mencatat arus keluar mencapai 51 ton pada Agustus.

Imbal hasil tinggi

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin juga sepakat menyebut jika ekspektasi kenaikan suku bunga membuat investor merasa lebih nyaman memegang aset dollar AS yang secara nyata memberi imbal hasil tinggi. Apalagi pada November The Fed akan menaikkan suku bunga 75 bps lagi. Bahkan suku bunga bisa naik 100 bps jika inflasi masih di atas 8%. 

Baca Juga: Dolar AS Perkasa, Bank Indonesia Angkat Bicara

Nanang menilai, harga emas baru bisa kembali rebound jika tren kenaikan suku bunga Fed melambat. "Rebound terdekat harga emas harus menembus level resistance di US$ 1.750 dan US$ 1.780. Kalau sudah lewat level tersebut harga emas bisa bergerak ke US$ 1.800," jelas Nanang.

Tapi jika inflasi masih tinggi maka tekanan harga emas, masih akan terjadi. Nanang memperkirakan, harga emas spot berpeluang ke US$ 1.600 per ons troi. "Bisa menuju ke US$ 1.565 sebagai target support berikut bila breakout di bawah US$ 1.600," terang dia.

Untuk harga emas Antam, penurunan yang terjadi menurut Nanang tidak akan sedalam emas di pasar spot. Maklum, kurs dollar AS tengah menguat terhadap rupiah. 

Nanang menilai, harga jual emas Antam masih bisa bertahan di atas Rp 900.000 per gram. "Harga emas Antam masih bergerak di Rp 920.000-Rp 960.000," ujar dia.

Lukman berpendapat, harga ideal emas paling tidak ada di US$ 1.800. Alasannya, sebenarnya permintaan dari China, India dan Rusia saat ini masih cukup tinggi.

Kendati begitu, karena tren suku bunga yang masih berpotensi naik tinggi, maka Lukman memperkirakan harga emas akan kembali jatuh ke US$ 1.550. Dengan mempertimbangkan semakin agresifnya bank sentral dunia menaikan suku bunga, Lukman memperkirakan harga emas di semester pertama tahun depan akan berkisar di area US$ 1.550-US$ 1.650 per ons troi. 

Baca Juga: Dolar AS Terus Menguat, Koreksi Harga Emas Bakal Berlanjut

Bagikan

Berita Terbaru

Diskon Tarif Tol Jelang Libur Nataru Tidak Menjadi Beban Bagi JSMR dan CMNP
| Kamis, 11 Desember 2025 | 11:00 WIB

Diskon Tarif Tol Jelang Libur Nataru Tidak Menjadi Beban Bagi JSMR dan CMNP

Kebijakan pemberian diskon tarif tol di momen Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) diproyeksi menyumbang kenaikan volume atau trafik.

Industri Semen Tertekan, Menakar Prospek Saham Semen Baturaja (SMBR)
| Kamis, 11 Desember 2025 | 10:00 WIB

Industri Semen Tertekan, Menakar Prospek Saham Semen Baturaja (SMBR)

Kinerja industri semen yang lesu, dipengaruhi oleh lemahnya permintaan pasar domestik, terutama penyelesaian proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:34 WIB

Agar Nonkaryawan Patuh Urusan Pajak

Rasio kepatuhan wajib pajak orang pribadi nonkaryawan merosot ke 27,96%, terendah dalam lima tahun terakhir

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:10 WIB

Perusahaan Milik Hashim Djojohadikusumo Mengungkap Motif di Balik Pencaplokan COIN

Investasi ini bukan hanya nilai ekonomi, tapi membangun kedaulatan digital Indonesia yang menghasilkan inovasi dan nilai tambah ekonomi nasional.

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI
| Kamis, 11 Desember 2025 | 08:09 WIB

Bahaya Batalnya Tarif Resiprokal AS terhadap RI

AS tuding Indonesia mengingkari komitmen yang telah disepakati dalam perjanjian tarif Juli          

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:29 WIB

Sah, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 bps, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Analis memperkirakan, pasar mulai priced in terhadap pemangkasan suku bunga The Fed. Dari domestik, pasar berharap pada momentum akhir tahun.

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 07:07 WIB

AGII Menanti Kenaikan Permintaan Gas Industri di 2026

AGII memproyeksikan bakal menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sekitar Rp 350 miliar pada 2026. 

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:45 WIB

Dana Kelolaan Reksadana Bisa Tembus Rp 800 Triliun di 2026

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 656,96 triliun per November 2025. 

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:40 WIB

Trafik Naik, Kinerja Jasa Marga (JSMR) Berpeluang Membaik

Trafik jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) bakal lebih ramai, sehingga bisa memoles kinerja JSMR

Cermat Memilih Saham Selera Pasar
| Kamis, 11 Desember 2025 | 06:37 WIB

Cermat Memilih Saham Selera Pasar

Saham BUMI, DEWA, GOTO, hingga BKSL menjadi saham dengan volume perdagangan saham terbesar tahun ini

INDEKS BERITA

Terpopuler