KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk terus meroket sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 27 Mei 2022. Hingga Jumat (3/6), emiten dengan kode saham ASHA kembali ditutup pada batas auto reject atas (ARA), naik 25% ke Rp 380 per saham.
Penguatan harga saham ASHA terjadi sejak debut perdana, yakni menguat 35% ke Rp 135 per saham. Hingga kini, ASHA telah menghasilkan return kepada para pemegang sebesar 280% dalam lima hari perdagangan bursa. Saat IPO, ASHA mematok harga penawaran Rp 100.
Beberapa pemegang saham yang menuai berkah dari kenaikan harga saham tersebut yakni PT Asha Fortuna Corpora yang menguasai 30%, PT Mestika Arta Dirga memiliki 15%, PT Inti Sukses International 15%, Erlin Sutioso dan Ervin Sutioso masing-masing memiliki 7,5%. Sisanya sebesar 25% dimiliki oleh masyarakat.
Baca Juga: Cilacap Samudera Fishing (ASHA) Mengincar Kenaikan Pendapatan Tiga Kali Lipat
Sejatinya dari segi bisnis, ASHA memiliki sejumlah rencana pengembangan. Salah satunya ASHA akan melebarkan pasar ekspor ke Australia, Amerika dan Timur Tengah. Direktur Utama ASHA William Sutioso menyebut, dalam waktu dekat akan menandatangani MoU kerjasama dengan pembeli di Australia.
Tak hanya itu, ASHA bakal mengakuisisi 99,97% saham perusahaan pengolahan ikan, PT Jembatan Lintas Global (LJG), di Jawa Timur. William menyebut, akuisisi LJG menjadi langkah strategis dalam pengembangan pengolahan ikan. Sebab, JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur, dengan limpahan ikan segar dari Pantai Utara dan Pantai Selatan. "Pabrik pengolahan ikan termasuk yang padat karya, sehingga efisiensi biaya produksi dan biaya logistik menjadi salah satu pertimbangan juga," jelas dia.
Strategi lain untuk memperkuat pasar dalam negeri, ASHA akan terus menjalin kemitraan dengan perusahaan maupun perorangan untuk memperluas distribusi produk. Perusahaan ini juga akan fokus menangkap beberapa spesies ikan yang menjadi unggulan untuk pasar domestik. ASHA juga akan menggandeng akademisi untuk riset bidang penangkapan dan budidaya hasil laut.
Upaya tersebut diharapkan bisa mengerek kinerja ASHA di tahun ini. William mengatakan, ASHA membidik pertumbuhan pendapatan sebesar dua sampai tiga kali lipat dibanding realisasi 2021. Sementara laba bersih diharapkan bisa meningkat 7%-8% pada tahun ini.
Baca Juga: Cilacap Samudera Fishing (ASHA) Raup Dana IPO Rp 125 Miliar, Digunakan untuk Apa?
Berkaca pada kinerja di kuartal pertama tahun ini dan adanya relaksasi di negara konsumen, William optimistis target tersebut dapat tercapai. Sebagai gambaran, ASHA tahun lalu mencetak pendapatan Rp 168,40 miliar.
Sedangkan laba bersih tahun berjalan ASHA mencapai Rp 894,94 juta. "Kami sangat optimistis karena kami banyak menerima orderan ekspor, terutama ke benua Amerika dan Australia. Kami yakin, tahun ini ASHA dapat memenuhi target proyeksi pertumbuhan gross revenue," jelas dia.
Menurut William, salah satu tantangan ASHA adalah regulasi perikanan tangkap, pengangkutan dan pengolahan hasil perikanan dan peraturan terkait perdagangan ke luar negeri. Kendala lainnya adalah biaya freight domestik dan luar negeri yang masih tinggi. Dia berharap pemulihan ekonomi bisa menekan biaya freight.
Baca Juga: Saham Cilacap Samudera (ASHA) Melonjak 35% pada Perdagangan Perdana