Harga Saham Manajer Big Hit Memperpanjang Pelemahan di Hari Keduanya di Bursa

Sabtu, 17 Oktober 2020 | 10:43 WIB
Harga Saham Manajer Big Hit Memperpanjang Pelemahan di Hari Keduanya di Bursa
[ILUSTRASI. BTS menjadi boy group K-Pop terpopuler di bulan Oktober 2020.]
Reporter: Nathasya Elvira | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SEOUL (Reuters) - Saham Big Hit Entertainment Co. Ltd. tergerus sebanyak 23% pada perdagangan Jumat (16/10). Pelemahan itu memperbesar penurunan dari harga perdananya di bursa.

Saham agensi manajemen grup K-pop Korea Selatan, BTS, itu, merosot dari harga debutnya menjelang penutupan perdagangan Kamis. Analis mengatakan, harga yang lebih rendah harus dipandang lebih masuk akal dan didasarkan pada fundamental perusahaan yang pendapatannya sangat bergantung pada satu boy band.

Baca Juga: Perusahaan game poker milik investor China siap IPO di AS

Analis juga menilai, penilaian Big Hit berdasarkan harga penawaran umum perdana (IPO) 135.000 won per saham sebanding dengan rekan-rekan seperti agensi K-Pop SM Entertainment Co. Ltd. dan JYP Entertainment Corp.

Mereka mengatakan, setelah harganya turun hingga 199.000 won pada Jumat, saham Big Hit lebih realistis harganya. Pada saat initial public offering (IPO), harga Big Hit naik hingga dua kali lipat. Harga itu kembali melonjak 30% di hari pertama perdagangan.

Lonjakan singkat itu mengikuti debut yang kuat dari saham SK Biopharm Co. Ltd. Pharmaceuticals pada bulan Juli dan Kakao Games Corp bulan lalu. IPO yang laris manis itu didorong oleh kiprah investor ritel Korea Selatan yang dijuluki ebagai "semut," memanfaatkan stimulus ekonomi pemerintah yang telah membanjiri pasar dengan uang tunai .

Namun, tidak seperti pembuat farmasi dengan obat-obatan atau pengembang game seluler yang diuntungkan dari tren tinggal di rumah, agensi K-pop yang bergantung pada beberapa artis bintang dapat melihat lebih banyak fluktuasi dalam harga saham, kata analis.

Baca Juga: Resmi IPO di New York, Miniso berhasil raup US$ 608 juta dalam sehari

BTS menyumbang 97,4% dari pendapatan Big Hit pada 2019 dan 87,7% pada paruh pertama tahun 2020, menurut peraturan yang diajukan.

"Ketergantungan Big Hit pada BTS masih mutlak ketika memasukkan non-manajemen, penjualan tidak langsung seperti merchandise, kekayaan intelektual dan konten," kata analis Hyundai Motor Securities, Kim Hyun-yong.

“Itu harus melakukan upaya keras untuk menciptakan sumber pendapatan pasca-BTS," imbuh dia.

Selanjutnya: Strategi Bertahan, Resto Besar & Peritel Turun ke Jalan

 

Bagikan

Berita Terbaru

Perdana Gapuraprima (GPRA) Andalkan Penjualan Properti Rumah Tapak
| Rabu, 19 November 2025 | 07:45 WIB

Perdana Gapuraprima (GPRA) Andalkan Penjualan Properti Rumah Tapak

Segmen bisnis rumah tapak milik GPRA tercatat menyumbang sekitar 80% terhadap total penjualan perseroan.

Erajaya Swasembada (ERAA) Pacu Prenjualan Gawai di Akhir Tahun
| Rabu, 19 November 2025 | 07:30 WIB

Erajaya Swasembada (ERAA) Pacu Prenjualan Gawai di Akhir Tahun

Manajemen ERAA melihat, secara historis momentum Nataru menjadi salah satu periode penting bagi industri ritel.

Perlu Pemisahan Barang Lokal dan Impor di Platform E-Commerce
| Rabu, 19 November 2025 | 07:20 WIB

Perlu Pemisahan Barang Lokal dan Impor di Platform E-Commerce

Produk-produk lokal tengah menghadapi tantangan banjir produk impor berkualitas baik, namun berharga murah.

Ekspor Mobil Indonesia Terus Tancap Gas
| Rabu, 19 November 2025 | 07:00 WIB

Ekspor Mobil Indonesia Terus Tancap Gas

Gaikindo mencatat sejumlah merek yang punya kontribusi terbesar terhadap capaian ekspor mobil CBU sepanjang tahun ini

Momentum Akhir Tahun bisa Bikin Saham Garudafood (GOOD) Menguat?
| Rabu, 19 November 2025 | 06:51 WIB

Momentum Akhir Tahun bisa Bikin Saham Garudafood (GOOD) Menguat?

Valuasi harga saham PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) dinilai relatif lebih murah dibandingkan peers.

Adi Sarana Armada (ASSA) Kebut Bisnis Rental dan Logistik
| Rabu, 19 November 2025 | 06:45 WIB

Adi Sarana Armada (ASSA) Kebut Bisnis Rental dan Logistik

Bisnis sewa kendaraan dan autopool terjaga stabil berkat basis pelanggan B2B (business to business) dengan kontrak tahunan.

Menanti Arah BI Rate Saat Rupiah Terus Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 19 November 2025 | 06:37 WIB

Menanti Arah BI Rate Saat Rupiah Terus Ambruk, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Konsensus memperkirakan, BI rate akan bertahan di 4,75% demi menjaga stabilitasi nilai tukar rupiah yang terus melemah.

Ekspektasi Suku Bunga The Fed Berubah, Valas Asia Melemah
| Rabu, 19 November 2025 | 06:36 WIB

Ekspektasi Suku Bunga The Fed Berubah, Valas Asia Melemah

Tekanan pada mata uang Asia dipicu oleh perubahan ekspektasi pasar terhaterhadap kebijakan Federal Reserve.

Didorong Ekspansi yang Agresif, Analis Pasang Rekomendasi Beli Saham ELSA
| Rabu, 19 November 2025 | 06:33 WIB

Didorong Ekspansi yang Agresif, Analis Pasang Rekomendasi Beli Saham ELSA

Prospek ELSA didorong oleh fokus pada proyek pengembangan bisnis baru dan alokasi capital expenditure (capex) yang agresif

Divestasi Aset Rp 1,69 Triliun, Likuiditas PTPP Bisa Membaik
| Rabu, 19 November 2025 | 06:30 WIB

Divestasi Aset Rp 1,69 Triliun, Likuiditas PTPP Bisa Membaik

PTPP tengah dalam proses melepas dua anak usahanya yang bergerak di luar bisnis inti dengan nilai sebesar Rp 1,69 triliun.

INDEKS BERITA

Terpopuler