KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) mengagendakan tiga aksi korporasi untuk dibahas pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan digelar 24 Mei mendatang. Rencana itu tertuang dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Novita Frestiani Head of Corporate Secretary Division PT Totalindo Eka Persada Tbk, Rabu (2/5).
Pada agenda pertama, manajemen Totalindo berniat meminta restu atas rencana penjaminan aset sebanyak lebih dari separuh kekayaan bersih perusahaan ini. Agenda ini terkait rencana Totalindo menerbitkan obligasi/sukuk/medium term note (MTN) maupun fasilitas pinjaman yang akan diperoleh perusahaan ini dari bank atau lembaga keuangan lainnya.
Agenda RUPSLB Totalindo kedua adalah rencana penambahan kegiatan usaha utama perusahaan. Terkait hal ini, pada 17 April 2018 manajemen Totalindo telah mengumumkan akan menambah kegiatan usaha berupa pengembangan properti baik secara langsung maupun melalui penyertaan saham. Manajemen Totalindo menyatakan akan mengikat kerjasama operasi (KSO) dengan PD Pembangunan Sarana Jaya (PSJ) guna pembangunan bangunan komersial dan hunian beserta fasilitas pendukungnya (transit oriented development) di atas tanah seluas 18.854 m² di jalan H. Ilyas Lebak Bulus dengan porsi kepemilikan saham 49%.
Adapun agenda ketiga yakni rencana pemecahan nilai nominal saham alias stock split. "Persetujuan atas pemecahan nilai nominal saham perseroan dan perubahan Pasal 4 Anggaran Dasar perseroan sehubungan dengan pelaksanaan pemecahan nilai nominal saham," terang Novita menjelaskan agenda ketiga, perusahaannya, lewat keterbukaan informasi.
Belum ada gambaran detail mengenai rencana stock split Totalindo. Namun aksi ini menarik disimak, mengingat fenomena lonjakan harga saham Totalindo pasca penawaran umum perdana atawa initial public offering (IPO) beberapa waktu lalu.
Sekadar mengingatkan, saat melantai di bursa saham pada 16 Juni 2017, harga saham IPO Totalindo dipatok sebesar Rp 310 per saham. Adapun kini, hingga penutupan perdagangan Rabu (2/5), harga saham Totalindo sudah bertengger di level Rp 4.220. Artinya, kurang dari setahun harga saham Totalindo melonjak hingga 1.261,29%.
Fenomena lonjakan harga saham Totalindo sempat masuk radar Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 21 Juli 2017, BEI merilis pengumuman ihwal peningkatan harga saham Totalindo yang di luar kebiasaan dan masuk katagori unusual market activity (UMA). Tak berselang lama, manajemen Totalindo merilis pengumuman bahwa pihaknya pada akhir Juli 2017 telah menjadi kontraktor utama dari proyek Agung Sedayu Group senilai Rp 440 miliar. Proyek tersebut mencakup pembangunan Sedayu City tahap 1 sebanyak 3 tower dari total 20 tower di Kepala Gading, yang merupakan apartemen kelas menengah.
Kontrak dari Agung Sedayu, menyebabkan harga saham Totalindo kian menjulang. Lonjakan harga saham Totalindo pun tidak terpengaruh saat perusahaan ini merilis laporan keuangan paruh pertama 2017 yang membukukan penurunan periode laba berjalan sebanyak 35,62%. Laba berjalan Totalindo semester I 2017 turun menjadi Rp 112,19 miliar, dari periode yang sama tahun 2016 yang sebesar Rp 174,26 miliar.
Adapun pada laporan keuangan Totalindo kuartal pertama 2018, laba perusahaan ini anjlok 64,66% menjadi Rp 20,58 miliar dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 58,24 miliar.