Hingga 2020 Lima Pembangkit Listrik Beroperasi di Jawa Bagian Barat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama dua tahun ke depan, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyebutkan bakal ada lima proyek pembangkit listrik yang akan beroperasi secara komersial atau commercial operation date (COD). Kelima pembangkit itu masuk dalam megaproyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW) yang menjadi bagian dari sistem kelistrikan Jawa bagian barat.
Dalam megaproyek 35.000 MW, Jawa Bagian Barat kebagian membangun 5.700 MW. Nah, lima pembangkit yang akan beroperasi nanti berkapasitas 3.715 MW.
Perinciannya, PLTGU Jawa 2 berkapasitas 800 MW yang dijadwalkan beroperasi pada Mei 2019. Saat ini progres pembangunan pembangkit itu sudah mencapai 99,06%.
Kemudian PLTU Jawa 7 berkapasitas 2000 MW yang ditargetkan beroperasi pada Oktober 2019 dengan progres hingga Maret tahun ini mencapai 81,44%. Selanjutnya PLTU Lontar Extention berkapasitas 315 MW yang siap beroperasi pada Oktober 2019.
Adapula PLTD Senayan berkapasitas 100 MW dan PLTGU Muara Karang berkapasitas 500 MW yang saat ini mencapai progres 42,97% dengan target operasi Oktober 2020.
Direktur Regional Jawa Bagian Barat PT PLN, Haryanto WS mengatakan, dalam proyek 35.000 MW, sebesar 16%-nya adalah proyek di Jawa Bagian Barat. "Di tahun ini dan tahun depan, Jawa Barat akan menyumbang 3.715 MW untuk proyek 35.000 MW," ujar dia, Jumat (29/3) lalu.
Adapun sisanya, kata Haryanto, yakni PLTU Jawa 9 dan PLTU Jawa 10 masing-masing berkapasitas 1.000 MW. Progres kedua pembangkit itu sudah mencapai 35%. "Diperkirakan bisa operasi pada tahun 2021," tutur dia.
Haryanto mengatakan, pembangkit di Jawa Bagian Barat berfungsi menopang keandalan dan kecukupan daya, khususnya Jakarta dan sekitarnya serta mendukung sistem kelistrikan Jawa Bali.
Kelak, harga listrik yang dihasilkan dari lima pembangkit yang akan beroperasi itu berbeda-beda. Misalnya, untuk PLTU harganya sebesar Rp 680 per kWh, sementara PLTGU Muara Karang bisa mencapai Rp 1.300 per kWh.
"Makanya kami ingin PLTU masih perlu dikembangkan. Sebab, faktanya harga listrik dari pembangkit tersebut lebih murah daripada pembangkit tenaga gas dan minyak, bahkan lebih murah dari EBT," ungkap Haryanto.