IHSG Berpotensi Masih Lanjut Tertekan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal kembali mencetak rekor baru pada perdagangan kemarin, Kamis (10/2), indeks saham ditutup melemah 0,16% ke 6.823,64.
Meski begitu, secara intraday, IHSG sempat mencapai level 6.874,35, rekor intraday tertinggi. Investor asing juga masih rajin belanja. Kemarin, investor asing membukukan beli bersih (net buy) Rp 1,73 triliun.
Analis menilai penurunan indeks saham ini masih wajar. "Pelemahan cukup wajar mengingat beberapa waktu belakangan IHSG bergerak menguat dan kami perkirakan ada aksi profit taking," jelas Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas, kemarin.
Analis memprediksi IHSG masih akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan hari ini. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran level support di 6.800 dan resistance di 6.874.
Menurut analisa Joshua, secara teknikal, stochastic IHSG sudah membentuk dead cross pada area overbought. Candle yang terbentuk kemarin juga cukup impulsif. "Pelemahan IHSG yang mungkin terjadi masih berupa koreksi wajar dari tren bullish IHSG," tutur dia.
Herditya menambahkan, selama IHSG belum mampu menembus resistance 6.874, IHSG akan terkoreksi ke rentang 6.750-6.800.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino memperkirakan IHSG hari ini terkoreksi dan bergerak antara level support di 6.790 dan resistance di 6.855. Data inflasi Amerika Serikat (AS) yang tinggi jadi sentimen negatif. "Ini memicu ekspektasi The Fed akan agresif menaikkan suku bunga," jelas dia.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS kemarin mengumumkan inflasi AS di Januari naik 0,6%. Realisasi ini lebih tinggi ketimbang proyeksi konsensus yang cuma 0,4% serta realisasi di Desember 2021 yang cuma 0,5%.
Menurut Mino, sentimen inflasi tersebut akan memberatkan IHSG hari ini. Investor akan berhati-hati menyikapi data tersebut dan mencermati kebijakan bank sentral AS ke depan.
Selain itu, investor juga akan mencermati perkembangan penyebaran kasus Covid-19 di dalam negeri. Investor akan mencermati data tingkat keterisian rumahsakit di tengah lonjakan kasus Covid-19.