Industri Reksadana Kuartal I-2022

Sabtu, 02 April 2022 | 07:15 WIB
Industri Reksadana Kuartal I-2022
[]
Reporter: Harian Kontan | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Di kuartal satu lalu, pandemi Covid-19 varian omicron masih menekan industri reksadana. Tapi krisis geopolitik Rusia-Ukraina justru mendorong perbaikan kinerja reksadana. Minat investasi masyarakat juga meningkat, terlihat dari pertumbuhan jumlah investor menembus 8 juta orang.

Kinerja industri reksadana di kuartal satu 2022 relatif baik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 7,45%, Kinerja Infovesta Goverment Bond Index (IGBI) turun tipis 0,05%.

Ini antara lain berkat perang Rusia-Ukraina yang mendorong naiknya harga komoditas. Kondisi ini justru dipandang menguntungkan bagi Indonesia dan membuat IHSG mencetak level penutupan all time high di level 7.071 pada akhir Maret.

Seiring penguatan IHSG, kinerja reksadana saham ikut terkerek. Hingga akhir Maret, rata-rata reksadana saham menguat 3,36%. Reksadana saham terbaik mampu naik 25%. 190 dari 246 reksadana saham yang ada (77%) memcatatkan kinerja positif.

Reksadana pendapatan tetap rupiah secara rata-rata sideways 0,02%. Reksadana pendapatan tetap terbaik mencetak kinerja 7,6%. Hanya 91 dari 238 reksadana yang kinerjanya positif. Ini karena kenaikan suku bunga menekan harga obligasi, terutama Surat Utang Negara.

Baca Juga: Tak Hanya ALTO dan HOTL, Kasus Investasi Ilegal Juga Menyeret Petinggi & Pemilik BAPA

Sedang kinerja reksadana campuran yang isinya umumnya perpaduan antara saham dan obligasi, secara rata-rata juga positif sebesar 2,26%. Reksadana pasar uang secara rata-rata mencetak kinerja 0,68%. Reksadana pasar uang terbaik memberikan return sebesar 1,44%.

Kinerja reksadana memang di luar ekspektasi akibat tekanan Covid-19 di awal tahun. Tercatat 67 reksadana saham (27%) yang terbit sejak awal tahun dapat membukukan return lebih tinggi dari IHSG

Data ini kembali menunjukkan rata-rata manajer investasi belum dapat meracik portofolio yang kinerjanya lebih baik dari IHSG. Sehingga reksadana berbasis indeks kembali jadi pilihan investasi menarik dari sisi risiko. Apalagi saat ini kinerja indeks seperti LQ45 dan IDX30 mengungguli IHSG.

Tahun ini, tantangan industri reksadana tidak hanya dari sisi penurunan nilai aset, terutama dari reksadana terproteksi akibat tidak adanya insentif pajak obligasi. Dalam satu tahun dana kelolaannya turun 26,8%.

Timbul kekhawatiran perkembangan ini akan menekan dana kelolaan industri. Tapi data investor ritel yang terus meningkat jadi lebih dari 8 juta orang, di mana 80% adalah generasi milenial dan gen Z yang fokus pada reksadana pasar uang, artinya kepercayaan investor tetap terjaga.

Baca Juga: Bunga Naik, Cuan Reksadana Terproteksi Bakal Lebih Baik

Tahun ini, kita memiliki harapan kembali menguat seiring harapan pulihnya kegiatan ekonomi, inflasi yang terkendali dan stabilnya harga komoditas. Namun dunia juga masih berperang melawan Covid-19, sehingga ketidakpastian pada instrumen saham dan juga obligasi korporasi akan menjadi tantangan utama tahun ini.

Reksadana berbasis Surat Utang Negara akan tertekan oleh tren kenaikan suku bunga dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, investor baru justru dapat masuk saat yield obligasi negara di atas 7%.

Berkaca pada kinerja reksadana awal 2022, maka terlihat preferensi investor menempatkan dana ke reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Manajer investasi diharapkan dapat mengakomodasi tren ini. Target return reksadana berbasis obligasi sendiri masih diharapkan sekitar 5%, untuk berbasis saham 10% dan untuk pasar uang 3,75%.

Diversifikasi tetap penting. Tidak ada salahnya meminimalkan risiko dengan menyebar dana pada reksadana yang berbeda, dengan disesuaikan tujuan finansial masing-masing. Alokasi yang didarankan untuk semester pertama adalah 40% pada reksadana berbasis obligasi, 40% pada saham dan 20% pada pasar uang.

Bagikan

Berita Terbaru

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang
| Kamis, 20 November 2025 | 14:00 WIB

UNTR Berisiko Menghadapi Low Cycle, Diversifikasi ke Emas dan Nikel Masih Menantang

Prospek bisnis United Tractors (UNTR) diprediksi menantang hingga 2026, terlihat dari revisi proyeksi kinerja operasional.

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing
| Kamis, 20 November 2025 | 11:07 WIB

Neraca Pembayaran Q3-2025 Defisit US$ 6,4 Miliar, Tertekan Arus Keluar Dana Asing

Defisit NPI Indonesia berlanjut tiga kuartal berturut-turut. Transaksi berjalan surplus didorong ekspor nonmigas, namun modal finansial defisit.

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret
| Kamis, 20 November 2025 | 09:53 WIB

Belanja Beberapa Lembaga & Kementerian Masih Seret

Realisasi anggaran tiga K/L tercat baru mencapai sekitar 60% dari pagu                              

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter
| Kamis, 20 November 2025 | 09:45 WIB

Wamenkeu Ikut Koordinasi Fiskal Moneter

Kementerian Keuangan akan turut hadir dalam setiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan yang digelar Bank Indonesia

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol
| Kamis, 20 November 2025 | 09:27 WIB

Setoran Pajak Masih Loyo, Target Berisiko Jebol

Hingga akhir Oktober 2025, realisasi penerimaan pajak tercatat masih terkontraksi 3,92%                         

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?
| Kamis, 20 November 2025 | 08:15 WIB

Agresif Menambah Armada, Seberapa Menarik Saham MBSS Untuk Dilirik?

Kinerja MBSS diprediksi membaik dengan penambahan kapal. Diversifikasi ke nikel dan utilisasi armada jadi sorotan.

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik
| Kamis, 20 November 2025 | 07:50 WIB

Ekspansi RAJA Kian Agresif di Bisnis Energi, Lewat Jalur Organik dan Non-Organik

Seiring rencana akuisisi dan pendirian anak usaha, ekspektasi terhadap saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) tetap terjaga. 

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham
| Kamis, 20 November 2025 | 07:34 WIB

BEI Mengkaji Penyesuaian Efek Redenominasi Rupiah Ke Pasar Saham

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji dampak penerapan redenominasi rupiah terhadap perdagangan saham.

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat
| Kamis, 20 November 2025 | 07:33 WIB

Menakar Prospek Saham BNGA Seiring Kinerja Keuangan yang Diprediksi Makin Sehat

Mulai tahun buku 2024, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA( telah menaikkan dividend payout ratio (DPR) menjadi 60%.

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium
| Kamis, 20 November 2025 | 07:32 WIB

ADMR Ekspansi Smelter Aluminium

PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) akan mengoperasikan smelter aluminium fase pertama berkapasitas 500.000 ton per tahun

INDEKS BERITA

Terpopuler