Investasi Danantara

Kamis, 24 Juli 2025 | 06:07 WIB
Investasi Danantara
[ILUSTRASI. Yuwono Triatmodjo]
Yuwono Triatmodjo | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Riuh kabar terkait rencana penempatan investasi Badan Pengelola Investasi Dana Anagata Nusantara (Danantara) kian merebak. Terbaru, Danantara digadang bakal membangun 17 kilang di Amerika Serikat (AS) bernilai US$ 8 miliar, yang setara Rp 130 triliun.

Terkait hal itu, Danantara bakal menandatangani kontrak dengan KBR Inc, perusahaan rekayasa asal negeri Paman Sam. Proyek kilang ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS, yang menghasilkan penurunan tarif resiprokal dari 32% jadi 19%.

Airlangga Hartarto, kepala negosiator yang juga Menteri Koordinator Ekonomi mengungkapkan rencana itu pada Senin (21/7) malam.

Meski sebelumnya enggan berkomentar, Rosan Roeslani Chief Executive Officer (CEO) Danantara akhirnya buka suara, setelah berkunjung ke Istana Merdeka. Meski tidak membenarkan atau membantah, Rosan menyebut ada sebanyak 20% dari total porsi investasi Danantara, yang akan ditempatkan di luar negeri.

Kabar ini ramai, setelah  sebelumnya, Danantara mengumumkan telah mendapat pinjaman US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 277,50 triliun (kurs Rp 16.323/dolar AS). Rinciannya, sebanyak US$ 10 miliar berasal dari 12 bank asing dan US$ 7 miliar berasal dari sovereign wealth fund (SWF) negara lain.

Khusus untuk pinjaman US$ 10 miliar dari 12 bank, kata Rosan, Danantara berhasil mendapatkan revolving facility, tanpa jaminan apapun.

Sangat disayangkan, jika benar sebagian dana pinjaman yang diperoleh Danantara malah mengalir ke luar negeri, dalam bentuk membangun 17 kilang di AS. Selain tidak memberikan nilai tambah bagi Indonesia, proyek ini sangat kental intervensi pemerintah Indonesia terhadap Danantara yang mengaku dirinya sebagai SWF.

Mengacu kepada The Santiago Principle yang menjadi pedoman International Forum of Sovereign Wealth Fund (IFSWF), lembaga yang mengaku dirinya sebagai SWF, sejatinya harus terlepas dari intervensi pemerintah. Sampai pada poin ini, tampaknya Danantara sulit menjadi SWF yang terbebas dari intervensi pemerintah.

Lantas jika bicara soal pinjaman 12 bank yang tak mensyaratkan jaminan, Danantara juga tidak menyebut berapa bunga bank yang harus dibayarnya. Jangan-jangan, bunga yang dibebankan atas fasilitas revolving facility tersebut, malah lebih tinggi dari tarif normal karena tak memiliki jaminan kebendaan.

Selanjutnya: Sambil Menantikan Kinerja Kuartal II 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

SRBI Dipangkas Belum Berimbas ke Likuiditas
| Jumat, 25 Juli 2025 | 08:10 WIB

SRBI Dipangkas Belum Berimbas ke Likuiditas

Catatan Bank Indonesia, outstanding SRBI hingga pertengahan tahun 2025 mencapai sekitar Rp 770 triliun.

Pertamina Menggenjot Produksi Lapangan Minas
| Jumat, 25 Juli 2025 | 08:01 WIB

Pertamina Menggenjot Produksi Lapangan Minas

PHR menyebutkan, produksi di lapangan Minas akan bertambah sekitar 2.800 barel per hari (bph) dengan hitungan secara peak pada titik maksimum.

DGWG Terus Mengerek Kapasitas Pabrik
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:58 WIB

DGWG Terus Mengerek Kapasitas Pabrik

DGWG mencetak kinerja positif di awal tahun ini. Penjualannya tumbuh 9,82% (yoy) menjadi Rp 803,13 miliar pada kuartal I-2025.

 DRMA Kebut Segmen Elektrifikasi
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:55 WIB

DRMA Kebut Segmen Elektrifikasi

PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) optimistis bisa mencapai target bisnis tahun ini di tengah ketidakpastian pasar global

CGAS Ekspansi Fasilitas LNG di Karawang
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:51 WIB

CGAS Ekspansi Fasilitas LNG di Karawang

Fasilitas LNG di Karawang ditargetkan mulai beroperasi di akhir 2026 dan diproyeksikan memberikan tambahan pendapatan Rp 120 miliar per tahun.

Ungkit Ekonomi, Pemerintah Siap Merogoh Kocek
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:50 WIB

Ungkit Ekonomi, Pemerintah Siap Merogoh Kocek

Ekonomi Indonesia setidaknya harus tumbuh 5,3% di semester II agar target akhir tahun di 5,2% bisa tercapai

Memprin: Produk AS ke Indonesia Tetap Wajib TKDN
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:43 WIB

Memprin: Produk AS ke Indonesia Tetap Wajib TKDN

“Kalau tarif itu tarif. TKDN itu non-tariff barrier (NTB). Ini dua hal yang berbeda,” tandas Memperis Agus Gumiwang Kartasasmita

Investasi Sektor Otomotif Rp 150 Triliun
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:38 WIB

Investasi Sektor Otomotif Rp 150 Triliun

industri otomotif di Indonesia dapat semakin kuat dan bertumbuh di tengah-tengah tekanan dan daya saing global yang semakin masif,

CDIA Masuk Papan Pemantauan Khusus Mulai Hari Ini, Simak Mekanisme Perdagangannya
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:36 WIB

CDIA Masuk Papan Pemantauan Khusus Mulai Hari Ini, Simak Mekanisme Perdagangannya

Pelaku pasar yang ingin menjual atau membeli saham CDIA hari ini dapat memasang order di antara harga Rp 1.365-Rp 1.660.

 Risiko Investasi Bengkak  di Proyek Kilang 1 Juta Barel
| Jumat, 25 Juli 2025 | 07:35 WIB

Risiko Investasi Bengkak di Proyek Kilang 1 Juta Barel

Pembangunan kilang minyak membutuh studi komprehensif dari sisi teknikal, komersial hingga pasokan minyak mentah

INDEKS BERITA

Terpopuler