Investasi Tak Sejalan R&D dan Serapan Tenaga Kerja

Senin, 09 Januari 2023 | 07:00 WIB
Investasi Tak Sejalan R&D dan Serapan Tenaga Kerja
[]
Reporter: Bidara Pink | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia boleh jadi lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Namun, kualitas pertumbuhan masih harus ditingkatkan dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Harapannya, ekonomi Indonesia ke depan akan memiliki daya saing lebih baik.

Berdasarkan data Asia Productivity Organization tahun 2022, sebanyak 83% investasi yang masuk Indonesia pada tahun 2020 lalu, berkaitan dengan konstruksi dan bangunan. Selain itu, sebesar 10% berupa modal untuk non teknologi informasi, 4% investasi berkaitan dengan pembangunan transportasi, dan 3% sisanya merupakan investasi di bidang teknologi informasi. 

Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan, dari data tersebut, tidak ada investasi yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan alias research and development (R&D). Padahal penanaman modal di bidang R&D diperlukan untuk memperkuat keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Menurut Faisal, berdasarkan data Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tahun 2022, nilai R&D Indonesia hanya 17,5 dan di peringkat 115 dari 132 negara. 

Baca Juga: Mengharap Devisa Pariwisata Naik di Ujung Pandemi

Sementara berdasarkan data Bank Dunia, rasio belanja R&D Indonesia pada tahun 2020 hanya 0,28% terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari 28 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 27. Posisi Indonesia hanya lebih tinggi dari Myanmar yang sebesar 0,15% terhadap PDB. 

"Kalau perkembangan R&D jelek, maka kemampuan inovasi akan jelek. Sehingga bisa saja Indonesia makin tidak berdaya saing," kata Faisal. 

Ia mengklaim, indikasi utamanya pertumbuhan ekonomi Indonesia terus melambat. Data Badan Pusat Statistik (BPS), tren perlambatan ekonomi domestik telah terjadi sejak tahun 2012. Saat itu, pertumbuhan ekonomi tercatat 6,3% dari tahun sebelumnya sebesar 6,5%. Sejak 2013 ekonomi Indonesia sulit beranjak dari angka 5%.

Untuk itu, pemerintah perlu meningkatkan kualitas investasi yang masuk. Pertama, memanfaatkan investasi yang masuk untuk mengembangkan sumber daya. Salah satunya, adalah transportasi berbasis laut untuk menekan kesenjangan.

Baca Juga: Kuota Haji Indonesia Bertambah Jadi 221.000 Jemaah

Kedua, menarik investasi berbasis teknologi informasi dan berbasis R&D. Menurut Faisal, investasi di kedua bidang ini mampu mengembangkan kemampuan inovasi Indonesia untuk menjabarkan tantangan yang akan datang dan menyediakan opsi langkah yang perlu diambil. Dengan demikian, keberlanjutan pertumbuhan ekonomi akan terbangun. 

Ketiga, memperbaiki pilar politik. Dalam hal ini, Faisal menyayangkan proyek investasi yang masuk hanya dinikmati oleh segelintir orang yang dianggap akrab dengan pemerintah.

Dorong manufaktur

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky mengatakan, pemerintah masih perlu mendorong investasi sektor manufaktur. Sektor ini bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

"Urgensi saat ini adalah menarik investasi di sektor manufaktur sebab saat ini masih banyak tenaga kerja yang belum terserap," kata Riefky kepada KONTAN, Minggu (8/1). 

Dari data Kementerian Investasi, sektor jasa telah mendominasi investasi di Indonesia. Akibatnya, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Indonesia rendah.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjabarkan, realisasi investasi Januari-September 2014 mencapai Rp 342,70 triliun dengan penyerapan tenaga kerja 960.336. Sementara pada Januari-September 2022, realisasi investasi mencapai Rp 892,4 triliun. Namun, tenaga kerja yang diserao hanya 965.112. 

Untuk menarik investasi di sektor manufaktur, pemerintah bisa menawarkan insentif pajak, mendorong kemudahan pemberian izin, penurunan biaya logistik, dan pemberantasan pungli. Hal ini juga untuk menekan biaya investasi di Indonesia yang saat ini dinilai masih tinggi.

Bagikan

Berita Terbaru

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:31 WIB

Inflasi November Mencapai 2,72%, Emas Perhiasan Pemicu Utama

Inflasi November 2025 melambat ke 0,17% MoM (2,72% YoY). Emas perhiasan dominan, bawang merah & daging ayam ras alami deflasi.

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun
| Senin, 01 Desember 2025 | 13:00 WIB

Emiten Farmasi Bakal Kebagian Rejeki dari Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Tahun

Emiten farmasi yang memproduksi obat generik berlogo, hingga alat kesehatan berpotensi merasakan dampak positif.

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:56 WIB

Surplus Neraca Dagang Susut Menjadi US$ 2,39 Miliar Per Oktober 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$ 2,39 miliar.

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara
| Senin, 01 Desember 2025 | 12:29 WIB

Tanggapi Nasabah yang Kehilangan Rp 71 Miliar, Mirae Asset Sekuritas Buka Suara

Mirae menyabjut bahwa dari pemeriksaan awal, terdapat indikasi kuat bahwa nasabah membagikan kata sandi dan akses akunnya kepada orang lain.

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:56 WIB

PMI Manufaktur Indonesia Ekspansi ke Level 53,3, Tapi Ekspektasi Bisnis Melemah

Program stimulus pemerintah membantu mendorong daya beli masyarakat dan menaikkan permintaan di dalam negeri

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai
| Senin, 01 Desember 2025 | 10:11 WIB

Harga Pangan yang Turun Berpotensi Membuat Inflasi November Melandai

Laju inflasi menjelang akhir tahun, justru diperkirakan melandai yang disebabkan harga pangan yang tercatat lebih rendah. 

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:59 WIB

Pekerja Bebas Dongkrak Setoran PPh Orang Pribadi

Penerimaan pajak penghasilan orang pribadi tercatat melesat 41% mencapai Rp 17,87 triliun           

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh
| Senin, 01 Desember 2025 | 09:50 WIB

Mimpi Ekonomi Tumbuh 8% Kian Menjauh

Menurut prediksi super optimistis Bank Indonesia, ekonomi cuma naik maksimal 7,7%                   

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:20 WIB

Ramai Saham ARA Setelah Keluar PPK, Hati-Hati Banyak yang Sekadar Pantulan

Dari puluhan emiten yang keluar dari Papan Pemantauan Khusus pada 28 November 2025, hanya segelintir yang didukung narasi kuat.

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati
| Senin, 01 Desember 2025 | 08:16 WIB

Mencari Cuan dari Evaluasi Indeks Kehati

BEI mengumumkan evaluasi indeks Sri-Kehati. Investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk menengok ulang portofolio masi

INDEKS BERITA

Terpopuler