ILUSTRASI. A specialist trader works inside a booth on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York City, U.S., October 6, 2021. REUTERS/Brendan McDermid
Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Lamgiat Siringoringo
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Krisis energi global yang memicu kekhawatiran peningkatan inflasi dan kekhawatiran terkait masalah Evergrade telah menyebabkan saham-saham di bursa Asia berguguran pada perdagangan Selasa (12/10).
Krisis listrik dan Evergrande memang mempersuram sentimen bagi para investor pasar modal yang sebenarnya masih menantikan laporan keuangan kuartal III 2021 dari perusahaan-perusahaan AS.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9%. Bursa China juga ikut melorot. Indeks CSI300 blue-chip China turun 1,52%, sedangkan sub-indeks batubara turun 3,8% di tengah upaya pemerintah untuk mendesak perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan output.
Di Hong Kong. indeks Hang Seng turun 1,3%, terseret oleh penurunan saham dari raksasa teknologi.
Indeks saham Nikkei Jepang turun 0,79%. Sedangkan saham Australia turun 0,26%. "Banyak pelaku pasar posisi wait and see saat ini. Investor fokus mencermati apakah ada tindakan dari pemerintah China membantu menyelesaikan masalah utang Evergrande," kata Zhang Zihua, Kepala Investasi Beijing Yunyi Asset Management dikutip Reuters, Selasa (12/10).
Sementara indeks utama Wall Street masih dipengaruhi investor yang menanti laporan keuangan kuartal III, yang akan dimulai dengan hasil JPMorgan Chase & Co.
Beberapa analis memperkirakan perusahaan akan melaporkan pertumbuhan yang melambat karena hambatan rantai pasokan dan kenaikan harga. Mereka memperingatkan ini dapat menyebabkan penurunan saham Amerika Serikat (AS).
"Ekonomi tampaknya memasuki fase siklus menantang. Kami pikir investor dan perusahaan akan memantau data ekonomi dan hasil pendapatan sebelum membuat penilaian jangka pendek," kata analis ANZ dalam risetnya.