Berita Refleksi

Investor Era Digital

Oleh R Cipta Wahyana - Managing Editor
Sabtu, 04 September 2021 | 09:05 WIB
Investor Era Digital

Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi telah memacu perkembangan ekonomi digital dengan kecepatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Pasar modal turut memetik manfaat dari tren ini.

Laporan terbaru Google, Temasek dan Bain & Company menyebut, tahun 2020 lalu, nilai transaksi kotor atau gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di Indonesia mencapai US$ 44 miliar.

Angka ini tumbuh 11% dari 2019 dan ini merupakan pertumbuhan kedua tertinggi di Asia Tenggara setelah Filipina. Hebatnya, nilai itu mencapai 42% dari total nilai ekonomi digital Asia Tenggara yang US$ 105 miliar.

Mayoritas memang masih disumbang oleh pertumbuhan e-commerce yang mencapai 54% menjadi US$ 32 miliar. Tapi, kalau kita tengok lebih detil, tren pertumbuhan pengguna internet dan ekonomi digital juga mendorong lonjakan penggunaan layanan digital di industri keuangan, termasuk pasar modal.

Dalam rilis terbarunya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui, optimalisasi kampanye maupun layanan digital berperanan besar dalam lonjakan satu juta investor saham baru selama 2021.

Ini hampir dua kali lipat tambahan investor baru sepanjang 2020 lalu, yaitu sekitar 591 ribu investor. Per 31 Agustus 2021, jumlah single investor identification (SID) sekitar 2,7 juta.

Lonjakan investor, ditambah dengan kemudahan akses transaksi lewat aplikasi online, juga membuat jumlah investor aktif bulanan melonjak, dari 294 ribu menjadi 641 ribu. Alhasil, investor domestik menguasi 76% nilai transaksi di 2021.

Melihat jumlah pengguna internet yang mencapai 203 juta atau 74% penduduk Indonesia, bola salju ekonomi digital itu akan kian membesar. Apalagi, 93% konsumen menyatakan minimal akan memakai satu layanan digital setelah pandemi.

Riset oleh Google, Temasek, dan Bain & Company juga menyebut ekonomi digital Indonesia akan tumbuh rata-rata 23% per tahun hingga mencapai US$ 124 miliar di 2025.

Tentu saja, tren di bursa saham juga tak akan jauh berbeda. Apalagi, saat ini, 80% investor domestik merupakan milenial dan generasi Z yang lebih melek internet.

Tren positif ini harus didampingi program edukasi yang lebih masif, baik oleh OJK, Bursa Efek Indonesia, maupun para broker. Sekali lagi, kanal digital bisa menjadi andalan.

Ingat, selain kuantitas, kualitas investor juga penting. Tentu, kita berharap, investor baru yang masuk pasar bukan investor latah yang hanya bisa ikut-ikutan. Semakin banyak investor cerdas, niscaya, pasar modal kita akan semakin matang.

Terbaru