Kantongi Peringkat BB- dari Fitch dan S&P, Anak Usaha Duniatex Rilis Obligasi Global

Rabu, 06 Maret 2019 | 17:56 WIB
Kantongi Peringkat BB- dari Fitch dan S&P, Anak Usaha Duniatex Rilis Obligasi Global
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tekstil terbesar di Indonesia Duniatex Group menerbitkan obligasi global melalui anak usahanya, PT Delta Merlin Dunia Textile.

Delta Merlin menerbitkan obligasi berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 300 juta. Obligasi bertenor lima tahun itu menjanjikan kupon sebesar 8,625%.

Dana hasil penerbitan obligasi itu akan Delta Merlin gunakan untuk pembiayaan kembali utang alias refinancing dan membiayai kebutuhan umum perusahaan.

Dua lembaga pemeringkat, Fitch Ratings dan Standard and Poor's (S&P) Global Ratings, mengganjar Delta Merlin dengan peringkat awal di posisi BB-. Peringkat awal itu juga berlaku untuk obligasi yang Delta Merlin terbitkan.

Menurut Fitch, peringkat awal Delta Merlin didorong oleh posisinya sebagai perusahaan tenun terbesar di Indonesia, struktur biaya yang rendah, dan hubungannya yang mapan dengan pelanggan.

Delta Merlin juga memperoleh keuntungan sebagai bagian dari Duniatex Grup yang memberikan kepastian pasokan benang dengan kualitas yang lebih konsisten dan harga yang kompetitif serta waktu tenggang yang lebih pendek untuk pesanannya.

Menurut Fitch, peringkat awal tersebut mengasumsikan bahwa Delta Merlin akan mengumpulkan dana yang cukup dari penerbitan obligasi untuk membiayai kembali berbagai fasilitas kredit dari perbankan.

Dana hasil penerbitan obligasi, menurut Fitch, tidak hanya akan meningkatkan struktur modal dan posisi likuiditas perusahaan namun juga meningkatkan transparansi keungannya.

Peringkat awal yang S&P Global Ratings juga mengasumsikan Delta Merlin berhasil menerbitkan obligasi. Peringkat tersebut mencerminkan pandangan S&P Global ratings tentang kelayakan kredit Duniatex Group yang lebih luas.

S&P Global Ratings menilai Delta Merlin sebagai anak usaha inti dan memiliki profil kredit mandiri yang lebih kuat. Delta Merlin merupakan inti operasioal Duniatex Group mengingat kontribusi pendapatan dan laba yang substansial.

Sebagai pemain kunci dalam bisnis penenunan Grup Duniatex, Delta Merlin memainkan peran penting denga menghubungkan bisnis pemintalan di hulu dengan bisnis pencelupan dan penyelesaian. Berbekal operasi yang terjalin erat, operasi tenun Delta Merlin dalam pandangan S&P Global Ratings merupakan bagian integral dari operasional Grup yang lebih luas.

Sementara itu, penilaian S&P Global Ratings terhadap Duniatex Group mencerminkan tingkat utang dan ketergantungan yang lebih tinggi terhadap utang modal kerja jangka pendek.

Meski begitu, Duniatex memiliki posisi pasar yang kuat di pasar tekstil domestik dengan profitabilitas yang kuat dan stabil.

Sebaliknya, Delta Merlin memiliki tingkat utang yang lebih rendah dan posisi likuiditas yang jauh lebih baik. S&P Global Ratings memperkirakan, likuiditas perusahaan akan semakin baik karena berencana menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk membiayai kembali utang modal kerja jangka pendek.

Duniatex Group merupakan perusahaan tekstil terintegrasi vertikal terbesar di Indonesia, dua kali ukuran pesaing terdekatnya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Duniatex menghasilkan pendapatan Rp 19 triliun dan EBITDA sebesar Rp 6 triliun.

Namun, Duniatex lebih kecil dibandingkan pesaing globalnya seperti Shandong Ruyi Technology Group Co. Ltd. yang memiliki pendapatan hampir empat kali lipat Duniatex.

Bisnis Duniatex masih sangat berngatung pada pasar domestik. Penjualan ekspor hanya berkontribusi sebesar 10%. Skala kecil dan diversifikasi geografis yang terbatas, menurut S&P Global Ratings, menyebabkan Duniatex rentan pada volatilitas permintaan.

Meski Delta Merlin memiliki kemampuan membayar utang yang memadai, profil kredit Duniatex yang lemah dengan leverage tinggi dan likuiditas lemah, membatasi peringkat Delta Merlin di posisi BB-.

S&P Global Ratings melihat beberapa risiko likuiditas di tingkat grup mengingat Duniatex perlu menggulirkan sekitar Rp 5,4 triliun untuk modal kerja jangka pendek setiap 12 bulan. Meski begitu, manajemen memiliki rekam jejak keberhasilan dalam memperpanjang pinjaman jangka pendek sehingga membuat risiko tersebut melunak.

Duniatex berdiri pada 1974 di Solo, Jawa Tengah, dengan nama CV Duniatex. Saat ini, Duniatex telah menjadi kelompok usaha dengan 18 perusahaan yang tersebar  di beberapa lokasi.

Bagikan

Berita Terbaru

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi
| Jumat, 21 November 2025 | 08:52 WIB

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi

Anak usaha SGRO, BSM, menargetkan pasar benih sawit dengan DxP Sriwijaya. Antisipasi kenaikan permintaan, jaga kualitas & pasokan. 

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:35 WIB

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan

PT Timah Tbk (TINS) optimistis dapat memperbaiki kinerja operasional dan keuangannya sampai akhir 2025. 

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa
| Jumat, 21 November 2025 | 08:30 WIB

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa

Langkah Grup Sampoerna melepas PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), meninggalkan catatan sejarah dalam dunia pasar modal di dalam negeri. ​

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI
| Jumat, 21 November 2025 | 08:29 WIB

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI

NPI kuartal III-2025 mengalami defisit US$ 6,4 miliar, sedikit di bawah kuartal sebelumnya yang defisit sebesar US$ 6,7 miliar

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:23 WIB

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan

Kemkeu telah menerima surat dari Menteri PANRB terkait pertimbangan kenaikan gaji ASN di 2026       

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit
| Jumat, 21 November 2025 | 08:09 WIB

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit

Tambahan penempatan dana ini lanjutan dari penempatan dana pemerintah senilai Rp 200 triliun akhir Oktober lalu​

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah
| Jumat, 21 November 2025 | 07:56 WIB

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini rawan koreksi dengan support 8.399 dan resistance 8.442. 

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:54 WIB

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun

Dalam dua bulan, pemerintah harus mengumpulkan penerimaan pajak Rp 730,27 triliun lagi untuk mencapai target dalam APBN

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:47 WIB

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun

Grup Sampoerna melepas seluruh kepemilikannya di PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) 1,19 juta saham atau setara 65,72% kepada Posco International.​

Mengelola Bencana
| Jumat, 21 November 2025 | 07:45 WIB

Mengelola Bencana

Bencana alam kerap mengintai. Setidaknya tiga bencana alam terjadi dalam sepekan terakhir, salah satunya erupsi Gunung Semeru..

INDEKS BERITA

Terpopuler