KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun ke level terendahnya dalam dua bulan. Peningkatan kasus Covid-19 di China membebani pergerakan harga minyak mentah.
Harga minyak mentah di Nymex AS untuk pengiriman Desember 2022 ditutup melemah 0,27% di US$ 79,86 per barel. Itu merupakan harga minyak WTI terendah sejak akhir September 2022.
Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, penyebaran infeksi Covid-19 di China memberikan tekanan permintaan minyak. Penyebabnya, China merupakan negara importir minyak mentah terbesar di dunia sekaligus negara konsumen minyak terbesar kedua dunia.
Baca Juga: Harga Minyak Masih Dalam Tren Bearish Hingga Kuartal Pertama 2023
Dia menambahkan, dampak melonjaknya pandemi Covid di China secara tidak langsung membuat kelompok pemerhati industri minyak global antara lain International Energy Agency (IEA) dan Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) memangkas proyeksi permintaan minyak mentah.
Namun pasokan, menurut Girta, masih akan ketat. Pasalnya, negara-negara Barat masih mengembargo pasokan minyak dari Rusia. OPEC juga memiliki komitmen untuk menjaga produksi. "Berulang kali OPEC menegaskan komitmennya menjaga harga minyak pada batas yang wajar dan tidak akan berdiam diri saat harga turun menuju US$ 60 per barel," kata Girta.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan sulit untuk harga minyak kembali di atas US$ 100 per barel. Proyeksi dia, harga minyak bakal berfluktuatif di area US$ 75-US$ 85 hingga kuartal I-2023. "Kemungkinan harga baru positif pada kuartal II-2023," kata dia.
Kalau Girta lebih yakin, harga minyak hingga akhir 2022 berpotensi menguat ke kisaran US$ 90 - 100 per barel. Namun jika kondisi di China memburuk, harga minyak bisa turun ke US$ 60 - US$ 70 per barel di akhir tahun ini.
Baca Juga: Harga Minyak Turun ke Level Terendah dalam 2 Bulan, Imbas Pelemahan Ekonomi China