Kebijakan Bank Indonesia Bakal Menyetir Yield SUN

Selasa, 19 Februari 2019 | 08:06 WIB
Kebijakan Bank Indonesia Bakal Menyetir Yield SUN
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akan kembali digelar pada tengah pekan ini. Pelaku pasar menilai hasil RDG akan menjadi sentimen tambahan bagi pasar obligasi Indonesia.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana memperkirakan BI mempertahankan suku bunga acuan di 6%. Kendati begitu, agenda RDG BI dipastikan tetap menyedot perhatian investor obligasi.

Para investor juga menanti langkah BI untuk menjaga nilai tukar rupiah dalam jangka pendek setelah kembali melemah Rp 14.000 per dollar AS. Investor juga mengamati upaya jangka menengah hingga panjang dalam menekan angka defisit neraca dagang.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia di Januari 2019 defisit US$ 1,16 miliar. Ini merupakan defisit terbesar sejak 2002.

Kalau menurut Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja, investor lebih fokus pada data defisit ketimbang RDG BI. "Sentimen RDG BI hanya berpengaruh sedikit," ujar dia, kemarin.

Defisit neraca dagang yang memburuk akan mempersulit gerak rupiah kembali ke level Rp 13.000 per dollar AS. Bahkan, bukan tidak mungkin jika defisit transaksi berjalan yang terus melebar, akan membuat BI menaikkan suku bunga acuan demi menjaga rupiah. "Tapi kenaikan tersebut tidak terjadi di RDG BI pekan ini," jelas Eric.

Sentimen eksternal

Selain itu, para investor juga mencermati sentimen eksternal. Salah satunya perkembangan perundingan dagang antara AS dan China. Sentimen ini dinilai cukup krusial, mengingat batas waktu keputusan perang dagang kian dekat, yakni 1 Maret.

Fikri menyebut, fokus para investor akan langsung tertuju pada perkembangan perundingan dagang AS-China setelah RDG BI. Jika perundingan dagang lancar, rupiah sangat berpotensi kembali menguat di bawah Rp 14.000.

Dengan begitu, yield SUN seri acuan 10 tahun berpeluang turun ke 7,8%. Sebaliknya, kurs rupiah bisa melemah ke Rp 14.300 per dollar AS diikuti kenaikan yield SUN 10 tahun ke area 8,2%–8,3% bila perundingan dagang gagal. "Hasil perundingan dagang sangat berkorelasi dengan pergerakan rupiah dan yield SUN," terang Fikri.

Para investor mengkhawatirkan utang pemerintah AS membengkak mencapai US$ 22 triliun. Ini karena kebijakan pelonggaran pajak sejak akhir 2017. "Tingginya utang pemerintah AS bisa mendorong penurunan harga dan kenaikan yield obligasi di seluruh dunia," kata Fikri.

Eric menilai, ancaman yang mengintai pasar obligasi domestik adalah asing terus melakukan aksi beli. Seiring kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju. Akibatnya investor global mencari peluang di emerging market.

Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu mencatat, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) telah mencapai Rp 931,67 triliun hingga Jumat (15/2) lalu. Padahal, di akhir tahun lalu, porsi kepemilikan asing di SBN hanya sekitar Rp 893,25 triliun.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Saham STAR Disuspensi BEI, Secara Teknikal Sejatinya Masih Punya Tenaga Untuk Mendaki
| Selasa, 02 Desember 2025 | 08:43 WIB

Saham STAR Disuspensi BEI, Secara Teknikal Sejatinya Masih Punya Tenaga Untuk Mendaki

Baru dua hari keluar dari Papan Pemantauan Khusus, saham PT Buana Artha Anugerah Tbk (STAR) disuspensi BEI. 

Mengupas Teknikal dan Strategi Trading Saham Prajogo Pangestu, dari BREN Hingga CDIA
| Selasa, 02 Desember 2025 | 08:05 WIB

Mengupas Teknikal dan Strategi Trading Saham Prajogo Pangestu, dari BREN Hingga CDIA

Prospek saham Prajogo Pangestu di awal Desember 2025: BREN masuk MSCI, CUAN ekspansi energi, TPIA breakout.

Ellon Musk, Sang Jenius, Orang Kaya Calon Triliuner Pertama Dunia
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:34 WIB

Ellon Musk, Sang Jenius, Orang Kaya Calon Triliuner Pertama Dunia

Lewat Starlink, Musk memancarkan internet hingga ke pedalaman Afrika. Dengan Neuralink ia bercita-cita menghubungkan otak manusia dengan mesin.

Layanan Telekomunikasi di Sumatra Masih Terganggu
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:30 WIB

Layanan Telekomunikasi di Sumatra Masih Terganggu

Bencana banjir dan longsor tersebut mengakibatkan padamnya pasokan listrik di sejumlah wilayah.di Sumatra.

Genjot Pendapatan Non-Batubara, Bumi Resources (BUMI) Gencar Akuisisi
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:19 WIB

Genjot Pendapatan Non-Batubara, Bumi Resources (BUMI) Gencar Akuisisi

Pada 2031, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan bisa mencapai komposisi 50% antara pendapatan batubara dan non-batubara.

Ditopang Investor Domestik, Saham BUMI Tahan Banting di Tengah Aksi Jual Asing
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:17 WIB

Ditopang Investor Domestik, Saham BUMI Tahan Banting di Tengah Aksi Jual Asing

Saham BUMI didorong sentimen kuasi reorganisasi dan diversifikasi bisnis mineral. Analisis lengkap pendorong.

Lewat Private Placement, Garuda (GIAA) Dapat Tambahan Modal Dari Danantara
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:12 WIB

Lewat Private Placement, Garuda (GIAA) Dapat Tambahan Modal Dari Danantara

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berupaya memoles kondisi keuangannya. Terbaru, GIAA melakukan aksi penambahan modal melalui private placement.

Catur Sentosa (CSAP) Menjaga Kinerja di Akhir Tahun Ini
| Selasa, 02 Desember 2025 | 07:10 WIB

Catur Sentosa (CSAP) Menjaga Kinerja di Akhir Tahun Ini

Hingga September 2025 CSAP tercatat mengantongi pendapatan sebesar Rp 12,9 triliun, atau tumbuh tipis 1,2% secara tahunan atau yoy.​

Memperbaiki Struktur Keuangan, Emiten BUMN Karya Gencar Divestasi Aset
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:58 WIB

Memperbaiki Struktur Keuangan, Emiten BUMN Karya Gencar Divestasi Aset

Jelang konsolidasi pada 2026, emiten BUMN Karya gencar melakukan divestasi aset untuk memperbaiki struktur keuangannya.

Sarana Menara Nusantara (TOWR) Menyebar Dividen Interim Senilai Rp 400 Miliar
| Selasa, 02 Desember 2025 | 06:46 WIB

Sarana Menara Nusantara (TOWR) Menyebar Dividen Interim Senilai Rp 400 Miliar

Emiten menara telekomunikasi PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menyampaikan rencana pembagian dividen interim untuk periode tahun buku 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler