Berita Refleksi

Kehendak Pasar

Oleh Barly Haliem Noe - Managing Editor
Rabu, 15 Desember 2021 | 09:00 WIB
Kehendak Pasar

Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari fenomena saham Bukalapak.com Tbk di bursa. Salah satunya, gerak-gerik saham emiten berkode BUKA ini semakin menegaskan bahwa pasar memang sulit dikendalikan.

Makhluk abstrak bernama pasar itu punya persepsi dan kemauan sendiri. Kuasa pasar dalam mempersepsikan saham Bukalapak inilah yang sedang ditunjukkan dalam beberapa hari terakhir.

Betapa tidak. Merujuk data Bloomberg, dari total 15 rekomendasi yang terdata, 12 di antaranya memberi rekomendasi positif terhadap saham BUKA. Di kubu bullish, misalnya, berjejer 12 nama broker saham beken lagi jumbo.

Sementara dua sekuritas lainnya memberi rekomendasi netral dan hold bagi saham Bukalapak.com. Dan hanya satu perusahaan sekuritas yang merekomendasikan jual saham BUKA.

Nyatanya pasar berkehendak lain. Terhitung dalam 22 hari terakhir perdagangan bursa, harga saham BUKA hanya naik di lima hari bursa. Sementara di 17 hari perdagangan selebihnya, saham BUKA tercatat turun dengan 12 hari di antaranya turun beruntun.

Alhasil, jika dihitung dari harga initial public offering (IPO) yang sebesar Rp 850 pada awal Agustus 2021 hingga Selasa (15/12) yang seharga Rp 488, saham BUKA sudah turun 42,58%. Penurunan harga saham BUKA bisa lebih dalam lagi jika dihitung dari harga tertingginya yang sebesar Rp 1.325 per saham.

Sekadar berkilas balik, dengan perolehan dana Rp 21,9 triliun, IPO Bukalapak merupakan rekor nilai IPO terbesar di Tanah Air. Perhelatan ini juga membuktikan kemampuan bursa saham lokal untuk menyerap IPO skala jumbo.

Sayang, kini cerita jatuhnya harga saham BUKA lebih dominan. Nyaris tak tersisa lagi kisah kejayaan IPO Bukalapak yang bersejarah itu.

Nah, naik turun harga saham memang lumrah dalam mekanisme pasar. Namun demikian, fenomena ini ibarat jam weker bagi kalangan investor tentang pentingnya mencermati sisi fundamental emiten sebelum berinvestasi saham. Bekal ini relatif berguna terutama dalam menghadapi volatilitas dan fluktuasi di pasar saham,

Kendati harga saham acap bergerak asimetris dengan kinerja fundamentalnya, setidaknya memilih saham berkinerja ciamik bisa mengurangi waswas ketika bursa sedang merah. Dus, dalam konteks inilah, menjadikan Bukalapak sebagai perusahaan yang laba dan berfundamental solid merupakan pekerjaan rumah besar manajemen BUKA.

Kekuatan kinerja fundamental ini boleh dibilang paling efektif mengembalikan kepercayaan investor, sekaligus memberi pijakan yang kuat bagi laju harga sahamnya.

Di lain sisi, fenomena Bukalapak juga patut dicermati oleh Otoritas Jasa Keuangan maupun manajemen Bursa Efek Indonesia. IPO Bukalapak ibarat test case IPO unicorn di bursa lokal, yang akan menjadi tolok ukur sejumlah IPO unicorn di masa mendatang.

Ke depan, ekonomi digital akan menjadi pilar krusial ekonomi negara ini. Wakil Presiden Maruf Amin memproyeksikan, tahun 2030 perputaran uang ekonomi digital akan tumbuh menjadi Rp 4.800 triliun, dari saat ini senilai Rp 600 triliun.

Kue besar ini harus kita jaga agar benefit terbesarnya dinikmati negara ini, termasuk di pasar saham. Oleh karena itu, kita berharap kisah Bukalapak saat ini tak membuat stigma baru yang bisa membuat jeri unicorn dan start up lokal lainnya untuk masuk bursa.                        

Terbaru