Kendati Dunia Ingin Pangkas Emisi, CEO Raksasa Migas Promosikan Bahan Bakar Fosil

Selasa, 07 Desember 2021 | 11:29 WIB
Kendati Dunia Ingin Pangkas Emisi, CEO Raksasa Migas Promosikan Bahan Bakar Fosil
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo berbagai raksasa migas dunia yang tercatat di bursa. REUTERS/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HOUSTON. Para pemimpin puncak perusahaan energi menegaskan kebutuhan akan minyak bakal meningkat selama beberapa dekade mendatang. Pernyataan itu terlontar dalam konferensi energi global di Houston pada Senin yang bertujuan mencari teknologi masa depan dan strategi rendah karbon.

Acara diskusi Konferensi Perminyakan Dunia yang dijadwalkan berlangsung selama empat hari, dimulai oleh kepala eksekutif dari raksasa global Exxon Mobil Corp, Saudi Aramco, Chevron Corp dan Halliburton Co. Pimpinan puncak dari keempat perusahaan itu mempromosikan kebutuhan untuk mengirimkan minyak dan gas secara global, bahkan ketika tren beralih ke bahan bakar yang lebih bersih melanda dunia.

Permintaan terhadap bahan bakar fosil dunia telah meningkat tajam pada tahun 2021. Harga gas alam sudah kembali ke tingkat pra-pandemi, sedang minyak mendekati tingkat harga di tahun 2019. Karena permintaan telah melonjak, banyak negara di Eropa dan Asia mengalami kekurangan pasokan listrik dan bahan bakar untuk mesin pemanas.

Pada saat yang sama, banyak negara penghasil minyak besar belum mampu memenuhi target produksi. Permintaan yang bergerak di atas pasokan mendorong harga naik.

Baca Juga: Harga minyak rebound hampir 5% di tengah berita Omicron dan pembicaraan Iran

“Dunia sedang menjalani proses transisi energi yang kacau,” kata CEO Saudi Aramco Amin Nasser. “Keamanan energi, pembangunan ekonomi, dan keterjangkauan jelas tidak mendapat perhatian yang cukup. Sampai mereka, dan kami menghapus kesenjangan dalam strategi transisi, kekacauan hanya akan meningkat."

Perusahaan migas besar, terutama yang berbasis di Eropa, membatasi eksplorasi dan produksi dalam upaya untuk beralih ke pengembangan energi terbarukan. Pembatasan itu juga terjadi karena pemerintah mempromosikan upaya untuk mengurangi emisi karbon untuk menghadapi kenaikan suhu di seluruh dunia.

Anders Opedal, CEO Equinor Norwegia, mengatakan perusahaan energi memiliki tanggung jawab untuk menurunkan emisi dan menyediakan energi. “Kami akan membutuhkan minyak dan gas selama bertahun-tahun yang akan datang tetapi dengan pengurangan emisi,” katanya.

 Exxon menargetkan emisi gas rumah kaca dari ladang Permian Amerika Serikat (AS) mencapai net zero pada tahun 2030. Target itu merupakan bagian dari rencananya untuk mengurangi emisi hulu.

“Faktanya, di bawah skenario yang paling kredibel, termasuk jalur net zero emission, minyak dan gas alam akan terus memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," kata CEO Exxon Darren Woods pada konferensi tersebut.

Lebih dari 80% permintaan energi di dunia dipasok oleh minyak dan gas, kata Stephen Green, kepala eksplorasi dan produksi Amerika Utara Chevron. Chevron berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sampai hadir game changer teknologi yang memungkinkan lingkungan dengan karbon energi lebih rendah, kata Green.

“Dunia akan terus membutuhkan energi untuk membawa kita melewati transisi ini,” kata Green.

Dalam acara tersebut, pejabat pemerintah AS mengambil kesempatan untuk berbicara tentang agenda Presiden Joe Biden untk mengembangkan energi bersih, sambil menekankan perlunya upaya mengatasi harga bahan bakar yang tinggi.

Baca Juga: Kejar target 1 juta bph dan 12.000 MMSCFD, kolaborasi naikan investasi penting

Pemerintahan AS memiliki hubungan yang tegang dengan industri bahan bakar fosil pada tahun pertama Biden menjabat sebagai presiden.

Perusahaan minyak perlu ikut terlibat dan menjadi bagian dari solusi iklim, kata David Turk, wakil Menteri Energi AS. “Mereka yang bergerak duluan akan memiliki keuntungan yang signifikan.”

Washington tidak akan menghalangi perusahaan yang ingin meningkatkan produksi minyak di dalam negeri karena industri masih berusaha untuk sepenuhnya pulih, katanya. “Kita perlu memastikan setiap orang memiliki energi yang terjangkau, andal, dan tangguh,”  katanya.

Pembatasan perjalanan Covid-19 mengakibatkan sejumlah nama yang ditunggu gagal hadir dalam konferensi ini. Sekretaris Jenderal OPEC dan menteri energi dari negara-negara penghasil minyak utama seperti Arab Saudi, Kazakhstan dan Qatar, juga para CEO dari BP, Sonatrach dan Qatar Energi, batal hadir.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Proyeksi Laju Konsumsi Bakal Pulih, Prospek Emiten Semakin Berseri
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:26 WIB

Proyeksi Laju Konsumsi Bakal Pulih, Prospek Emiten Semakin Berseri

Kembalinya laju pertumbuhan konsumsi ke level pra-pandemi di atas 5% bukan hal mudah. Namun, masih realistis untuk dicapai pada 2026.​

Kejar Target Hingga Akhir Tahun 2025, TMAS Berharap Tumbuh 5%-10%
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:22 WIB

Kejar Target Hingga Akhir Tahun 2025, TMAS Berharap Tumbuh 5%-10%

Manajemen TMAS menyiapkan investasi Rp 2 triliun untuk pengadaan 16 kapal serta sarana pendukungnya.

Bank Indonesia Longgarkan Suku Bunga, Rupiah Jadi Sorotan
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:19 WIB

Bank Indonesia Longgarkan Suku Bunga, Rupiah Jadi Sorotan

Ekonom memprediksi BI rate turun ke 4%-4,25% pada 2026 jika rupiah stabil. Rupiah diprediksi bergerak di rentang Rp 16.300-Rp 17.000 per dolar AS.

Diagnos Laboratorium Utama (DGNS) akan Agresif Menambah Jaringan Bisnis di 2026
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:17 WIB

Diagnos Laboratorium Utama (DGNS) akan Agresif Menambah Jaringan Bisnis di 2026

PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) siap menambah laboratorium dan membidik pertumbuhan dua digit pada 2026.

Diagnos Laboratorium Utama (DGNS) Agresif Perkuat Jaringan
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:16 WIB

Diagnos Laboratorium Utama (DGNS) Agresif Perkuat Jaringan

Anak usaha PT Bundamedik Tbk ini menargetkan pertumbuhan pendapatan 16% pada 2026 dibandingkan proyeksi realisasi 2025

Pertaruhan Dominasi Fiskal dan Independensi Bank Indonesia
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:08 WIB

Pertaruhan Dominasi Fiskal dan Independensi Bank Indonesia

Kita tak bisa menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dengan cara merusak kepercayaan pada mata uang yang membayar upah para pekerja tersebut.

Ekspor 2026 Tertekan Tarif AS dan Lemahnya Permintaan Komoditas dari China
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:05 WIB

Ekspor 2026 Tertekan Tarif AS dan Lemahnya Permintaan Komoditas dari China

Pemerintah targetkan ekspor tumbuh 7,09% di 2026 vs 7,1% di 2025, karena basis tinggi. Ekonom soroti risiko stagnasi surplus dagang.

Target Realistis
| Senin, 29 Desember 2025 | 06:00 WIB

Target Realistis

Jika ekspansi dan investasi segitu-segitu aja, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan segitu-segitu aja.

Risiko Penurunan BI Rate di Tengah Pelemahan Rupiah
| Senin, 29 Desember 2025 | 05:48 WIB

Risiko Penurunan BI Rate di Tengah Pelemahan Rupiah

Para ekonom menyoroti risiko penurunan BI rate 2025 ke level 4,75% di tengah pelemahan rupiah lebih dari 3%.

Tekanan Indeks Dolar AS Berpeluang Lanjut di Awal 2026
| Senin, 29 Desember 2025 | 05:39 WIB

Tekanan Indeks Dolar AS Berpeluang Lanjut di Awal 2026

Tekanan pada indeks dolar seiring meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) pada 2026

INDEKS BERITA