Kesegaran sesaat bisnis thai tea

Kamis, 07 Maret 2019 | 16:24 WIB
Kesegaran sesaat bisnis thai tea
[]
Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Thai tea atau teh Thailand bukanlah bisnis minuman baru. Minuman asal Negeri Gajah Putih ini jadi populer saat masuk ke pusat perbelanjaan besar di Ibu Kota. Di awal kemunculannya dulu, banyak orang yang rela antre berjam-jam hanya untuk membeli minuman ini. Selanjutnya, berbagai merek waralaba Thai tea pun bermunculan. Sebut saja Dum Dum, Think Tai, Rachacha Thai Tea, dan masih banyak lagi lainnya.

Belakangan, bisnis Thai tea marak dijajakan di pinggir jalan. Ya, keuntungan yang menggiurkan mendorong para pelaku usaha minuman Thai tea meluas, tak hanya di mal, tapi juga kakilima.

Salah satu pelaku yang jeli melihat peluang tersebut adalah Rizal Setiawan. Dengan modal awal sekitar Rp 70 juta, pria yang kini berusia 29 tahun itu mulai merintis usaha minuman teh Thailand dengan brand Gleuk pada pertengahan tahun 2018 di Bandung, Jawa barat.

Bukan tanpa alasan Rizal tergiur menikmati keuntungan dari bisnis minuman teh Thailand. Menurutnya, di Indonesia banyak orang muda yang suka kongko di kedai atau kafe yang menjual menu minuman dingin maupun hangat. Nah, Thai tea dipilih Rizal lantaran teh asal ini memiliki cita rasa tersendiri.

Rizal berkisah, ia menekuni usaha minuman Thai tea lantaran punya pengalaman dalam meracik minuman. Maklum, sebelum terjun sendiri ke bisnis minuman, Rizal pernah menekuni profesi sebagai bartender atau peracik minuman mengandung alkohol di sejumlah night club dan hotel di Bandung.

Rizal menjalankan profesi tersebut sejak tahun 2009 hingga 20015. Dengan pengalaman itu saya mencoba membuka usaha minuman Thai tea. "Saya meracik sendiri varian rasanya, apalagi saya punya pengalaman menjadi bartender. Hanya bedanya, Thai tea tidak mengandung alkohol," katanya.

Dus, berbekal pengalaman dan modal yang dia dapat dari hasil menabung selama bekerja, Rizal memberanikan diri membuka gerai Thai tea pertamanya di Kopo, Bandung. Modal usaha awal tadi ia gunakan untuk menyewa tempat berukuran 30 meter persegi, membeli mesin chiller, bahan baku Thai Tea, gaji karyawan, dan perlengkapan bisnis lainnya.

Kini, dibantu dengan 15 orang karyawan, Rizal telah memiliki lima gerai Thai tea dengan konsep mini kafe. Ada sekitar sembilan varian rasa Thai tea racikan Rizal yang ditawarkan ke konsumennya, seperti rasa original, green tea, taro, milk tea, dan cheese Thai tea.

Harga Thai tea racikan Rizal terbilang ramah di kantong, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 15.000 per cup (gelas). "Yang paling laris yang rasa original, mungkin karena harganya murah. Soalnya sebagian besar konsumen saya adalah pelajar dan mahasiswa," ungkap Rizal.

Dalam sehari, lanjut dia, gerai Gleuk bisa menjual rata-rata 250 gelas Thai tea. Dengan penjualan sebanyak itu, Rizal mengaku omzet bisnisnya bisa tembus 3 juta atau Rp 90 juta per bulan dari satu gerai. Margin usahanya sekitar 25%, ujarnya.

Keberhasilan Rizal meraih omzet sebesar itu, tak lepas dari upayanya melancarkan sejumlah strategi pemasaran. Ia menawarkan minuman Thai tea di berbagai media sosial seperti Facebook dan Instagram. Rizal juga gencar melakukan pemasaran luar jaringan (luring) alias offline. 

Salah satu strateginya menyebarkan brosur dan pamflet minuman Thai tea racikan Gleuk di area pemukiman warga dan sekitar lembaga pendidikan seperti sekolah dan universitas. "Untuk strategi promosi, dalam sebulan kami adakan promo buy one get one selama dua hari," beber Rizal.

Segarnya bisnis Thai tea juga dilirik oleh pemilik CV Mitra Indonesia yang menaungi bisnis minuman teh Thailand dengan merek Royal Thai Tea. Zaenudin, staf marketing Royal Thai Tea menjelaskan, perusahaannya sudah melakoni bisnis Thai tea sejak 2018 di Yogyakarta.

Berbeda dengan konsep bisnis yang diusung Gleuk, Royal Thai Tea menawarkan paket kemitraan bagi pelaku usaha yang tertarik menekuni usaha Thai tea. Ada empat jenis paket kemitraan yang ditawarkan, yakni paket Bronze, paket Silver, paket Gold, dan Diamond.

Menurut Zaenudin, harga lisensi waralaba paket Bronze Rp 4,2 juta. Dengan membeli paket ini, mitra akan mendapatkan fasilitas gerobak portable (bisa dilipat) ukuran panjang 80 centimeter (cm), tinggi 180 cm dan lebar 60 cm. Selain itu, peralatan penunjang, gelas kemasan 50 pieces (pcs), bahan baku awal, sarana promosi dan seragam karyawan 1 pcs.

Risiko bisnis thai tea

Sementara itu, paket termahal adalah Diamond yang dibanderol Rp 9,3 juta. Namun, dengan biaya waralaba sebesar itu, mitra akan mendapatkan fasilitas gerobak ukuran panjang 120 cm, tinggi 180 cm dan lebar 65 cm. Mitra juga akan mendapatkan peralatan penunjang, kemasan gelas 200 pcs, bahan baku, sarana promosi, dan seragam karyawan 2 pcs.

Zaenudin mengklaim, saat ini mitra Royal Thai Tea hampir 100 orang dengan jumlah gerai lebih dari 100 unit yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, hingga kota-kota besar di luar pulau Jawa.

Sama seperti Gleuk, Royal Thai Tea juga menyediakan tiga varian menu minuman dingin, yaitu original Thai tea, green tea, dan kopi Thailand. Pilihan menu dapat dikombinasikan dengan susu dan creamer (milk base) atau tanpa susu dan creamer (non-dairy). Harganya bervariasi mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per gelas ukuran 473 mililiter. "Tapi mitra boleh menjual dengan harga yang ditetapkan sendiri atau berbeda dari harga yang dipatok oleh pusat," kata Zaenudin.

Jika tertarik bergabung, calon mitra bisa memilih paket sesuai bujet. Selain itu, membayar uang muka atau down payment (DP) paket 50%, dan sisanya bisa dilunasi setelah menandatangani perjanjian bisnis dengan manajemen Royal Thai Tea.

Dalam sehari, lanjut Zaenudin, mitra bisa menjual minuman Thai tea berkisar 3060 gelas. Dengan penjualan sebanyak itu, omzet yang bisa dipetik mitra dari satu gerai berkisar Rp 5,4 jutaRp 10,8 juta per bulan. Royal Thai Tea juga tidak memberlakukan manajemen fee dan royalti fee kepada mitra. Mitra hanya diwajibkan membeli bahan baku dari kantor pusat.

Anda berminat terjun ke bisnis minuman Thai tea? Tapi, sebelum benar-benar nyemplung di bisnis ini, pastikan terlebih dahulu Anda siap memikul risikonya. Pasalnya, menurut Luthfi Aulia, Staf Marketing Rachacha Thai Tea, ada sejumlah kendala yang menghambat bisnis ini. Di antaranya, ketatnya persaingan. Saat ini, sudah semakin banyak pelaku usaha yang terjun ke bisnis Thai tea.

Selain itu, lokasi usaha untuk membuka gerai Thai tea saling berdekatan. Luthfi mencontohkan, pusat-pusat keramaian seperti minimarket atau lembaga pendidikan yang menjadi target pasar, sudah banyak terisi oleh mitra mereka sendiri maupun kompetitor.

"Padahal, idealnya kami menargetkan jarak antara gerai mitra minimal 500 meter," katanya.

Zaenudin menimpali, kendala lain bisnis Thai tea adalah pasokan bahan baku. Selama ini, pihaknya harus mengimpor teh langsung dari negara asalnya, yakni Thailand. Harganya juga terbilang tidak murah. Cuma, Zaenudin enggan membeberkan harga bahan baku.

Yang pasti, lanjut dia, masih ada ruang marjin bagi mitra jika membeli bahan baku dari pusat. Menurut Zaenudin, khusus untuk mitra, pihaknya menjual bahan baku Thai tea dalam kemasan ukuran 400 gram Rp 65.000 per pack. Bahan baku ini cukup untuk membuat 200 gelas Thai tea. Sedangkan green tea 200 gram Rp 62.000 per pack (untuk 100 gelas) dan kopi 1 kilogram Rp 74.000 (50 gelas).

Nah, jika Anda mampu mengatasi sejumlah kendala tersebut, kini tinggal memilih apakah merintis usaha Thai tea dengan merek sendiri atau membeli paket kemitraan Thai tea yang sudah punya nama besar.

Jika memilih mengusung brand sendiri, maka Anda harus bisa meracik minuman Thai tea. Thai tea biasa diolah dengan cara menambahkan susu dan krimer yang akan membuatnya menjadi Thai milk tea.

Proses racikannya, antara lain, masak air dengan Thai tea di panci dengan api sedang hingga air keruh karena ekstrak teh telah larut pada air. Sesuaikan tingkat keruh teh dengan selera, semakin keruh maka rasa teh semakin kuat.

Proses selanjutnya adalah saring dan tuang teh yang sudah direbus pada gelas besar. Lalu masukkan susu evaporasi dan susu kental manis. Aduk hingga merata dan masukkan es secukupnya.

Nah, kini es Thai tea pun sudah siap untuk dinikmati.

 

 

Bagikan

Berita Terbaru

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:25 WIB

Jurus Kalbe Farma (KLBF) Kejar Cuan, Genjot Radiofarmaka hingga Pabrik Alkes

KLBF jaga dividen 50‑60% sambil menyiapkan produksi X‑Ray, dialyzer, dan kolaborasi CT Scan dengan GE.

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Analisis Saham PPRE, Potensi Tekanan Jangka Pendek dan Prospek Fundamental

Tekanan yang dialami saham PT PP Presisi Tbk (PPRE) berpotensi berlanjut namun dinilai belum membalikkan tren.

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor
| Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB

Perlu Segmentasi Pasar Kedelai Lokal dan Impor

Segmentasi penggunaan kedelai lokal dan impor menjadi strategi kunci untuk menjaga keberlanjutan industri sekaligus menekan risiko inflasi pangan.

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:46 WIB

Incar Dana Rp 198 Miliar, Cahayasakti Investindo (CSIS) Gelar Rights Issue

PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS) akan menerbitkan saham baru maksimal 522.800.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:40 WIB

Harga Bahan Baku Melemah, Prospek Emiten Kertas Cerah

Pemulihan permintaan ekspor serta stabilnya pasar domestik menjadi penopang utama outlook kinerja emiten kertas pada 2026.

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:34 WIB

Prospek Emiten CPO Masih Belum Loyo

Di tengah tren penurunan harga CPO global, sejumlah emiten sawit tetap memasang target pertumbuhan kinerja pada 2026.

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Anggaran MBG Sudah Terserap 81%

Hingga saat ini sudah ada 741.985 tenaga kerja yang terlibat dalam melayani program makan bergizi gratis.

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB

Bukit Uluwatu Villa (BUVA) Akuisisi Aset SMRA di Bali Senilai Rp 536,38 Miliar

Emiten yang berafiliasi dengan pengusaha Happy Hapsoro ini mengambil alih PT Bukit Permai Properti, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:29 WIB

Arah IHSG Hari Ini Rabu (17/12), Antara BI Rate dan Loyonya Kurs Rupiah

Tekanan kehati-hatian datang dari pergerakan rupiah yang melemah ke Rp16.685 per dolar AS di pasar spot pada saat indeks dolar AS melemah. 

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed
| Rabu, 17 Desember 2025 | 07:25 WIB

Minat Investor Tinggi, Penawaran Saham IPO Superbank (SUPA) Oversubscribed

Penawaran umum perdana saham (IPO) PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) kelebihan permintaan atau oversubscribed 318,69 kali.

INDEKS BERITA

Terpopuler