Ketahanan Pangan Berbasis Impor

Jumat, 07 April 2023 | 07:30 WIB
Ketahanan Pangan Berbasis Impor
[]
Posman Sibuea | Guru Besar Tetap di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Unika Santo Thomas Medan

KONTAN.CO.ID -  Di tengah produksi gabah yang cenderung menurun sejak  2022, pemerintah kembali membuka keran impor beras. Selain gangguan akibat perubahan iklim global, penurunan disebabkan faktor alih fungsi lahan yang kian masif dalam 10 tahun terakhir, gangguan hama dan penyakit tanaman serta kian mahalnya harga pupuk.

Penurunan produksi akan mendongkrak kenaikan harga beras menjelang tahun politik Pilpres 2024. Apalagi selama ini pemerintah lebih mengedepankan opsi impor beras dibandingkan berusaha keras meningkatkan stok beras di dalam negeri dengan memberdayakan petani lokal.
 
Alasan klasik seperti serangan hama dan penyakit, musim kemarau dan banjir menjadi justifikasi untuk membuka keran impor. Seakan hama dan penyakit tidak bisa diatasi dan banjir tak bisa ditangani. Masalah ini terus dikloning dan langkah cerdas pun tidak ditemukan sebagai solusi.
 
Pasar pangan di Indonesia pun kian dibanjiri pangan impor. Pemerintah nyaris tidak punya kekuatan untuk mengekangnya. Indonesia menjadi negara yang membangun ketahanan pangan berbasis impor. Kita menghuni negeri yang makmur, namun tidak mampu memproduksi pangan untuk rakyatnya. Impor pangan datang silih berganti. Mulai dari  beras, daging sapi, gula, kedelai, jagung, bawah putih,  bawang merah, cabe dan lain-lain.
 
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya pertanian dan pangan yang melimpah, Indonesia seharusnya bisa menjadi lumbung pangan dunia. Namun ironisnya, pertumbuhan sektor pertanian tanaman pangan cenderung melambat dibandingkan dengan periode sepuluh tahun lampau. Implikasinya, impor pangan makin tidak terbendung. 
 
Rencananya, Indonesia akan mengimpor impor beras sebanyak 2 juta ton sampai akhir tahun 2023 untuk cadangan beras pemerintah. Ruang impor pangan akan semakin terbuka lebar guna mengawal stabilitas politik Pemilu Presiden 2024. Agar gejolak harga pangan terkendali, maka cadangan pangan pemerintah harus dijaga untuk mengerem inflasi.
 
Sayangnya pangan yang tersedia kerap harganya tidak terjangkau rakyat miskin. Kian mahalnya harga pangan diduga akibat ulah para pemain kartel pangan yang dikuasai segelintir pemodal besar. 
 
Praktik kartel pangan   dengan power (kekuasaan) uang yang dimiliki pemodal besar pernah terkuak. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa tahun lampau membongkar kasus dugaan korupsi impor daging sapi dan ketidakefisienan penyaluran raskin. Temuan ini menunjukkan bahwa suap impor pangan  adalah jenis corruption by design.
 
Fenomena ini menunjukkan pangan impor kerap  dimainkan dan dikendalikan oleh mafia pangan yang melibatkan pejabat tertentu dan politisi untuk meraup keuntungan. Untuk itu, impor berbagai jenis pangan di tahun 2023 harus diawasi secara ketat karena menghabiskan devisa yang tidak sedikit. 
Sesungguhnya devisa yang digelontorkan ini bisa digunakan untuk membangun infrastruktur sektor pertanian.
 
Petani termarginalisasi
 
Masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kian miskinnya petani ditengarai penyebab kian derasnya pangan impor mengalir ke Indonesia. Meski usia kemerdekaan republik ini  sudah memasuki ke 78, alih-alih pemerintah dapat menyejahterakan petani justru petani gurem cenderung meningkat jumlahnya. 
 
Petani kecil termarginalisasi digilas roda pembangunan hedonis yang kapitalistik. Keterpurukan ini membawa konsekuensi logis, yakni Indonesia semakin tak berdaulat atas pangan.
 
Dalam satu dekade terakhir, petani di tengah bangsa agraris ini   mengalami proses pemiskinan. Hasil sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan jumlah petani berkurang sebanyak 5,04 juta keluarga. Pada  2003, BPS mencatat jumlah  petani  31,17 juta keluarga, 10 tahun kemudian menurun menjadi 26,13 juta keluarga. Dugaan pada 2023 fenomenanya  cenderung sama karena sektor pertanian semakin tidak menarik bagi generasi muda.
 
Di negara maju susutnya jumlah keluarga  petani dan meningkatnya jumlah  perusahaan pertanian merupakan pertanda kemajuan sektor pertanian. Penurunan jumlah keluarga petani gurem terjadi karena adanya penyerapan tenaga kerja secara signifikan oleh sektor industri dan jasa. 
 
Sayangnya, yang terjadi di Indonesia adalah guremisasi akibat tingginya alih fungsi lahan pertanian pangan. Sekedar contoh, jumlah petani gurem – memiliki lahan maksimal 0,5 hektar – 52 persen dari total petani. 
 
Setuju atau tidak setuju, selama 10 tahun terakhir pembangunan pertanian  tidak hanya jalan di tempat, tetapi bahkan “mundur” ke belakang. Mayoritas warga Indonesia yang bekerja sebagai “petani”, hidupnya  mengalami proses pemiskinan. 
 
Fenomena ini harus dapat menyadarkan pemerintahan hasil pemilu 2024 bahwa pekerjaan rumah memperkuat ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat belum selesai. Rapuhnya (decay) kedaulatan pangan tak bisa dilepaskan dari kurangnya perhatian pada pembangunan sektor pertanian.
 
Alokasi anggaran yang masih terbatas  di Kementerian Pertanian hanya satu indikator ketidakberdayaan bangsa ini untuk keluar dari perangkap pangan impor.
 
Untuk melepaskan Indonesia dari jebakan pangan impor maka perlu didorong penggunaan produk pangan lokal dengan segala konsekuensinya dan mengurangi ketergantungan dan ketagihan produk pangan berbasis beras dan gandum. Kita perlu belajar dari negara kaya yang teknologinya maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. 
 
Mereka tetap bangga menggunakan produk lokalnya seperti telepon seluler dan mobil buatan sendiri tanpa terpengaruh produk bangsa lain yang lebih canggih. Harga diri bangsa menjadi harga mati dalam melepaskan diri dari jebakan pangan impor.
 
Sebagai bangsa agraris, negeri yang subur dengan tongkat kayu menjadi tanaman, seperti dikatakan Koes Ploes, Indonesia harus keluar dari  jabakan dan perangkap pangan negara maju dengan segera melakukan pengurangan praktik liberalisasi pangan.
 
Praktik ini telah menyebabkan munculnya beragam kartel pangan baru yang pola kerjanya mirip mafia yang menguasai distribusi dan perdagangan pangan. Untuk menghentikannya, pemerintah harus melakukan pembatasan penguasaan distribusi pangan melalui korporasi.
 
Satu hal yang tak kalah penting adalah kecenderungan selama ini yang memilih langkah gampang dengan mengimpor tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang harus dikurangi dan selanjutnya untuk diakhiri. Indonesia harus  bisa lepas dari jeratan impor.
 
Presiden Joko Widodo yang sudah dua periode memimpin bangsa ini seringkali marah kepada bawahannya dalam berbagai kesempatan terkait kegemaran aparat negara terhadap produk-produk impor. 
 
Ketergantungan pada impor ini hendaknya menyadarkan pemerintah untuk terus membangun ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat seperti yang diperintahkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Berlangganan

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Bagikan

Berita Terbaru

Menanti Persalinan Bayi Raksasa Investasi Negara Bernama Danantara
| Rabu, 06 November 2024 | 03:33 WIB

Menanti Persalinan Bayi Raksasa Investasi Negara Bernama Danantara

Pemerintah menargetkan Badan Pengelola Investasi Danantara memiliki dana kelolaan hingga US$ 982 miliar.

Bisnis Mal Masih Moncer Didorong Serbuan Aksi Ekspansi Peritel Asing
| Selasa, 05 November 2024 | 19:01 WIB

Bisnis Mal Masih Moncer Didorong Serbuan Aksi Ekspansi Peritel Asing

Sejumlah peritel merek merek tertentu terpantau melakukan ekspansi yang mendorong permintaan ruang bisnis.

ADRO Bagi Dividen Jumbo, Boy Thohir Kebagian Rp 2,67 T dari Kepemilikan Langsung
| Selasa, 05 November 2024 | 15:41 WIB

ADRO Bagi Dividen Jumbo, Boy Thohir Kebagian Rp 2,67 T dari Kepemilikan Langsung

Dana dari pembagian dividen ADRO untuk mengeksekusi PUPS atas saham PT Adari Andalan Indonesia (PT AAI).

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti
| Selasa, 05 November 2024 | 11:30 WIB

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti

Data inflasi AS pada September 2024, inflasi AS tercatat di kisaran 2,1% yoy, sedikit di atas target The Fed di 2,0%. 

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan
| Selasa, 05 November 2024 | 10:50 WIB

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada November 2024 karena rupiah sedang melemah.

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG
| Selasa, 05 November 2024 | 09:07 WIB

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG

Sejak Agustus 2024 sudah beredar kabar mengenai rencana Pemerintah Singapura untuk melepas kepemilikannya di TAPG.

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit
| Selasa, 05 November 2024 | 08:15 WIB

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit

Sepanjang periode Januari-September 2024, HAIS berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,40%, yakni menjadi Rp 765,37 miliar

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak
| Selasa, 05 November 2024 | 08:01 WIB

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak

PMMP masih terikat sejumlah kontrak kerja sama, salah satunya memasok udang ke Marubeni Corporation 

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah

Untuk penyluran subsidi elpiji dan BBM akan diubah menjadi skema bantuan langsung tunai ke masyarakat penerima.

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Untuk memperluas pasar ekspor, Mustika Ratu turut serta dalam Indonesia Europe Business Forum (IEBF) 2024.

INDEKS BERITA

Terpopuler