Ketersediaan Beras Akhir 2024 dan Awal 2025

Senin, 16 Desember 2024 | 05:07 WIB
Ketersediaan Beras Akhir 2024 dan Awal 2025
[]
Khudori | Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum pergantian tahun sudah di depan mata. Tahun 2024 bakal segera berakhir. Setelah itu menapaki awal tahun 2025. Setiap momentum pergantian tahun salah satu hal yang krusial dan perlu disiapkan dengan baik adalah ketersediaan pangan, terutama beras. Ini terkait posisi strategis beras sebagai pangan seluruh warga dengan tingkat partisipasi sempurna: 100%. Nilai strategis ini tidak tergantikan. Dalam struktur pengeluaran rumah tangga, terutama warga miskin, beras mendominasi: rerata 24% dari total pengeluaran. Ketika harga beras naik lantaran pemerintah salah kelola, maka bisa berbuntut panjang.

Ketika harga beras naik bakal terjadi perebutan di pasar, panic buying bisa tidak terhindarkan. Hanya warga berkantong tebal yang bisa memborong beras. Tidak terbayang bagaimana kondisi sosial-politik apabila kondisi itu terjadi. Mengapa ketersediaan beras perlu dipastikan? Merujuk teori pasokan dan permintaan pangan Indonesia yang dikembangkan Noer Soetrisno (Memahami Siklus Perekononian Indonesia, UB Surakarta Press, 2015), pasokan komoditas pertanian mengikuti kalender matahari (Masehi) yang dipengaruhi angin muson, sehingga ada musim tanam dan musim panen tiap komoditas.

Kalender pangan

Di sisi lain, permintaan pangan dipengaruhi oleh kalender bulan, dalam hal ini berdasarkan kalender Jawa Hijriyah yang didekritkan Sultan Agung pada 1625 M atau 1 Muharam 1035 H. Merujuk pengalaman selama ini, permintaan pangan naik signifikan pada bulan-bulan "pesta": Ruwah (Sya’ban), Puasa (Ramadan), Lebaran (Syawal) yang siklusnya berbeda dengan bulan panen. Karena kalender Jawa Hijriyah bergeser 10/11 hari setiap tahun, apabila pada bulan pesta berbarengan dengan musim paceklik, maka harga komoditas pangan yang bersangkutan bisa menjadi masalah yang amat serius.

Baca Juga: Indofarma Jual Separuh Aset, Hasilnya Untuk Rightsizing Karyawan, Akan Ada PHK?

Sya’ban, Ramadan dan Syawal bakal jatuh pada Februari, Maret dan April 2025. Volume produksi padi Februari 2025 diperkirakan masih rendah. Produksi bulanan tidak mampu menutup kebutuhan konsumsi alias defisit. Surplus besar diperkirakan terjadi pada Maret 2025 yang juga puncak panen padi. Pasokan gabah/beras akan melimpah. Ini berpeluang berlangsung hingga Mei 2025. Harga gabah/beras akan tertekan dan membuat pengadaan Bulog maksimal. Merujuk kondisi tersebut, situasi krusial hanya terjadi pada Februari 2025. 

Meskipun demikian, merujuk stok beras di Bulog saat ini, ketersediaan beras pada Februari 2025 bisa dipastikan relatif aman. Per 10 Desember 2024, stok beras di gudang Bulog mencapai 2,07 juta ton. Stok ini masih akan terkuras untuk penyaluran bantuan pangan beras dan operasi pasar bernama Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) hingga akhir tahun. Bulog sudah menyalurkan bantuan pangan beras 1,76 juta ton dari total 2,64 juta ton. Artinya, masih tersisa 0,88 juta ton. SPHP sudah mencapai 1,33 juta ton dari perkiraan 1,45 juta ton hingga akhir tahun. Jadi, masih tersisa 0,12 juta ton.

Dengan asumsi pengadaan sampai akhir tahun bertambah 50.000 ton, stok akhir 2024 mencapai 1,12 juta ton beras. Ini akan menjadi stok awal tahun 2025. Stok ini akan terkuras untuk bantuan pangan beras selama Januari-Februari 2025 sebesar 0,32 juta ton. 

Baca Juga: Sanksi 41 Pelaku Usaha Langgar Distribusi Minyak

Jika operasi pasar SPHP di dua bulan itu sebesar 0,2 juta ton, berarti awal Maret 2025 stok beras di Bulog mencapai 0,63 juta ton. Dengan asumsi belum ada penyerapan beras pada Januari-Februari 2025, jumlah ini lebih dari cukup karena di bulan Maret-Mei ada peluang penyerapan besar. Justru kekhawatiran yang muncul adalah beras hasil serapan itu.  

Serap beras domestik

Volume produksi beras tahun 2025 diproyeksikan mencapai 32 juta ton, naik dari perkiraan produksi tahun ini yang hanya 30,3 juta ton. Kenaikan tersebut adalah hasil aneka langkah pemerintah, terutama Kementerian Pertanian, setahun terakhir. Dengan konsumsi sekitar 31 juta ton, ada surplus 1 juta ton beras. Inilah yang membuat pemerintah meyakini tahun 2025 tidak ada impor beras (oleh Bulog). Pengadaan beras Bulog diproyeksikan sepenuhnya dari suplai domestik. Bahkan diperkirakan penyerapan beras Bulog dari produksi domestik akan besar. Hal ini menggembirakan bagi pemerintah, tapi mengkhawatirkan buat Bulog. 

Baca Juga: Dukung MBG, Sapi Perah Impor Mulai Masuk ke Indonesia

Beras itu ada umurnya. Idealnya setelah disimpan selama empat bulan, komoditas pangan ini harus disalurkan. Lebih dari itu memang masih bisa dikonsumsi jika gudang penyimpanannya baik. Jika tidak baik, beras akan turun mutu, bahkan rusak. Oleh karena itu, ketika ada kewajiban Bulog menyerap gabah/beras petani di hulu sebagai bagian memproteksi produsen dari risiko merugi perlu dipastikan ada penyaluran di hilir. Saat ini outlet pasti di hilir tidak ada. Kondisi ini terjadi sejak bantuan beras untuk keluarga miskin (raskin) diubah menjadi bantuan pangan nontunai pada tahun 2017. Sejauh ini, outlet pasti baru bantuan pangan beras 10 kilogram (kg) per bulan per keluarga pada Januari-Februari 2025 dengan sasaran sebanyak 16 juta keluarga. SPHP tidak bisa dipastikan karena tergantung pasar.

Bagi Bulog, menyerap beras produksi domestik dalam jumlah besar tanpa ada outlet pasti adalah ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut semakin tinggi karena sejak 2019 terjadi perubahan penganggaran: dari prabayar menjadi pascabayar. Dengan skema ini, Bulog dari pengadaan beras, mengelola dan mendistribusikan, serta menyalurkan memakai dana bank berbunga komersial. Bulog baru akan mendapatkan penggantian dari pemerintah setelah beras disalurkan dan klaim dibayar, tentu setelah diaudit. Dari pengadaan hingga dibayar ini bisa memakan waktu tahunan. Dan sepanjang itu pula argo bunga bank terus berputar. Ini tidak adil. Belum terlambat bagi pemerintah untuk memperbaiki hal ini. 

Bagikan

Berita Terbaru

Net Sell Asing Tembus Rp 10,22 Triliun Saat IHSG Tumbang 7,83% Sepekan
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 15:02 WIB

Net Sell Asing Tembus Rp 10,22 Triliun Saat IHSG Tumbang 7,83% Sepekan

Investor asing mencatat net sell atau jual bersih Rp 10,22 triliun di seluruh pasar saat IHSG tumbang 7,83% pekan ini.

Mengupas Delapan Prinsip Investasi Warren Buffett
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 13:17 WIB

Mengupas Delapan Prinsip Investasi Warren Buffett

Saya selalu mengajarkan prinsip dan strategi investasi ala Buffett kepada mahasiswa saya di kelas investasi. 

Laba Cimory (CMRY) di Tahun 2024 Naik 22,36% Menjadi Rp 1,51 Triliun
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 11:11 WIB

Laba Cimory (CMRY) di Tahun 2024 Naik 22,36% Menjadi Rp 1,51 Triliun

Seiring kenaikan penjualan, laba bersih CMRY tembus Rp 1,51 triliun pada 2024, naik 22,35% bila dibandingkan tahun 2023.

Kenaikan Harga Jual CPO Membawa Rahmat Bagi Duet Emiten TP Rachmat
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 11:03 WIB

Kenaikan Harga Jual CPO Membawa Rahmat Bagi Duet Emiten TP Rachmat

Pendorong kenaikan penjualan DSNG adalah kenaikan harga rata-rata penjualan atau average selling price (ASP) CPO.

Emiten Grup Astra Berhasil Mencetak Kenaikan Laba
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 10:46 WIB

Emiten Grup Astra Berhasil Mencetak Kenaikan Laba

Grup Astra mencatat laba bersih solid di 2024. Didukung portofolio bisnis grup yang beragam di tengah pelemahan daya beli konsumen di Indonesia.

Khawatir Mirip Krismon 1998, Ekonomi Terpuruk, Bursa Ambruk dan Rupiah Memburuk
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 10:36 WIB

Khawatir Mirip Krismon 1998, Ekonomi Terpuruk, Bursa Ambruk dan Rupiah Memburuk

Outlook ekonomi Indonesia cenderung menjadi redup akibat ketidakpastian terkait arah kebijakan fiskal dan ekonomi pemerintah. 

Deflasi Berpotensi Terjadi Lagi di Februari 2025
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 05:20 WIB

Deflasi Berpotensi Terjadi Lagi di Februari 2025

Ekonom memperkirakan, deflasi bulan Februari sebesar 0,27% month to month, lebih rendah dari Januari

Follow The Money
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 05:10 WIB

Follow The Money

Publik kini bertanya dan diungkap soal aliran dana dari dugaan korupsi pengoplosan Pertamax di tubuh Pertamina.. 

Percepat Eksekusi Belanja Pemerintah
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 05:00 WIB

Percepat Eksekusi Belanja Pemerintah

Peralihan anggaran menyebabkan adanya gap waktu, yang dikhawatirkan bisa berdampak terhadap kinerja di beberapa sektor

Ramadan: Bulan Pengendalian Diri, Kecuali Belanja
| Sabtu, 01 Maret 2025 | 04:00 WIB

Ramadan: Bulan Pengendalian Diri, Kecuali Belanja

Saat Ramadan godaan untuk menahan diri sepertinya runtuh saat membaca diskon besar-besaran terjadi selama periode Ramadan hingga Lebaran.

INDEKS BERITA

Terpopuler